Share

1. Bram Ketemu Asha

Mobil Bram melipir ke daerah Senayan City, Bram sendiri tanpa supir seperti biasanya kalau dia ingin hunting gadis belia. Masuk Valet parking Bram langsung tinggalkan mobilnya, Rubicon hitam dengan pelat nomor B 12 AM. 

Bram menuju lift untuk naik kelantai 3, begitu pintu lift terbuka keluar seorang gadis belia yang dia cari selama kurang lebih satu tahun belakangan, di luar dugaan Bram dia bisa ketemu lagi dengan Asha, gadis yang pernah mengajaknya  menikah. 

"Kaget ya om ketemu Asha disini?" tanya Asha. Asha langsung tarik tangan Bram, Bram begitu canggung di keramaian Mall, Asha tetap cuek. 

"Eh.. kamu jangan bikin malu om dong," tegur Bram pada Asha

"Kalo gak mau malu om harus biasa-biasa aja, jangan canggung gitu om." ujar Asha. "Yaudah kita cari restoran yang agak tertutup ya, biar om aman," lanjut Asha

Bram benar-benar salah tingkah dibuat Asha yang begitu agresif. Dia tidak menyangka kalau bisa ketemu lagi dengan Asha, setelah kurang lebih satu tahun dia mencari Asha. 

Asha membawa Bram kesebuah restoran dilantai 5, yang suasananya tidak terlalu ramai. Bram masih belum terasa aman dengan situasi di restoran tersebut. 

"Disini om aman kan? tenang aja om gak ada yang tahu kok," Asha mencoba menenangkan Bram

"Asha.. kamu mau apa ajak om kesini? ada perlu apa? bisa gak kita bicara di mobil aja?" tanya Bram

"Tenang aja om, aku gak mau minta apa-apa kok, om sudah sangat baik sama aku, aku cuma mau bilang.." belum selesai Asha bicara sudah di potong Bram

"Bilang apa Asha? Ayo ngomong aja.." desak Bram penasaran

"Aku cuma mau bilang, anakku mirip om kok.." jawab Asha

Muka Bram langsung berubah pucat, dia langsung pelankan volume suaranya, 

"Kamu serius Asha? kamu bilang kemarin mau nikah sama yang sudah menghamili kamu?"

"Ya aku gak bohong om, aku memang mau nikah sama orang yang hamili aku dan orang itu adalah om, tapi om nya yang gak mau."

"Jadi!!? Kamu gak jadi nikah dong?" 

"Ya gaklah, om gimana sih? gak ada orang lain selain om, gimana aku mau nikah. "

"Jadi kamu gak safety ya? Saat kita lakukan itu?" tanya Bram dengan serius

"Ya gaklah om, aku aja belum ngerti soal itu kok!!"

Bram udah speechless, dia gak tahu lagi mau ngomong apa, di luar dugaannya selama mereka berhubungan, Asha tidak pernah menggunakan kontrasepsi, dia merasa di jebak sama Asha. Sementara Asha terlihat begitu tenang menghadapi situasi itu. 

"Om selama ini cari kamu Asha, om kepikiran soal kehamilan kamu, om telepon kamu, tapi hape kamu sudah gak aktif," ujar Bram

"Udah.. om gak usah panik, aku sengaja menghindar dari kehidupan om, aku gak mau bebanin om, aku bisa hidupin anakku sendiri kok,"

"Asha.. kamu gak usah kuatir, kamu asuh aja anak itu, kebutuhannya om yang akan penuhi,"

"Kebutuhan anaknya aja, atau kebutuhan ibunya juga nih..?" canda  Asha

"Yaudah pokoknya asal kamu bisa jaga rahasia ini ya, om pasti akan cukupkan buat kamu dan anak kita" jawab Bram

"Nah.. gitu dong, itu baru om Bram namanya, yaudah om aku duluan ya, kantor masih di alamat yang sama kan om?"

"Masih Asha, tapi kamu jangan ke kantor ya, telepon om aja kalau kamu ada perlu, ini nomor telepon om," Bram memberikan nomor ponselnya pada Asha, Bram juga juga simpan nomor ponsel Asha. 

Asha sangat pandai bikin Bram cemas, sehingga dia menyanggupi untuk memenuhi tanggung jawabnya. Bagi Bram bertemu Asha itu seperti pucuk di cinta ulam tiba, setelah sekian lama dia mencari-cari Asha, akhirnya ketemu juga secara tidak sengaja. 

Setelah Asha pergi, Bram masih diam terpaku, dia gak begitu menyangka akan ketemu Asha di Sency. Bram benar-benar gak habis pikir dengan dirinya sendiri. Baru aja mau cari gebetan baru, udah kejeblos kelobang yang lama. 

Mobil Bram meluncur keluar dari area Sency, Bram mengarahkan mobilnya menuju Permata hijau. Baru saja sampai Patal Senayan ada panggilan masuk di poselnya, 

"Ya Sha.. kenapa lagi?" Bram terlihat sangat panik

"Gak om cuma mau mastiin aja kalau nomor hape om benar atau enggak, bye om."

Mobil Bram sudah memasuk jalan menuju Permata Hijau, pas dilampu merah dekat lintasan kereta dia berhenti sejenak, karena ada kereta lewat. Bram masih ingat dengan kata-kata Asha, "anakku mirip om kok.."

Padahal Bram sudah tidak pusing lagi dengan anak-anaknya yang sudah pada dewasa, sekarang dia harus ngurus dan membesarkan bayi lagi. Anaknya hasil hubungannya dengan Asha yang dianggapnya sebagai sebuah kecelakaan. 

Bram masih terbayang-bayang dengan Asha, setelah punya anak, Asha semakin menarik dalam pandangannya. Asha terlihat semakin cantik dan sintal, tubuhnya lebih berisi, terlebih lagi dalam keadaan menyusui, jadi dada Asha terlihat sangat menarik pandangannya. 

Bagi Asha bertemu kembali dengan Bram, dia seperti menemukan ATM nya yang selama ini hilang. Asha sangat percaya dengan omongan Bram, mau membiayai semua kebutuhan dia dan anaknya, karena Bram sekalipun belum pernah membohonginya. 

Bram dan Asha sudah membuat janji untuk kencan, sembari membahas kebutuhan Asha dan anaknya. Bagi Asha ketemu dengan Bram adalah harapannya selama ini, agar anaknya ketemu dengan ayah biologisnya. Apa lagi Bram sudah menyanggupi untuk bertanggung jawab. 

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status