Home / Romansa / Jerat Cinta Ibu Susu Anakku / Memberikan Penawaran

Share

Memberikan Penawaran

Author: YOSSYTA S
last update Last Updated: 2025-02-22 10:44:04

Beberapa menit yang lalu.

Di saat Raisa yang tiba-tiba saja malah membawa Rafka untuk masuk ke sebuah kamar.

"Kau ini apa-apaan sih, Raisa? Main tarik-tarik aja!" Lelaki berambut klimis itu tampak mendengkus kesal.

"Ikh, coba kau dengerin aku dulu, Rafka!" Seraya mengeratkan gigi, ingin rasanya wanita yang mempunyai darah campuran Belanda dan Indonesia itu menjitak kepala Rafka.

"Dengerin apaan?" Seraya melipat tangan, dengan sangat malas Rafka menjatuhkan bokongnya di atas sofa panjang yang ada di tengah ruang.

Begitu juga dengan Raisa yang ikut duduk di sampingnya kini.

"Coba kau pikirkan bagaimana keadaan anakmu sekarang, Rafka! Bukankah selama ini kau cukup kesusahan mencari ibu susu yang cocok buat bayimu itu?"

"Hem." Pria itu tampak menganggukkan kepalanya pelan. "Terus, apa kaitannya dengan wanita itu, Raisa?" lanjutnya dengan ogah-ogahan.

"Ya, kurasa dialah wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu anakmu nanti."

"Kau tadi lihat sendiri 'kan? Kalau bayimu tadi mau menyusu dan bahkan bisa tertidur lelap di pangkuan wanita itu."

Rafka terdiam, ia mulai tampak merenung apa yang dikatakan oleh sepupunya itu memanglah benar.

"Lagi pula kau juga sudah dengar sendiri 'kan penjelasan dari si suster. Kalau bayimu itu selalu menolak dengan pemberian ASI ataupun susu formula yang diberikan oleh si suster."

"Jika bayimu itu terus-terusan tidak mau meminum susu yang diberikan oleh si suster. Maka bisa saja keadaan bayimu nanti malah akan semakin parah." Dengan tanpa jeda, wanita cerewet itu masih terus mengoceh menjelaskan bagaimana keadaan keponakan kecilnya alias anak dari sepupunya sendiri yaitu Rafka.

"Jadi sebelum itu terjadi, lebih baik kamu harus baik-baikin wanita itu, dan bujuk agar mau menjadi ibu susu anakmu nanti!"

Seraya mengerutkan dahi, Rafka langsung tampak tak setuju.

"Nah, jadi tunggu apa lagi? Kamu tinggal meminta maaf saja padanya. Lalu setelah itu, kau coba ngomong baik-baik saja sama dia, agar dia mau menjadi ibu susu anakmu itu."

"Apa? Aku disuruh minta maaf? Jangan mimpi, aku tidak akan pernah sudi meminta maaf dengan wanita rendahan seperti dia." Dengan rasa gengsi yang tinggi, tentu saja pria angkuh itu langsung menolak.

"Hais, kau ini. Bisa gak sih jangan selalu menilai rendah orang lain!" Wanita itu cukup dibuat kesal dengan sikap sombong dan arogan sepupunya tersebut.

"Alah, sudahlah. Kau ini jangan terlalu berlebihan menilai baik wanita itu. Lagipula kita juga tidak tahu bagaimana sifat dia yang sebenarnya. Kita ini harus berhati-hati dengan orang yang tidak kita kenal, jangan asal percaya begitu saja"

"Bisa saja 'kan di balik wajahnya yang terlihat sok polos itu, ada niatan jahat yang tersembunyi. Kita juga gak tahu." Lelaki itu masih saja tampak menaruh rasa curiga terhadap Vania.

Ya, begitulah Rafka. Dengan segala keangkuhannya yang sudah mendarah daging, ia selalu merasa waspada dan tak mudah gampang percaya dengan sembarang orang.

Seraya mendengkus kesal, wanita berwajah cantik dan elegan itu menggelengkan kepala melihat betapa kerasa kepalanya lelaki tersebut.

