Home / Romansa / Jerat Cinta Pembantu Jandaku / Bab 2 Pengkhianatan Yang Menyakitkan

Share

Bab 2 Pengkhianatan Yang Menyakitkan

last update Huling Na-update: 2025-09-07 19:49:04

Kanaya masih tak bergeming. Ia masih meratapi nasibnya yang begitu tragis. Ternyata, kecurigaannya selama ini terbukti benar.

Beberapa kali, Kanaya terlibat pertengkaran dengan Hendra karena Kanaya mencurigai Hendra berselingkuh. Namun, Hendra selalu saja mengelak dan malah berbalik marah kepada Kanaya.

“Naya!” Sentak Rini mencoba menyadarkan Kanaya yang seperti orang linglung. “Ayo! Pak RT udah nungguin kamu.”

“I-iya, Mbak.”

Kanaya tinggalkan pekerjaannya begitu saja dan ikut bersama dengan Rini. Dengan diboncengkan sepeda, Kanaya tak berhenti menangis di sepanjang perjalanan menuju ke rumah Pak RT.

Setiap pasang mata yang melihat Kanaya, mereka saling berbisik sebab berita ini sudah menyebar sampai ke pelosok desa.

Hanya butuh waktu sepuluh menit, Kanaya dan Rini sampai di kediaman Pak RT. Di depan rumah itu, banyak sekali warga yang berkumpul.

Perhatian semua orang seketika langsung tertuju kepada Kanaya ketika Kanaya turun dari motor.

“Kasihan banget, ya, padahal dia kerja keras sepanjang hari. Eh, suaminya malah selingkuh!”

“Halah, paling istrinya ga bisa kasih yang terbaik, pantes Hendra pilih Susi.”

“Hendra, Hendra, sayang banget istrimu yang masih cantik disia-siakan. Lebih baik dia menikah denganku. Tuhan ga adil, ya, Kanaya yang baik malah ketemu laki-laki model Hendra.”

Cibiran warga tidak dipedulikan lagi oleh Kanaya.

Amarah, sedih, kecewa, semua campur menjadi satu. Semua sudah dia siapkan, termasuk umpatan saat dia melihat wajah Hendra dan Susi.

Jantung Kanaya semakin tak karuan ketika ia menginjakkan kaki di ruang tamu Pak RT dan melihat secara langsung bagaimana sang suami duduk bersama dengan Susi disana.

Keduanya di hadap langsung oleh ketua RT bernama Suherman dan juga RW setempat bernama Kardi.

Air mata Kanaya mengalir bak air bah yang sudah tak terbendung lagi. Betapa hancurnya Kanaya menyaksikan suaminya mengkhianati janji suci pernikahan mereka.

“Kemari, mbak Naya.” Pinta Suherman.

Dengan tubuh gemetar, Kanaya berjalan perlahan tanpa mau memandang Hendra. Kanaya duduk tepat di sebelah Suherman dengan posisi yang saling berhadapan dengan Hendra.

“Karena istri dari Pak Hendra sudah datang, maka kita bisa mulai saja.” Ujar Kardi.

Kanaya remas celananya dan menyiapkan hatinya untuk mendengarkan semua fakta yang tentunya akan menyakiti hatinya.

“Jadi begini, mbak Kanaya... Suami Anda, Pak Hendra terpergok melakukan hubungan intim dengan Susi di kediaman Susi. Kami terpaksa membawa mereka berdua kesini untuk menghindari amukan warga.” Jelas Suherman.

“Menurut keterangan keduanya, ini bukan kali pertama mereka melakukan ini. Dan hubungan mereka sudah terjalin sejak satu tahun terkahir.” Tambah Suherman.

Kanaya menggigit bibir bawahnya untuk menahan isakan tangisnya. Perlahan ia angkat kepalanya dan memberanikan diri untuk menatap langsung netra sang suami.

“Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Mas? Apa salahku padamu?” Tanya Kanaya dengan hati yang teriris-iris.

