Marchel menatap kearah Petty dan bilang, "Gak masalah kalau kamu ke apartemen dalam konteks pekerjaan, di luar itu aku gak bisa terima kamu." Pungkas Marchel
Petty menatap Marchel dengan wajah kesal, setelah itu dia keluar dari ruang Marchel. Marchel kembali sibuk dengan aktivitas rutinnya, dia teringat dengan Asha di rumah, yang sedang masak kesukaan Papi dan Maminya.
***
Di rumah, Asha masih berkutat di dapur, memasak gudeg kesukaan Papi dan Mami Marchel. Ternyata Asha memang pandai memasak, bukan cuma bisa. Ilmu memasak itu disamping di peroleh dari bangku kuliah di perhotelan, juga dari Bibinya yang sehari-hari bisnis kuliner.Sambil melihat Asha memasak, Mami Marchel terus bertanya, "Kamu kenal Marchel dimana Asha? Soalnya Marchel itu sangat susah bergaul sama perempuan.
"Lho!! Mas kok bilang gitu sih? Kan aku jadi gak enak sama om Bram!!" "Kalau aku gak bilang gitu, kamu akan terus di ganggu sama Petty Sha." Jawaban Marchel sangat masuk di akal Asha, dan Asha memakluminya. Marchel juga cerita kalau Bram sudah menceritakan siapa sebenarnya dirinya pada Petty, hanya saja Marchel tidak bilang kalau Petty justeru semakin suka sama dia. "Kamu masih mau dengar cerita aku gak?" Tanya Marchel "Ya maulah, mas terus aja cerita, aku dengar kok," ucap Asha, sambil membenahi pakaian kerja Marchel yang berserakan di tempat tidur "Seperti yang mas bilang, biarkan Tuhan yang membuka semua siapa kita," Marchel menghentikan sejenak ucapannya, "Ternyata pak Bram bilang pada Petty bahwa aku calon Komisaris Utama di perusahaannya." "Kenapa pak Bram sampai buka semua itu mas?" "Biar Petty gak anggap remeh aku, itukan yang kamu inginkan kemarin?" "Ya mas, ternyata langsung di jawab Tuhan ya mas, Subhanallah.
Marchel menghampiri Papi dan Maminya yang lagi duduk di ruang tv, "Malam Pi, malam Mi, nih cucunya kepengen diajak ngobrol," ucap Marchel "Sini sama eyang Brama.." ujar Mami Marchel "Asha mana?" Tanya Papi Marchel "Tuh Asha Pi.." ucap Marchel, sambil menunjuk ke arah Asha yang sedang menghampiri mereka "Malam Pi, malam Mi.." sapa Asha "Ujian pertama buat Asha lulus cel, gudeg bikinannya enak, mami gak nyangka orang sumatera bisa bikin gudeg jogya yang enak." Ucap Mami Marchel "Ya karena dia memang punya ilmu soal itu Mi, keahliannya memang memasak, meramu masakan," jawab Marchel "Kamu sudah lihat paviliunnya Sha?" Tanya Papi Marchel "Udah Pi, cukup kok buat kami sekeluarga," jawab Asha "Terus kapan kalian mau menempatinya?" "Segera Pi, setelah Marchel rapikan urusan kantor, karena habis libur kemarin pada berantakan." Jawab Marchel "Satu permintaan Papi, kalau kalian tidak ingin nyampur,
Marchel mendengar ribut-ribut di ruang makan segera keluar, sambil menggendong Brama dia bertanya, "Ada apa Mi? Gak suka ya sama nasi goreng buatan Asha?" Tanya Marchel "Gak sih ... Mami cuma tanya, ini nasi goreng apa? Kok gak seperti nasi goreng yang biasanya?" Tanya Mami Marchel "Mami coba makan dulu ya, kalau Mami gak suka, nanti Asha akan bikinkan yang Mami suka deh." Ujar Marchel Asha mengambil Brama dari Marchel, "Kamu sarapan deh mas, biar Brama aku yang gendong." Ujar Asha, masih menunggu komentar Papi dan Mami Marchel "Enak kok mi, bahkan lebih enak dari yang biasanya." Ujar Papi Marchel Mami Marchel masih mencecap nasi goreng, belum kasih komentar, sehingga Asha yang menunggu komentarnya sangat cemas. "Kamu gak ikut sarapan sekalian Sha? Tanya Mami "Asha entar aja Mi, tunggu Narti dulu biar dia gendong Brama," jawab Asha "Ini kamu nemu menu nasi goreng dari mana?" Tanya Mami Marchel "Menu dari tante A