"Rafka-Rafka. Kau ini yang terlalu negatif thinking dengan orang lain. Tidak semua orang akan selalu mempunyai sifat jahat seperti apa yang kau pikirkan selama ini, Rafka!"

"Alah, terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau ambil resiko. Aku tidak mau jika anakku nanti sampai kenapa-kenapa. Jadi, lebih baik kita cari wanita lain yang jelas asal-usulnya saja. Jangan main asal percaya dengan orang yang baru kita kenal."

"Oke, kalau begitu, apa kau sekarang sudah bisa menemukan orang yang akan menjadi ibu susu anakmu itu?" tantang Raisa geram. Wanita cantik yang biasanya akan selalu terlihat ramah dengan senyuman lembut di bibirnya itu, kini mulai kesal dalam menghadapi sikap arogansi sepupunya sendiri.

Deg!

Hati Rafka langsung tercenung. Ia tidak bisa menjawab.

"Cih, sudah kuduga. Kau pasti belum bisa menemukan si calon ibu susu buat Alviano 'kan?"

Tebakan Raisa memang benar. Pria beralis tebal dan berhidung mancung itu memang belum bisa menemukan wanita yang cocok untuk dijadikan sebagai ibu susu bayinya.

"Ya sudah, begini saja. Jika kau tak mau bicara sama tuh cewek, biar aku aja yang akan bicara padanya." Lalu dengan tiba-tiba saja, wanita itu langsung bangkit dari duduknya dan bergegas keluar dari ruangan.

"E-eh, Raisa, tunggu!" Sontak Rafka yang panik segera menyusulnya.

Ketika mendengar suara pintu terbuka, tiga orang gadis yang masih dengan setia duduk menunggu di ruang kerja Raisa, dengan serempak langsung menoleh ke arahnya.

Raisa beserta Rafka keluar dari kamar. Lalu dengan wajah cemberut keduanya tampak sedang bersitegang. Kini mereka kembali terduduk di tempat semula.

Sementara ketiga gadis itu masih tetap terdiam, menunggu apa yang akan dikatakan oleh kedua orang tersebut.

"Em, baiklah, Suster. Kalian sudah boleh pergi dari sini sekarang. Dan tolong kalian harus lebih berhati-hati lagi dalam menjaga bayi itu!" ujar Raisa tegas. "Jika nanti sampai terjadi sesuatu hal pada bayi itu, tolong kalian harus segera beritahukan kepada saya di sini, oke?"

"Ya baik, Dok. Kalau begitu kami permisi." Kedua suster muda itu menunduk hormat dan kemudian langsung saja pergi meninggalkan ruangan.

"Em ... jadi begini, Mbak ... siapa namamu?"

"Vania nama saya, Dok," jawab Vania seraya melirik sekilas ke arah Rafka.

Sementara Rafka berpura-pura langsung melengos seolah tak mau melihatnya.

"Baiklah, Vania. Setelah saya dan Tuan Rafka melakukan banyak pertimbangan. Kami akan meminta pertanggungjawaban dari Anda, karena dengan lancang telah berani memberikan ASI kepada bayi itu," ucap Raisa dengan wajah tenang.

"Apaa?! Ta-tanggung jawab! Tanggungjawab yang bagaimana? Saya tidak bersalah, saya hanya ingin membantu. Masa saya harus bertanggungjawab?" sahut Vania kebingungan.

"Ya, Anda harus bertanggungjawab dengan cara harus mau menjadi ibu susu dari bayi itu." lanjut Raisa menjelaskan.

"Apaa! I-ibu susu?" Jelas Vania kembali terpekik kaget.

"Tidak perlu!" sambar Rafka tiba-tiba. Dengan wajah dingin tanpa ekspresi, Ia masih saja tampak tak setuju dengan usulan Raisa.

Tok-tok-tok!

Semua orang yang sedang bersitegang itu terjingkat dan langsung menoleh ke arah pintu secara serempak.

"Ya, masuk!" seru Raisa.

Klik!

Dengan raut wajah panik, ternyata salah satu perawatan tadi kembali memasuki ruang.

"Maaf, Dok. I-itu-- bayinya kembali menangis dan masih menolak pemberian susu dari kami," lapornya cemas.