Hendra tak menjawab dan hanya diam saja. Jujur saja, Hendra merasa sangat malu sekali sekarang. Apalagi, tak hanya satu atau dua orang saja yang mengetahui aib nya. Namun, semua warga kampung sudah mengetahui aib nya bersama Susi.

“Jawab aku, Mas! Kenapa kamu tega berselingkuh dengan Susi, sahabatku sendiri? Otakmu di mana?” Suara Kanaya mulai meninggi.

Kesabarannya benar-benar sudah habis sekarang. Pengkhianatan yang dilakukan oleh Hendra tak akan bisa ia maafkan lagi.

“Karena aku mencintai Susi,” Jawab Hendra. Tak ada simpati, kecewa, atau penyesalan.

Semua warga juga terkejut, tak terkecuali Kanaya yang sudah mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“Hah? Benar firasatku, selama ini kamu main belakang!? Dasar laki-laki tak tau diuntung. Aku kerja keras banting tulang, tapi uangnya kamu pakai buat nafkahi selingkuhan!” Kanaya sampai tak percaya mendengar jawaban sang suami.

“Kami saling mencintai, dimana letak salahnya?”

Tak hanya Kanaya, bahkan semua orang yang ada disana pun cukup terkejut dengan pengakuan dari Hendra. Jawaban Hendra membuat semua orang semakin geram. Bahkan, semua orang meneriaki Hendra dan juga Susi.

“Gila ya, kamu? Kamu sudah punya istri dan anak. Bisa-bisanya kamu menjalin hubungan dengan Susi.” Kanaya menyambar gelas berisi air lalu menyiramkannya ke wajah Hendra.

“Kanaya, beraninya kamu-“

Plak...

Kalimat Hendra menggantung di udara ketika Kanaya melayangkan tamparan keras ke pipi Susi. Semua orang cukup terkejut namun mereka memberikan dukungan atas tindakan yang Kanaya ambil.

“Dan kamu, jalang!” Kanaya menahan agar air matanya tidak tumpah.“Aku yang membantumu saat kamu dapat KDRT dari mantan suamimu. Uang aku kasih, keluh kesahmu juga aku dengar, terus apa? Tega, ya, kamu malah menusukku dari belakang. Apa ini yang kamu sebut balas budi?”

Susi merasakan pipinya sangat panas akibat tamparan dari Kanaya. Andai saja, Kanaya tahu jika ia sengaja menjalin hubungan gelap dengan Hendra karena ia tak rela Kanaya merasakan kebahagiaan disaat ia menderita.

Dari dulu, Susi memang tidak suka dengan kebahagiaan pernikahan Kanaya dan juga Hendra. Hingga pada akhirnya, ia melakukan segala cara untuk menghancurkan rumah tangga Kanaya.

Salah satunya dengan menggoda Hendra.

“Berani sekali kamu menampar Susi.” Hendra berdiri tidak terima. Dia menarik tangan Kanaya, “Kita selesaikan ini di rumah!”

“Hendra!” Pak Kardi selaku ketua RW ikut berdiri.

“Kenapa Pak? Mau melarang ku? Aku tidak takut padamu meski statusmu adalah ketua RW disini.” Hendra kemudian berpaling kepada Kanaya. “Ini semua gara-gara kamu!”

Kanaya memberontak. Dia sudah tak tahan dengan kelakuan suaminya. “Ternyata kamu lebih mementingkan Si Jalang itu dari pada istri sah mu! Aku kecewa. Aku sepakat cerai!”

“Diam!” Hendra sekali lagi membentak. “Kalian semua, jangan ada yang menahan ku. Dia istri sah ku. Aku berhak melakukan apapun sebagai suami!”

Tak ada yang berani menghentikan aksi dari Hendra dan membiarkan Hendra pergi bersama Kanaya. Terlebih, semua orang tahu, latar belakang Hendra dulunya sebagai preman yang suka mabuk.

