Share

Bab 5

DETAK JANTUNG

“Mama, di mana sepatuku? Kok, enggak ada di rak sepatu!” teriak Sky dari arah kamarnya.

Ratna yang sedang berkutik di dapur sedang menyiapkan bekal Sky pun terkejut mendengar teriakan anaknya itu. Ia pun menghelas napaa sebab hampir di setiap pagi pasti anaknya itu berteriak mencari barangnya, entah itu sepatu, dasi, hingga penghapus pun ia cari. Awalnya Ratna membiarkan anaknya itu agar ia bisa menemukan sepatunya dan mencarinya terlebih dahulu namun Sky tetap berteriak sehingga ia pun harus menghampiri kamar anaknya yang ada di lantai dua.

“Nyari apa lagi sih, Sayang?” tanya Ratna ketika sudah sampai di kamar anaknya. Ia melihat Sky sedang mengacak-acak rak sepatu yang ada di depan pintu kamarnya. Melihat sepatu yang awalnya tadi rapi kini menjadi berantakan, Ratna hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

“Mama lama banget, sih! Sepatu aku hilang sebelah.” Sky menghadap ke arah Ratna dengan wajah yang cemberut.

Tanpa basa-basi Ratna pun menuju ke kamarnya dan mengambil sepatu yang ada di belakang pintu . Setelah itu ia menghampiri Sky yang ada di kamar sebelah lalu  Ratna memberikan sepatu itu kepada Sky. Bukannya Sky menerima sepatu itu, tapi  Sky  menggelengkan kepala dan tetap mengerucutkan bibir.

“Sekarang kenapa lagi?” tanya Ratna yang heran dengan sikap anaknya ini.

“Enggak jadi pakai sepatu yang itu,” tolak Sky yang membelakangi Ratna.

“Lah, kenapa?”

“Enggak, ah, udah gak ingin!" ucap  Sky.

“Udah pakai yang ini aja. Jangan rewel, Sayang, nanti telat. Memangnya kamu mau dihukum sama guru yang gemuk seperti kata kamu kemarin?” bujuk Ratna. Mendengar ucapan Ratna, Sky pun membalikan badan dan menggelengkan kepala. “Nah, ayo pakai,” lanjut Ratna.

Meskipun hatinya masih kesal, Sky pun akhirnya mengambil sepatu itu dari tangan Ratna. Bagaimanapun juga, ia harus memakai sepatu itu agar tidak telat masuk sekolah dan tidak dihukum oleh ibu guru gemuk seperti yang ia ceritakan kemarin. Melihat sikap Sky yang kesal, Ratna hanya bisa menahan tawanya.

 “Nanti kalau Mama enggak  bisa jemput, mau, ya, dijemput sama mbak Ririn?” tanya Ratna dan Sky pun hanya mengangguk setuju. Ririn adalah salah satu pegawai di tokonya.

Tak terasa sudah hampir setahun Ratna dan Sky tinggal di  Jakarta ini dan semua pekerjaannya sudah berjalan dengan lancar bahkan Sky juga sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Melihat Sky yang semakin hari mempunyai banyak teman, Ratna ikut senang dan bersyukur kepada Allah karena Dia-lah yang membantu dan menemani hidup dan perjuangannya hingga saat ini.

Terkait usaha yang dibangun oleh Ratna saat ini di kota Jakarta adalah  sebuah toko yang ia beri nama ‘Skyland’ itu mempunyai tiga lantai. Pada lantai pertama ia gunakan untuk menjual alat tulis perkantoran atau sekolah, lantai keda untuk menjual peralatan kosmetik, dan lantai tiga digunakan sebagai pantry (mushola dan ruang pribadinya). Tak hanya itu saja, lantai ketiga digunakan juga untuk menjalankan usaha toko onlinenya.

Hari ini adalah hari Sabtu dan Sky mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Biasanya di jam pertama hingga kedua, para murid akan diajari tentang mata pelajaran umum namun di jam ketiga dan seterusnya diisi oleh ekstrakurikuler. Sky sendiri mengikuti ekstrakulikuler renang karena memang anak itu suka dengan air. Jika ditanya kenapa ia memilih ekstrakurikuler renang, pasti jawabnya ia tidak ingin renang gaya batu seperti yang ia lihat di berita televisi.

