Share

Jerat Cinta Mantan Suami
Jerat Cinta Mantan Suami
Author: Andhika yp

Bab 1

KAMU DAN SECARIK KERTAS

Tujuh tahun yang lalu….

Ratna menguncupkan senyum di sudut bibirnya pada saat ia melihat kertas yang ada di genggamannya sekarang. Hatinya benar-benar sumringah karena tugas sebagai seorang istri telah ia capai saat ini. Ia memejamkan mata dan meletakkan kertas tersebut ke saku baju dan langsung menuju ke arah dapur untuk membuatkan teh hijau yang paling disukai oleh sang suami. Ia mengaduk larutan teh di dalam gelas sambil bersenandung riang. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu rumah terbuka. Ia menoleh ke arah pintu dan tersenyum karena sudah tahu siapa pelaku yang membuka pintu tersebut. Tanpa basa-basi ia langsung berlari menuju ke pintu tersebut.

“Mas, kamu sudah pulang?” tanyanya ketika ia sudah sampai di pintu tersebut.

Ya, orang yang membuka pintu tadi adalah suaminya yang baru saja pulang dari tempat kerja. Bukannya menjawab pertanyaan yang ia berikan, suaminya itu malah menatapnya dengan datar lalu duduk di sofa ruang tamu.

“Mas, ada sesuatu yang ingin aku kasih tahu ke kamu,” ucap Ratna dengan perasaan yang sumringah dan memilih acuh tak acuh terhadap wajah datar suaminya.

Tristan Adithama atau biasa dipanggil dengan Tristan adalah suaminya. Tristan menarik napas dengan berat dan meletakkan kepalanya di sandaran sofa. Ratna yang melihat sikap Tristan yang seperti sedang memikirkan sesuatu, akhirnya memutuskan untuk duduk di dekat suaminya itu.

“Mas, kenapa? Apakah ada masalah di kantor Mas?” tanyanya dengan perasaan yang heran.

Masih bungkam dan tidak mengatakan apa pun, Tristan mengambil tas kerja yang ada di sampingnya. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas tersebut lalu melemparkannya ke atas meja.

"Apa itu?!" bentaknya dengan suara yang sangat keras sehingga membuat Ratna terkejut bukan kepalang. Dengan wajah yang penuh amarah Tristan menunjuk beberapa lembar foto yang tadi ia lempar ke atas meja.

Ratna merasa bingung dengan apa yang dimaksud dengan suaminya ini. Pasalnya, selama menikah Tristan tidak pernah sekali pun memarahi atau membentaknya. Ratna mengambil salah satu foto yang tadi dilemparkan oleh Tristan. Betapa terkejutnya ia saat melihat foto itu yang menampilkan potret dirinya bersama Yogi, sahabat suaminya. Di dalam foto tersebut terlihat Yogi sedang duduk dan dirinya berdiri di kursinya. Memang benar, jarak antara kursi Yogi dan kursinya sangat dekat. Akan tetapi, jaraknya tidak sedekat seperti yang ada di foto.

“Kenapa diam? Kamu tidak bisa jelasin kan?” bentak Tristan dengan kasar yang tentunya membuat Ratna terkejut.

“Mas, ini adalah kesalahpahaman. Foto ini tidak benar. Aku bisa jelasin ke kamu.” Ratna mencoba memegang tangan suaminya untuk menenangkan dan berbicara jujur. Akan tetapi, suaminya itu malah menghentakkan  tangan Ratna dengan kasar bahkan sentakan tersebut membuat Ratna terjatuh ke lantai.

“Kau tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi kepadaku karena Yogi sudah menjelaskannya sebelum kau menjelaskan padaku."

Ratna tersenyum dan girang ketika mendengar ucapan suaminya dan memeluk Tristan dengan sangat erat. “Bagus dong, Mas, kalau Yogi sudah menjelaskan semua kesalahpahaman ini,” ucapnya.

Tapi tiba-tiba kembali Tristan menyentakkan pelukan itu sehingga Ratna jatuh ke lantai lagi.

