Hari pertama Marchel masuk kantor di PIDWI Corporation, Marchel bertemu dengan President Director PIDWI, Subianto Prawirohusodo. Marchel di perkenalkan kepada seluruh staf dan karyawan PIDWI, sebagai Vice President, dan Subianto juga menunjukkan pada Marchel ruang kerjanya, juga sekretarisnya Suci Indahsari.Setelah berbincang-bincang dengan Subianto, staf dan karyawan, Marchel dipersilahkan untuk koordinasi dengan sekretarisnya. Di ruang kerjanya Marchel di dampingi sekretaris untuk melaksanakan program yang sudah di jadwalkan.Melihat program yang disodorkan sekretarisnya, Marchel complain, "Hari ini saya akan pelajari dulu programnya, besok kamu saya kasih program yang harus kita kerjakan." Kilah MarchelSuci yang ada di hadapan Marchel mengernyitkan dahinya, "Kenapa pak? Ada yang salah dengan program ini?" Selidik Suci"Gak ada yang salah, hanya saja ada yang lebih urgent dari program ini." Tegas MarchelSuci Indahsari, sekretaris Marchel masih sebaya de
"Gak mbak, saya tahu kalau mereka gak bisa di percaya, mereka pernah tanya sih, tapi saya bilang Brama anak mas Marchel." Jelas Narti"Kamu tolong temani Brama ya, saya mau masak solanya, Mami Pesan sayur lodeh sama ikan bawal goreng." Asha langsung tinggalkan Narti di ruang tamu, dia menuju ke dapur.***Setelah dari paviliun, Mami Marchel cerita sama Papi,"Mami tadi ke paviliun ketemu Marchel?" Tanya Philip sama Mami yang membawa secangkir teh dan cemilan.Mami meletakkan teh dan cemilan di atas meja tamu, "Wong Marchelnya udah jalan kerja Pi dari pagi sekali, Asha tadi cerita kalau dia lagi program hamil untuk anak kedua Pi."Philip baru saja mau minum teh, mendengar kabar program hamil Asha dia jadi penasaran, "Kok bisa kebetulan gitu ya mi? Baru aja kita omongin, serius itu mi?" Tanya Philip dengan penasaran"Serius Pi, Asha aja senang banget kok menceritakannya.""Syukur deh mi, semoga Marchel gak cuma punya anak satu kayak kita ya mi?"
Marchel sudah tahu posisi jabatannya yang sesungguhnya, namun dia berusaha untuk tetap bersikap sebagai Wakil Direktur. Namun secara pelaksanaan wewenang, dia sudah menjalankan fungsi sebagai Direktur Utama. Secara etika dia tetap selalu konsultasi dan kordinasi dengan Subianto, Direktur Utama. Dalam masa adaptasi, Marchel sangat hati-hati dalam menjalankan tugasnya, dia tidak ingin para senior di perusahaan itu merasa dilangkahi. Sebagai pemimpin perusahaan dengan usia yang masih sangat muda, Marchel harus siap menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Di PIDWI Corporation, banyak sekali karyawan wanitanya, terutama di bagian administrasi dan purchasing. Hari pertama bekerja, Marchel lebih banyak melakukan angjangsana ke berbagai departemen, di dalam lingkup perusahaan. Marchel harus mengetahui lebih dini potensi yang dimiliki perusahaan. Tidak semua karyawan perusahaan menyukai keberadaan Marchel di perusahaan tersebut, karena biar bagaimana pun Marchel di
Marchel dan Asha mengajak Brama untuk bercanda. Brama berada di pangkuan Asha, Marchel menggoda Brama seakan-akan tidak berjarak sama sekali antara Brama dan Marchel, meskipun Brama bukanlah darah dagingnya.Sikap yang di perlihatkan Marchel, membuat Asha tambah yakin dengan program kehamilannya. Sedikit pun tidak terlihat kalau Marchel merasa kalau Brama bukanlah anaknya, Brama di perlakukannya dengan penuh kasih sayang. Asha sangat bangga dengan sikap Marchel pada Brama."Mas.. apa sih yang ada di benak kamu saat mengajak Brama bermain?" Telusur Asha"Aku melihat Brama seperti layaknya anak-anak seumuran dia, yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Aku mau nanti kalau dia sudah besar, dia merasa akulah ayahnya." Jawab MarchelAsha merasa terharu dengan jawaban Marchel, "itu tulus gak mas? Atau karena kamu mencintai aku?" Cecar AshaMarchel merasa pertanyaan Asha mengujinya, "kamu masih mau menguji ketulusan aku Sha? Bukanlah aku sudah membuktikan sem
