Haris melirik gadis muda yang sedang berbicara dengan atasannya itu, ia tersenyum manis melihat Naya dari kaca spion dalam.
'Gadis itu begitu cantik dan manis. Cara berpikirnya lebih dewasa dari usianya. Ia juga menanggapi ucapan Bos dengan sangat tenang walaupun beliau sedang marah,' ucap Haris dalam hatinya.
Asisten CEO itu terpesona pada gadis cantik yang dijodohkan dengan atasannya. Gadis tomboy yang berpenampilan sederhana itu mampu membuat hati seorang laki-laki yang belum pernah mengenal cinta itu bergetar.
'Anda sangat beruntung, Bos, dijodohkan dengan orang yang sangat baik, cantik luar dalam,' batin Haris.
Pemuda tampan itu benar-benar terpesona dengan calon istri atasannya. Sesekali Haris melirik Naya yang sedang berbicara dengan calon suaminya dari kaca spion dalam.
"Bos, kita ke rumah sakit dulu saja ya," usul Haris yang ditolak mentah-mentah oleh atasannya itu.
"Tidak usah! Kita pulang saja," titah Gilang kepada asistenny
"Mas Gilang, bangun! Kita udah sampai di rumah." Naya menepuk pipi laki-laki tampan itu dengan pelan.Gilang membuka matanya, menguceknya dengan pelan, lalu perlahan bangun dibantu oleh Naya. Sang asisten sudah membuka pintu mobil dan membantu atasannya untuk keluar.Asisten tampan itu memapah sang bos masuk ke dalam rumah. Naya berjalan lebih dulu untuk membuka pintu.Naya mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah mewah itu. "Ya ampun nih rumah gede banget," gumam Naya dengan sangat pelan.Wanita paruh baya yang sedang duduk si ruang tamu bangun dari duduknya saat tahu calon menantunya datang. Ia berjalan menghampiri Naya. "Sayang, tumben kamu ke sini. Kamu apa kabar, Nak?" Mami Tyas memeluk calon menantunya. Mengabaikan anaknya yang sedang kesakitan."Mi, anakmu lagi terluka, kenapa malah Naya yang ditanya?" protes laki-laki yang memegangi perutnya karena masih terasa sakit akibat tendangan dari teman kekasihnya."Haris bawa dia
"Maksud kamu apa, Nay?" Mami Tyas menoleh kepada menantunya."Begini, Mi ...." Naya menceritakan awal mula kenapa Gilang sampai babak belur.Bukannya marah, tapi sang mami malah tertawa di atas penderitaan anaknya. "Kamu nggak usah minta maaf lagi, Sayang. Itu bukan salah kamu. Siapa suruh dia kasar sama kamu." Mami Tyas memeluk calon menantunya.Gadis tomboy itu melepas pelukan dari sang calon mertua."Kalau Mas Gilang laporin temen aku ke polisi gimana, Mi?" Naya khawatir kalau kekasihnya akan menuntut kedua temennya yang memukuli Gilang."Itu urusan, Mami," sahut Mami Tyas. "Nanti kenalin Mami sama temen kamu yang mukulin Gilang ya. Mami mau ngucapin terima kasih."Ucapan Mami Tyas membuat Naya dan Haris kebingungan. Tapi, keduanya tidak berani bertanya lebih jauh lagi, yang pasti mereka merasa ada perselisihan antara Ibu dan anak itu.'Kenapa Nyonya besar terlihat begitu membenci anaknya. Bahkan dia tidak merasa khawatir sama sekali
'Kenapa Mami bicara kayak gitu di depan Naya? Bagaimana kalau anak itu banyak tanya,' Gilang bertanya-tanya dalam hatinya sembari menatap sang mami yang terlihat sangat membencinya. Dengan terpaksa Gilang turun dari tempat tidur, ia berjalan sambil memegangi perutnya masuk ke ruang ganti. "Biar Naya bantu, Mas." Naya hendak membantu memapah Gilang, tapi sang mami melarangnya. "Nggak usah dibantu, Nay. Dia tuh nggak bisa dipercaya, siapa tahu dia cuma pura-pura sakit aja," cibir sang mami sembari melipat tangannya di bawah dada, menatap sang anak yang sedang berjalan tertatih-tatih. Hatinya terasa sakit mendengar sang mami berbicara seperti itu padanya. 'Mami benar-benar marah sama gue,' batin Gilang sembari menahan rasa sakit di perutnya. Ditambah bibirnya yang masih terasa sangat perih. "Mi, jangan begitu sama Mas Gilang. Tadi mungkin dia nggak sengaja narik-narik tangan Naya karena aku ada di lingkungan kumuh, banyak preman yang berkum
"Penampilan seseorang nggak mencerminkan kelakuannya. Kamu berpenampilan rapi dan terlihat sangat baik, tapi kelakuanmu seperti binatang," kata sang mami dengan penuh emosi.Naya yang melihat calon mertuanya emosi segera menenangkannya. Wanita paruh baya itu begitu murka dengan kelakuan anaknya."Mami yang tenang, jangan emosi kayak gini!" Naya mengusap-usap lengan Mami Tyas untuk menenangkan wanita paruh baya itu, "Kita keluar aja ya, Mi." Naya mengajak Mami Tyas keluar dari kamar Gilang.Gadis cantik itu merasa ada sesuatu yang terjadi antara Gilang dan maminya. Tapi, tidak berani bertanya karena ia cukup tahu diri keberadaannya di rumah itu. Naya hanya calon istri dari anaknya yang belum tentu berjodoh.Ketika di bawah tangga mereka berpapasan dengan Papi Rizky yang baru pulang dari luar kota."Nay, kamu kapan datang?" tanya Papi Rizky kepada calon menantunya."Tadi sore, Pi," jawab Naya sembari tersenyum manis."Muka Mami kenapa m