Jika hari Sabtu begini, Sky akan pulang sekolah sekitar jam sebelas siang. Akan tetapi, sayangnya hari ini Ratna tidak bisa menjemput Sky karena ia harus bertemu dengan seorang arsitektur yang menangani pembangunan tokonya yang lain. Kalau sudah begini, biasanya Sky akan dijemput oleh Ririn, salah satu pegawai di tokonya.

“Sky, nanti kamu mau balik langsung ke rumah atau balik ke toko dan pulang bareng Mama?” tanya Ratna ketika ia dan Sky sudah ada di dalam mobil.

“Pulang aja, Ma, ada Mbak Ina  di rumah, kan?” jawab Sky datar sambil memainkan ipad hitamnya.

“Ada. Ya, udah, nanti Mama pulang agak sore karena ada banyak kerjaan. Kalau kamu lapar, Mama udah buatin makanan di kulkas,” jelas Ratna yang dibalas anggukan kepala oleh Sky.

Sesampainya di parkiran sekolah, Sky pun langsung salim kepada Ratna dan mengecup pipi ibunya. begitupun dengan Ratna yang tak hentinya menciumi pipi gembil Sky. Meskipun setiap hari mereka bersama namun kalau melepas Sky sendiri di sekolah Ratna merasa sedih pasalnya ia takut terjadi apa-apa kepada anaknya.

“Semoga harimu baik-baik saja dan menyenangkan,” ucap Ratna dan Sky pun langsung melambaikan tangan masuk ke halaman sekolahnya.

***

Ratna masih berkutat dengan pekerjaannya. Pekerjaannya hari ini dapat dikatakan cukup padat sebab ada banyak sekali hal yang harus diurus. Di tengah-tengah ia berkutat, tiba-tiba teleponnya berbunyi membuat Ratna berhenti dan mengangkat telepon itu.

“Halo, Rat, bagaimana arsiteknya?” Risti yang menghubunginya.

“Ohh, alhamdulilah dia sangat pandai dan desainnya sangat bagus,” jawab Ratna.

“Syukurlah kalau begitu. Oh ya, besok keluar, yuk? Sekalian kamu ajak Sky juga. Nih, Aurel katanya mau ketemu Sky,” ajak Risti.

“Oh, boleh, sih. Dasar itu anakmu genit, maunya nempel Sky terus,” goda Ratna.

“Ya tidak apa-apa kalaupun Aurel jodohnya Sky, kamu harus kasihin satu usahamu buat dia,” canda Risti.

“Haha ... itu urusan belakang. Oh ya, aku matikan dulu, mau cek barang di lantai satu.” Tak lama kemudian sambungan telepon keduanya terputus.

Setelah itu Ratna turun ke lantai satu untuk mengecek barang dagangannya. Ia melihat keadaan tokonya cukup ramai dengan pembeli sehingga Ratna sangat bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya. Menurutnya, setelah ia memiliki Sky di dunia ini semua rezekinya lancar mengalir dan mudah untuk didapatkan. Ia berjalan turun dan menyapa semua pegawainya.  Tak lupa ia juga mencari Ririn karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul dua belas siang yang menandakan  bahwa sebentar lagi waktunya Sky pulang sekolah. Akan tetapi saat ini Ririn tidak ada kata pegawai lain ia sedang keluar.

Sambil menunggu kedatangan Ririn, Ratna pun memutari setiap rak dagangannya dan mengamati setiap pembeli yang datang. Akan tetapi, tiba-tiba ia merasa sedang diamati oleh seseorang. Benar saja, tak lama kemudian ia merasa bahwa namanya dipanggil. Ia pun menoleh ke arah suara itu berasal dan otot-otot lehernya pun menegang ketika melihat siapa orang yang memanggilnya.

Orang tersebut mencoba mendekati dirinya dan membuatnya terpaku di tempat. Akan tetapi, saat satu meter jarak keduanya dekat Ratna mulai dapat menggerakkan tubuhnya dan langsung naik ke lantai tiga dan masuk ke ruangannya. Ia menyembunyikan tubuhnya di balik pintu dengan kaki yang bergetar hebat bahkan jantungnya berdegup sangat sakit. Bagaimana ia bisa bertemu dengan orang itu? Jakarta ini sangat luas tapi mengapa ia bisa bertemu dengannya di sini?

“Ini pasti mimpi!” ucap Ratna yang memerosotkan tubuhnya ke lantai dengan lemas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status