"Tuh 'kan sudah kubilang, pasti bayimu akan kembali menolak susu itu, Rafka. Jadi, tunggu apalagi? Apa kau akan membiarkan anakmu itu terus kelaparan?" tanya Raisa. Membuat Rafka mulai jadi kebingungan.

Sebenarnya Vania juga ikut merasa cemas memikirkan bayi itu. Namun, jika melihat sikap kasar dan arogan ayah dari bayi tersebut, sehingga membuatnya berpura-pura acuh, dan tak mau memperdulikannya lagi.

Lalu ia ingin segera pergi saja dari ruangan itu. "Baiklah, karena semua urusan sudah selesai. Jadi, tak ada alasan lagi buat saya tetap berada di sini. Kalau begitu saya permisi."

Namun, ketika melihat Vania akan pergi, dengan tanpa terduga, tiba-tiba saja lelaki itu malah menahan tangan Vania.

"Sepuluh juta. Aku akan membayar mu 10 juta per bulan, jika bersedia menjadi ibu susu bayiku!" celetuk Rafka tiba-tiba.

"Huh!" Sontak saja, baik itu Vania, juga Raisa langsung terbengong mendengarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Els Arrow
apalahhh ini thooorrr, terkuras air mataa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Mulai Penasaran

    Di sore hari. Sesaat, setelah kepulangan Rafka dari kantor, lelaki itu tampak dengan lesu memasuki kamar. Hari ini ia benar-benar merasa lelah, karena kepadatan pekerjaannya di kantor, cukup menguras tenaga dan juga pikirannya. Pria itu mengendorkan dasi, dan mulai melangkah mendekati ranjang. Setelah melepaskan dasi, ia meletakkannya di pinggir kasur tempatnya terduduk kini. "Huff, benar-benar sangat melelahkan," gumamnya seraya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Sungguh ia ingin merebahkan diri untuk sekedar beristirahat sejenak. Namun, baru saja ia akan memejamkan mata, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu. Tok-tok-tok! "Rafka, bolehkah aku masuk?" ucap seorang wanita yang tengah berdiri di depan pintu kamar. "Hais, ngapain lagi sih nih, cewek? Ganggu aja!" Tanpa mau menjawab, dengan sangat malas, pria itu hanya dengkusnya kesal. Karena tak segera mendapat jawaban, dengan lancang Dinda langsung saja membuka pintu. Kleek! Tanpa disuruh, wanita yang

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Merasa Aneh

    Di ruang tamu yang cukup luas dan megah, kini seluruh anggota keluarga Rafka, beserta Vania tengah terduduk menyebar di sofa panjang yang membentang di tengah ruang. Dengan satu per satu wanita muda itu diperkenalkan dengan seluruh anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut. Mulai dari kepala keluarga yaitu, Tuan Abymana Surya sang ayah dari Rafka. Lalu, Dinda Putri Kirana yaitu sang istri dari lelaki tersebut. Juga Erline Mohan, sang adik kandung dari ayahnya Rafka, yang berarti nenek dari bayi kecil yang akan diasuh dan disusui oleh Vania. Ya, walau pun Erline sebenarnya tidak ikut tinggal di rumah itu. Tetapi, wanita itu kerap kali datang berkunjung untuk menyambut kehadiran sesosok bayi kecil yang baru sekitar satu bulanan yang lalu hadir sebagai anggota baru di rumah tersebut. "Oh, jadi nama kamu Laras?" tanya Erline. Seraya masih menggendong Baby Al, wanita itu selalu menampilkan senyuman ramah kepada siapa pun juga. Termasuk terhadap Vania, sosok pengasuh baru yang ak