“Haha …. Salah paham katamu?” tanya Tristan dengan sedikit mencibir. “Dasar wanita jalang! Yogi mengatakan bahwa kamu dan dirinya memiliki hubungan selama ini. Bahkan dia juga mengaku padaku bahwa kamu menyesal telah menikah denganku dan ingin meninggalkanku,” lanjut Tristan.

Ratna benar-benar terkejut dengan ucapan Tristan. Ia benar-benar menolak apa yang diucapkan oleh Yogi kepada Tristan karena memang dirinya dan Yogi tidak menjalin hubungan apa pun. Bahkan mereka berdua jarang bertemu. Walaupun mereka bertemu dan terlihat seperti di foto, itu pun mereka membahas tentang masalah pekerjaan Tristan bukan untuk hal yang lain.

“Mas, kok gini? Jadi, Mas lebih percaya dengan sahabat Mas daripada aku?” Ratna mulai meneteskan air matanya. Ia benar-benar tak percaya bahwa suaminya tidak mempercayai apa yang ia ucapkan dan memilih untuk percaya dengan Yogi yang jelas-jelas berkata tidak jujur.

“Ya, aku percaya dengan sahabatku, lah! Kamu memang wanita jalang dan murahan! Apakah kau tidak puas dengan layananku di ranjang dan sebagai seorang suami? Tega-teganya kau memacari sahabatku hanya untuk memuaskan hasratmu!” bentak Tristan.

“Mas, cukup! Ini bukan seperti yang kamu pikirkan. Itu tidak benar, Mas!” Meskipun hatinya sangat sakit namun Ratna tetap mencoba untuk mengatakan semuanya dengan jujur.

“Jangan kau membual lagi, Jalang! Sekarang kaukemasi barangmu dan keluar dari rumahku! Mulai detik ini, kau bukan istriku lagi!” seru Tristan dengan penuh emosi.

Melihat suaminya yang tidak percaya dengan ucapannya dan mengacuhkan dirinya, Ratna pun menangis dengan keras. Ia benar-benar tidak percaya bahwa pria yang selama ini disayangi, cintai, dan juga menjadi sandaran untuknya telah meragukan cinta dan kesetiaannya. Kini hati Ratna benar-benar hancur.

Dengan tertatih dan hati yang dipenuhi duri, Ratna berjalan menuju ke arah kamarnya. Sambil menangis, ia mengeluarkan koper besar dari lemarinya. Tak lupa ia juga memasukkan semua baju ke dalam koper itu. Akan tetapi, ia menyisakan beberapa gaun yang pernah dibelikan oleh suaminya. Ia juga melepaskan semua perhiasan, kartu kredit,  dan apa pun yang sudah diberikan oleh suaminya. Setelah merasa semua sudah siap, Ratna mengambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu sambil terisak.

Untuk Tristan Adhitama,

Sosok pria yang sudah menjadi raja dalam hidupku selama  2 tahun ini.

Seperti mahkota yang jatuh terpaksa dari atas kepala. Bersama surat ini luruh sudah tugasku sebagai seorang istri untukmu walaupun ini bukan keinginanku. Aku tidak menyangka bahwa pria yang aku jadikan raja atas diriku dengan teganya menuduhkan atas hal yang tidak pernah aku lakukan. Bahkan dengan kata-katamu yang setajam belati,  kau mengatakan lebih percaya dengan sahabatmu dibanding aku, istrimu.

Terima kasih untuk kehidupan 4 tahun ini yang sudah aku jalani bersamamu. Jika suatu saat bola mata kita bertemu, aku harap kau jangan pernah menyapaku. Anggap bahwa kita berdua adalah orang asing yang tidak punya cerita di masa lampau.

Bersama surat ini, aku tinggal semua barang yang pernah kau berikan padaku. Buku nikah yang pernah kita tandatangani dalam sebuah acara yang sakral juga aku tinggalkan di sini. Semoga kau bahagia seperti hidup yang dijanjikan oleh ibumu.

Setelah menulis surat itu, ratna menghapus air matanya dengan kasar lalu meletakkan surat tersebut di bawah bantal bersama buku nikah dan barang lainnya. Ia melangkah dengan gontai menuju ke arah pintu. Berbekal dengan tabungan ala kadarnya, ia memutuskan keluar dari rumah ini dan memulai hidup barunya seorang diri tanpa sandaran lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status