Motif Hendra dijodohkan dengan Kanaya adalah permintaan Asih, nenek Kanaya. Asih tidak tega jika Kanaya berjuang seorang diri menghidupinya. Melihat ketulusan Hendra yang sudah berubah dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya dulu, Asih pun mengenalkan Hendra kepada Kanaya.

Dua tahun berjalan, hubungan mereka sangat baik. Perdebatan kecil selalu selesai sebelum pagi tiba. Tapi, sejak Susi berhasil menggugat suaminya sejak kasus KDRT, Kanaya dan Susi perlahan akrab.

Niat awal Kanaya yang hanya ingin menolong Susi, ternyata jadi boomerang.

Sebulan setelah Kanaya akrab dengan Susi, sikap Hendra perlahan berubah.

Sekarang, malapetaka itu benar-benar nyata. Kanaya merintih kesakitan dan beberapa kali minta agar Hendra melambatkan langkahnya.

Percuma!

Kanaya coba melepaskan diri, namun kekuatannya tak sebanding dengan Hendra.

Hendra menutup pintu rumahnya dengan keras lalu mendorong tubuh Kanaya hingga tersungkur ke lantai.

“Astaghfirullah...” Seorang wanita tua yang baru saja keluar dari kamar sangat terkejut melihat Kanaya di dorong oleh Hendra.

“Hendra, apa yang kamu lakukan kepada cucuku?” Teriak wanita bernama Asih itu. Asih membantu Kanaya untuk berdiri dengan hati-hati.

“Tega sekali kamu, Mas. Kamu lebih membela Susi daripada istrimu sendiri!” Kanaya sudah berlinang air mata.

Hendra yang sudah dikuasai oleh amarah pun mencengkram kuat rahang Kanaya. Matanya memerah dan melayangkan tatapan sengit.

“Dasar wanita tidak berguna. Aku menyesal menikah denganmu. Kamu hanya menjadi bebanku selama ini.”

Kanaya meringis kesakitan karena cengkraman tangan Hendra, “Aku bahkan rela banting tulang demi membantu perekonomian keluarga kita. Aku bahkan ikhlas saat kamu tidak memberiku nafkah dengan cukup. Dan sekarang aku tahu, kalau semua uangmu dihabiskan oleh Susi.”

“DIAM KANAYA! BERHENTI MENGHINA SUSI!” Hendra melepas cengkraman tangannya dari rahang Kanaya, lalu membiarkan istrinya jatuh begitu saja.

Asih memegangi dadanya yang mendadak sesak. Melihat cucu nya di perlakukan seperti ini membuat Asih merasa ikut sakit.

“Aku tidak peduli lagi denganmu. Aku tidak peduli dengan Zahra. Semua yang ada hubungannya denganmu, aku sudah anggap tiada!”

“Apa maksud kamu, Mas?”

Hendra menarik napas panjangnya sebelum bersuara, “Aku talak kamu, Kanaya. Mulai detik ini, kamu bukan istriku lagi. Aku juga tidak akan memberi nafkah kepada Zahra karena aku tidak mau memiliki seorang anak dari wanita tak tahu terima kasih sepertimu!”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 94 Usaha Kanaya

    Kanaya menangis tergugu setelah mendengar kebenaran menyakitkan itu dari mulut Aron. Kanaya tak menyangka jika nama yang disebut oleh Aron begitu tega kepadanya. Orang itu ternyata bertekad bulat untuk memisahkan Kanaya dengan Bram. Padahal, Kanaya sama sekali tak pernah berbuat jahat kepadanya. Tapi, kenapa ujian cintanya bersama Bram sangat terjal. Kanaya pikir, setelah ia menikah dengan Bram semua masalah akan berangsur membaik. Tapi, ternyata banyak pihak yang ingin menghancurkan pernikahannya. Bahkan, sampai rela memalsukan kematian Kanaya dan juga Zahra hanya demi keuntungannya semata. "Aku tidak boleh lemah. Aku harus mencari cara untuk keluar dari sini. Jika aku terkurung disini, maka penjahat itu akan menguasai mas Bram. " Kanaya menyeka air matanya dengan cepat. Dengan tekad kuat, Kanaya keluar dari kamar milik Aron. Aron sedang dalam pengaruh alkohol dan itu membuat Aron tak sadarkan diri sekarang. "Aku akan mencari jalan keluarnya." Dengan mengendap-