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Kediaman Keluarga Rafka

    "E-eh!" Brugh! Tak sengaja, tubuh Vania oleng langsung mendarat tepat di atas pangkuan Rafka. Hingga membuat Rafka yang kaget pun reflek memeluk pinggang wanita itu dari samping. Dug-dug ... dug-dug! Dengan jantung yang berdetak kencang, dua orang itu terpaku dan larut dalam pandangan matanya masing-masing. Untuk sesaat, Vania seolah berhenti bernafas karena terhipnotis oleh ketampanan wajah orang yang ada di hadapannya kini. Begitu juga dengan Rafka, hatinya kini bergetar, matanya seolah enggan berkedip terus menatapnya. "Huff, hampir saja!" Sambil mengelus dada yang berasa jantungnya mau copot, sang supir merasa lega. Karena hampir saja ia menabrak kucing yang mendadak lewat. "Maafkan saya, Tu-tu-an!" Sontak saja ia membelalakan mata kaget, ketika menoleh ke belakang, ia melihat pemandangan yang tak terduga. Di mana si Tuan mudanya malah tengah memangku mesra sang pengasuh baru. Seketika keduanya langsung tersadar. Lalu, dengan wajah yang sama-sama memerah karena m

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Penampilan Baru

    Sesuai apa yang telah disarankan oleh Tiara, kini Vania benar-benar telah merubah penampilan. Mulai dari rambut yang semula ikal sebahu, kini dibuat lurus dan dipotong sebatas leher. Lalu, tak lupa pula diwarnai menjadi sedikit kecokelatan. Kemudian agar semakin membuatnya berbeda dari sebelumnya, dirinya kini memakai kacamata besar dan juga masker untuk menutupi sebagian wajah. Rafka yang melihatnya pun, langsung mengernyitkan dahi merasa aneh dan keheranan saja padanya. Seraya memicingkan sebelah mata, dalam hatinya berkata, "Ada apa dengan gadis ini? Kenapa sekarang penampilan menjadi aneh begini?" Sementara Vania, bisa mengerti akan sikap keheranan lelaki itu. Bagaimana tidak heran? Dirinya memang sengaja berpenampilan seperti gadis culun. Dengan kacamata besar, pakaiannya juga sangat-sangat sederhana atau mungkin bisa dibilang norak dan kampungan untuk jaman sekarang. "Selamat pagi, Tuan," sapanya tersenyum ramah. Walaupun pria itu tidak bisa melihat senyuman di bibir

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Menyusun Rencana

    "Maksudnya adalah, aku ingin membalas perbuatan Dinda padaku dulu," ucap Vania dingin. Dengan wajah tanpa senyum, sorot matanya menggambar ada kobaran api amarah yang membara di dalam hati. "Tunggu-tunggu! Jadi kamu ingin membalas dendam pada sepupumu itu?" tanya Tiara. Vania pun mengangguk. "Iya. Aku akan merusak rumah tangga wanita licik itu. Bukankah dia dulu juga melakukan hal seperti itu padaku?" Tanpa sadar Tiara juga ikut mengangguk. "Karena dia sudah membuat hubunganku dengan Rendy hancur. Maka sekarang aku akan membalasnya." Dengan wajah penuh amarah, tampak jelas, wanita yang memakai kemeja biru muda itu menyimpan dendam pada sepupunya. Tiara bisa mengerti dan memaklumi bagaimana perasaan Vania saat ini. Pasti, sahabatnya itu merasa sakit hati atas perbuatan Dinda padanya dulu. Namun, ia tak pernah mengira kalau Vania berniat akan membalas perbuatan sepupunya tersebut. Tapi, wajar saja sih, jika dia ingin melakukan itu. "Em ... apakah kamu masih mencintai Rendy

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Bertemu Teman

    Di sebuah kafe kecil pinggir jalan, tampak seorang wanita muda yang duduk di salah satu kursi, tengah menunggu kedatangan seorang teman. Tak berselang lama kemudian, datang seorang wanita cantik berkemeja krem dan bercelana jeans memasuki kafe. Vania, wanita yang tengah menunggunya pun langsung saja melambaikan tangan ke arahnya. "Hay, Ara! Aku di sini," serunya. Wanita bernama Tiara itu segera bergerak menujunya. "Ya Allah, Vania! Apa kabar?" Dengan wajah sumringah, wanita itu langsung saja memeluk sahabatnya yang sudah lama ia rindukan. Karena semenjak Vania pergi dari rumah pamannya, mereka sudah jarang sekali untuk bertemu. "Alhamdulillah aku baik. Kamu sendiri gimana?" Setelah cipika-cipiki, keduanya pun terduduk di kursinya masing-masing. "Alhamdulillah aku juga baik. Em ... maafkan aku, Nia! Karena aku kemarin tidak bisa datang ke pemakaman bayi kamu. Aku turut berdukacita dan aku harap kamu bisa bersabar ya, Nia!" Wajah yang semula terlihat ceria kini berubah se