"Mama mau bawa Narti dan Brama ke America, saat aku hamil nanti." Lanjut Asha dengan senyam-senyum"Kok kamu senang sih? Kan Brama masih minum ASI Sha? Lagian juga pak Bram belum tentu kasih izin Sha.""Urusan itu mah gak perlu izin om Bram mas.. kan aku ibunya Brama, yang urus Brama, aku kasihan sama Mama mas.. dia kesepian.""Berapa lama Sha? Ntar kalau Papi dan Mami tanya aku jawabnya gimana? Kan mereka tahunya Brama anak aku sama kamu?" Cecar MarchelAsha tidak bisa menjawab berbagai pertanyaan Marchel, "iya juga ya mas.. aku sih kemarin iyakan sih keinginan Mama, habis dia ingin banget dekat sama Brama."Marchel melihat apa yang ingin di lakukan Asha, ada keinginan membahagiakan Mamanya, hanya saja caranya salah."Aku sih ngerti keinginan kamu itu Sha, kamu ingin menyenangkan Mama, sehingga kamu tidak pikirkan efeknya pada kamu sendiri.""Kalau gitu aku harus kasih tahu Mama mas, bilang aja Brama masih perlu istirahat, belum bisa dibawa dalam wa
Di rumah, Philip terlihat sedang terlibat pembicaraan telepon dengan seseorang, "Lho? Dia tetap menolak fasilitas kendaraan perusahaan?" (Mendengarkan) "Di kasih supir juga gak mau? Aneh itu anak.. ya udah tunggu saja sampai dia membutuhkannya."(Mendengarkan) "Ikuti saja keinginan dia dulu pak, yang penting di monitor terus aja." Tutup PhilipMami Marchel yang ikut menguping dari tadi menanyakan, "apa alasan Marchel menolak fasilitas Pi?""Katanya sih ingin menciptakan iklim kerja baru di perusahaan mi.. ya biar ajalah, siapa tahu bisa mengubah keadaan." Jawab Philip"Papi dulu waktu muda keras kepala seperti Marchel gitu ya?" Sindir Mami"Ya memang gitu, kuat memegang prinsip.. dan sangat percaya diri, Papi sih bangga sama Marchel, dia gak cengeng mi.""Tapi ambekan.. kayak Papi," kelakar Mami sambil ngeloyor pergi. Philip yang mendengar kelakar Mami, hanya terdiam sambil memandang ke arah Mami yang terus ngeloyor ke arah dapur
Marchel yang sedang makan siang, tidak mengetahui kehebohan yang terjadi diluar ruangannya. Di ruangan CCTV, Suci minta hasil rekaman dan dia record dengan ponselnya. Dengan begitu dia bisa langsung klarifikasi. Gossip itu pun sampai ketellinga Subianto. Suci pun langsung klarifikasi dengan memperlihatkan hasil rekaman CCTV dari kejadian sebenarnya pada Subianto. Gossip itu pada akhirnya hilang begitu saja setelah di klarifikasi oleh Suci. Begitu Marchel tahu tentang gossip itu dia hanya senyum menanggapinya. Peristiwa itu menyebabkan semua karyawan menjadi waspada, karena setiap ruangan diawasi dengan kamera CCTV. Padahal sebelumnya hanya karyawan tertentu yang tahu ruangan mana saja yang dipasang CCTV. Melalui Suci, Marchel mengingatkan pada karyawan agar bisa menjaga kondusivitas dilingkungan perusahaan. Jangan terlalu cepat menyebarkan gossip yang belum diketahui kebenarannya. Marchel tidak ingin memperpanjang persoalan gossip yang beredar, dan tidak ing
Selesai meeting sama klien Marchel pulang ke rumah, karena dia harus menghormati mertuanya yang baru datang dari Amerika. Kedatangan Marchel di rumah disambut gembira oleh mertuanya. Sambil menggendong Brama mertuanya menyambut Marchel, "Marchel.. selamat ya dengan jabatan baru kamu, semoga kamu bisa mensejahterakan keluarga kamu." Sambut mertua Marchel. "Aamiin.." jawab Marchel. "Mama juga.. selamat datang ya Ma, semoga Mama betah di Jakarta." Balas Marchel"Ya Mama betahlah dekat kalian.. apa lagi ada si Bule ini yang bikin Mama kangen.""Lho? Kok kangennya cuma sama cucunya aja ma? Sama anaknya ini gak kangen ya?" Kelakar Marchel sambil memeluk Asha. "Nah.. itulah bedanya orang tua kalau sudah punya cucu, ya kangennya pindah ke cucu." Ujar Mama Asha dengan mengerlingkan matanya ke arah Asha"Jatah anaknya juga pindah ke cucu ya Ma? Apes dong kalau gitu Mama Brama?" Sindir Asha"Tetap dong.. kalau soal jatah Mamanya tetap nomor satu." Jawab Mama