Bik tum kasih tahu Asha agar kalau mau masak untuk Papi dan Mami Marchel, harus tanya dulu dimasakin apa,"Non jangan sekali-kali masak sesuatu gak di tanya dulu, soalnya nyonya sangat cerewet soal makanan," ujar bik Tum"Iya bik, aku baru tahu soalnya, kalau soal kebersihan gimana bik?" Tanya Asha"Nanti kalau non tinggal di paviliun, barang-barang yang sudah di sana, jangan di pindahin ya, harus rapih setiap hari," nasehat bik Tum"Oo gitu ya bik? Suka di kontrol ya?""Setiap hari pasti di kontrol non, kalau berantakan bisa ngamuk nyonya, dan itu sepanjang hari akan terus ngoceh."Mendengar penuturan bik
"Yang paling saya cemaskan soal Brama, karena biar bagaimana pun Brama bukan darah daging kamu, jadi tidak ada ikatan batin sama Papi dan Mami kamu," jelas Bram"Saya selalu berusaha membuat Papi dan Mami dekat dengan Brama pak,""Gak bisa Cel, itu soal ikatan darah, hubungan darah, anak bayi itu sangat sensitif." Jelas Bram lagi"Saya sendiri sangat dilematis pak, kalau saya tidak tinggal di sana, Papi dan Mami ngambek, dan sedih.""Kamu tinggal di satu rumah atau terpisah di paviliun? Kan disana ada paviliunnya ya kalau gak salah?""Nantinya saya akan tinggal di paviliun, Papi kasih saran begitu."Bram b
Sekarang Asha baru terasa, kalau persoalan ini akan menjadi masalah besar di belakang hari. Sementara dia aendiri tidak tahu bagaimana menghadapinya, jika itu benar-benar terjadi.Asha melamunkan masa lalunya, saat dia berkenalan dengan Bram,FlashbackAsha sedang memilih-milih gaun di sebuah mall, tiba-tiba Bram mendatanginya dengan penuh percaya diri, karena Bram sudah kenal karakter anak-anak se usuia Asha,"Kamu suka ya gaunnya? Kalau suka ambil aja, kalau mau yang lain juga ambil aja, ntar yang bayar," ujar Bram"Maaf, om siapa? Kok baik banget?" Tanya Asha"Udah, kamu gak perlu tahu saya, nanti juga kamu akan tahu." Lanjut BramSaat itu Asha hanya mengambil yang dia suka, dia tidak manfaatkan Bram, untuk memenuhinya semua keinginannya. Bram jadi simpati sama Asha, karena Asha tidak porotin dia, Bram terus tempel Asha, dan menawarkan untuk membeli yang lainnya, namun Asha menolak.Sejak itu, Asha sering jalan
"Saat smester 6 mas, itu pertama kali, dan aku sampai ML sama dia, habis aku belum ngerti sih." Jawab Petty"Terus cowoknya kemana sekarang? Emang kamu di tinggal gitu aja setelah ML sama kamu?"Petty menjawab pertanyaan Marchel dengan tangisan, dia tidak bisa membendung airmatanya, karena pertanyaan Marchel itu mengingatkan dia pada peristiwa yang sangat menyakitkan."Udah mas ah!! mas bikin aku sakit hati lagi, padahal aku sudah lupakan peristiwa itu." Ucap Petty"Ok Pet, kita sudah sampai, airmatanya dihapus dulu deh, make up-nya juga di rapikan ya." Ujar Marchel.Marchel memperlihatkan pada Petty, bagaimana menghargai sekuriti, dan berhadapan dengan resepsionis. Sikap Marchel itu untuk mengajarkan Petty agar bisa memanusiakan manuisia, tidak mentang-menatang.Bahkan Marchel mengajarkan langsung pada Petty, bagaimana memposisikan diri di hadapan klien, di saat kita butuh pekerjaan darinya. Melihat semua yang di lakukan Marchel, Petty mera
"Persoalan ini kalau di bahas terus Pi, akan jadi meruncing nantinya, membuat Marchel tidak nyaman di rumah ini." Ucap Marchel"Papi percaya semua ini bagian dari Takdir Tuhan Cel. Tapi, pertanyaan Papi itu bukanlah manifestasi ketidakpercayaan, itu sebetulnya pertanyaan yang biasa, Papi mengajak kamu bicara ini karena menganggap kamu sudah dewasa.""Dari awal Marchel sudah bilang, kalau Marchel ceritakan gak cukup waktunya Pi, karena Marchel baru pulang kerja, belum sempat ngapa-ngapain, Papi ajak Marchel ngobrol cuma untuk menanyakan hal itu.""Ya udah.. kamu istirahat deh, Papi juga mau ke kamar." Ujar Papi Marchel menutup pembicaraan.Marchel kembali ke kamar, ternyata Asha dari tadi berusaha untuk menguping pembicaraan Marchel dan Papinya dari jendela kamar,"Ada apa mas? Kok kedengarannya Papi dan Kamu tegang gitu pembicaraannya?" Tanya Asha"Gak ada apa-apa sha, biasa aja.. aku kalau bicara sama Papi suka gitu, kami suka berdebat berdua