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Penyesalan Sang Paman

    "Em ... Paman ingin meminta maaf padamu. Karena mungkin selama ini Paman tidak bisa menjadi orang tua yang baik untukmu." Sebagai paman, yang seharusnya berperan menjadi pengganti orang tuanya Vania, ia merasa tak becus dan hanya jadi beban bagi Vania. "Tidak, Paman. Paman sudah menjadi orang tua yang terbaik bagi Vania." Dengan mata yang berkaca-kaca, tentu saja gadis itu menggelengkan kepalanya, merasa iba melihat pamannya yang tampak sedang sedih dan malah menyalahkan dirinya sendiri. "Tidak, Nia. Paman adalah orang tua terburuk di dunia ini. Nyatanya Paman tidak bisa membimbing istri dan anak Paman agar bisa berperilaku baik sepertimu." Sungguh, di dalam lubuk hati yang paling dalam, lelaki itu merasa sangat kecewa. Mengingat bagaimana sikap buruk istri dan anaknya yang suka semena-mena terhadap Vania. "Bahkan, Paman tidak bisa membela mu di saat kamu sedang terpojok ataupun membutuhkan pertolongan. Dan sekarang Paman hanya menjadi beban. Pastinya kamu sangat kesusahan untuk

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Merasa Aneh

    Setelah menunggu Dinda keluar dari ruang bayi, baru kemudian Vania masuk untuk memberi ASI baby Al terlebih dahulu. Setelahnya ia pun kembali ke dekat ruang operasi pamannya. Berapa jam kemudian operasi pun telah usai. Ia melihat kalau pamannya kini sedang dibawa ke ruang pemulihan (PACU) untuk dipantau sampai sadar kembali. Setelah sadar, baru pasien di pindahkan ke ruang ICU untuk pemantauan dan perawatan pasca operasi. Dengan wajah yang diliputi penuh kekhawatiran, Vania mengikuti ke manapun pamannya berada kini. Menurut informasi yang ia dapatkan dari dokter yang menangani oprasi pamannya tadi. Setelah operasi, biasanya pasien akan dirawat di ruang ICU selama 1-2 hari untuk pemantauan lebih lanjut, dan rawat inap di rumah sakit dapat berlangsung selama 7-12 hari. Untuk pemulihan penuh, dapat memakan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan, tergantung dari kondisi kesehatannya si pasien nanti. Kini gadis yang sedari tadi belum sempat mandi ataupun berganti pakaian

  • Jerat Cinta Ibu Susu Anakku    Terusir

    "Berani-beraninya kamu menuduh Dinda!" Dengan mata berapi-api, wanita bernama Kartika itu terlihat sangat marah pada Vania. "Apa seperti inikah caramu berterimakasih kepada kami, huh?" bentaknya geram. Sembari memegangi pipinya yang memerah dan terasa panas karena tamparan bibinya, wajah gadis itu menunduk dan menggeleng pelan. "Sudah untung keluarga kami mau menampung mu di sini. Tapi apa balasannya? Kamu malah menuduh anakku yang tidak-tidak?" Wanita yang dipanggil sebagai Bibi oleh Vania itu merasa tak terima jika anak gadisnya itu dijelek-jelekkan. Dengan sekuat tenaga, Vania berusaha untuk terlihat tegar. Namun, air mata yang sedari tadi ia tahan, perlahan mulai tampak mengalir membasahi pipi. Sungguh dirinya tidak pernah mengira kalau ternyata, baik itu bibi dan sepupunya begitu sangat membencinya. Sehingga mereka tega melakukan ini semua padanya. "Ayah, lihatlah keponakan kesayanganmu ini!" Dengan penuh emosi, wanita berbaju coklat muda itu menunjuk ke arah Vania.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status