Naya hilang keseimbangan hingga ia hampir saja terjatuh kalau saja Haris yang kebetulan sedang berada di dapur tidak menahan tubuh gadis tomboy itu.Kini gadis muda itu berada dalam pelukan Haris kedua pasang mata itu bertemu, ada getaran di hati sang asisten saat melihat manik mata Naya yang begitu indah.Ia jatuh cinta pada pemilik mata cantik yang mendamaikan hatinya. Laki-laki tampan yang mempunyai postur tubuh tinggi itu tersenyum manis pada gadis tomboy yang telah mencuri hatinya. Cukup lama mereka saling memandang satu sama lain.'Mas Haris ganteng banget, andai saja aku nggak dijodohkan sama Mas Gilang, aku pasti ....' Naya tersadar dari lamunannya saat mendengar suara calon mertuanya."Ada apa, Nay?" tanya Mami Tyas kepada calon menantunya, "Mami dengar ada suara pecahan gelas."Mami Tyas menyusul Naya ke dapur karena ia khawatir dengan calon menantunya saat mendengar suara pecahan gelas yang terdengar hingga ke ruang keluarga di mana sang
"Nay, Papi minta sama kamu jangan terlalu menuruti keinginan anak itu kalau kamu sendiri tidak mau melakukannya. Jangan pernah mau diajak ke apartemennya lagi ya!" titah sang Papi kepada calon anaknya.Papi Rizky khawatir kalau anaknya akan merusak masa depan Naya. Gilang tidak bisa dipercaya lagi. Ia harus waspada dan segera membicarakan semua kepada sahabatnya yang merupakan orang tua Naya.'Kenapa Papi Rizky ngomong kayak gitu? Apa Mami bilang kepada Papi kalau aku dan Mas Gilang ciuman di apartemen?' Naya bertanya-tanya dalam hatinya sembari menundukkan pandangannya. 'Malu banget aku,' batin Naya."Kalau Gilang kasar sama kamu, bilang sama Mami dan Papi! Walaupun dia anak Mami, tapi kalau melakukan kesalahan tetap harus dikasih pelajaran. Makanya Mami ingin berterima kasih kepada temen kamu," timpal wanita paruh baya yang duduk di samping gadis tomboy itu."Iya, Mi, Pi, terima kasih atas kebaikan Mami dan Papi," sahut Naya sembari menatap Mami dan Pap
"Mas Haris udah punya pacar belum?" tanya Naya memecah keheningan di dalam mobil."Belum, Nona," jawab Haris dengan dengan sopan."Masa sih orang ganteng kayak Mas Haris nggak punya pacar?" Naya tidak percaya dengan ucapan lelaki tampan itu. 'Apa jangan-jangan dia nggak suka sama cewek?' tebak Naya dalam hatinya yang membuat Sisil mengedikkan bahu."Mana ada wanita yang mau pacaran dengan pengangguran," balas Haris sembari tersenyum."Mas Haris 'kan udah kerja," sahut Naya lagi."Saya baru mulai kerja hari ini, Nona," jawab laki-laki tampan itu."Mas Haris mau nggak aku kenalin sama cewek? Kali aja 'kan cocok sama Mas Haris," ujar Naya sembari tersenyum simpul.Naya berniat menjodohkan Haris dengan sahabatnya yang bernama Mia Allura. Dia adalah gadis yang cantik, tapi selalu dimanfaatkan oleh laki-laki yang menjadi pacarnya."Hati saya sudah dicuri orang lain, Nona," balas Haris, menolak dengan sopan tawaran calon istri a
Haris segera kembali ke kediaman keluarga tuannya setelah Naya benar-benar masuk ke dalam rumahnya. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh.Laki-laki itu menyesali perbuatannya karena sudah lancang mencintai calon istri sang bos. Namun, ia sendiri tidak bisa membendung rasa yang datang tanpa permisi."Saya harus bisa mengendalikan perasaan ini, jangan sampai cinta merusak segalanya," gumam Haris sebelum turun dari mobil saat kendaraan itu sudah terparkir di halaman rumah tuannya.Dengan langkah cepat ia segera masuk ke dalam rumah dan melangkah menuju ruang kerja tuannya. Ia mengetuk daun pintu berwarna putih itu dan segera masuk setelah ada sahutan dari dalam.Haris masuk ke ruang kerja Tuan Rizky dengan langkah yang pelan dan berdiri di depan majikannya yang sedang duduk di sofa yang ada si ruangan itu bersama sang istri."Silakan duduk!" perintah Tuan Rizky pada asisten anaknya.Haris pun duduk di sofa yang ada di depan majikannya. I