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 93 Mencari Tahu

    "Ini sudah satu bulan sejak Kanaya meninggal. Kamu harus memulai hidupmu lagi dengan semangat. Kamu tidak boleh terus menerus terkurung dalam kesedihan ini, Bram." ucap Linda mencoba membuka obrolan di meja makan. Semua orang yang ada disana langsung mengarahkan tatapannya kepada Bram yang nampak santai menghabiskan makan malamnya. "Mama kamu benar. Kamu harus terima kenyataan jika istrimu telah tiada. Jika mendiang istrimu melihatmu bersedih seperti ini, nenek yakin dia tidak akan tenang disana." Bram masih tak menanggapi. Ia tetap mempertahankan diamnya. Sedangkan, Linda menatap suami dan juga mertuanya. Mereka sudah membicarakan masalah masa depan Bram. Dan itulah kenapa mereka mulai memancing pembahasan ini. "Kamu harus membuka hatimu untuk wanita lain. Kamu masih muda dan kamu harus membangun keluarga kembali." Brak Semua orang terkejut mendengar suara gebrakan yang keras dari Bram. Sampai-sampai alat makan di meja bergetar semua karena ulah Bram. Setya yang d

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 92 Fakta Baru

    Satu bulan berlalu... Kanaya masih tak menemukan cara untuk keluar dari tempat ini. Penjagaan yang ketat membuat Kanaya tak bisa bergerak dengan bebas. Apalagi, mansion ini di penuhi dengan CCTV yang tersebar dimana-mana. Jika Kanaya gegabah, yang ada ia akan habis di tangan Aron. Terlebih lagi, sedikit banyak Kanaya sudah tahu bagaimana karakter Aron. Karakter pria itu cepat sekali berubah. Terkadang, pria itu baik tapi dalam hitungan detik bisa menjadi sangat kejam jika ada yang memantik amarahnya. Kanaya harus memperhitungkan semuanya, apalagi ada Zahra disisinya. *** "Zahra disini saja ya. Duduk yang tenang, ibu mau masak dulu." Zahra hanya mengangguk dan begitu senang duduk menunggu di dekat Kanaya. Zahra bermain dengan mainannya yang membuatnya tidak rewel. "Zahra mau pisang?" "Mau." Kanaya menyulam senyumnya lalu memberikan buah pisang yang sudah di potongnya dan ia letakkan di piring. "Jangan rewel ya." "Iya." Kanaya begitu bersemangat memasak

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 91 Pergi Kamu!

    Kanaya menunggu dengan cemas ketika melihat dokter yang tengah memeriksa putrinya. Tidak di rumah sakit, melainkan Aron memanggil dokter ke rumah untuk memeriksa kondisi Kanaya. Kanaya berdiri dengan cemas disamping Aron. Kanaya bersyukur karena Aron masih mau membantunya. Meskipun, tidak ke rumah sakit tapi setidaknya putrinya sudah ditangani oleh dokter. "Saya akan berikan obat penurun demam. Setelah ini, bisa langsung di minumkan. Tapi, jika dalam tiga hari demamnya tidak kunjung hilang, maka saya sarankan untuk dibawa ke rumah sakit." "Baiklah." jawab Aron. "Apa putrimu mau makan?" Kanaya gelengkan kepalanya dengan lemah, "Sulit untuk makan, dokter. Bahkan seharian ini, hanya makan nasi dua sendok saja. Sisanya dia hanya mau minum ASI saya." Dokter laki-laki itu mengangguk, "Baiklah. Saya resep kan vitamin juga." "Terimakasih banyak, dokter." Kanaya kemudian duduk di pinggiran kasur seraya mengelus kepala Zahra yang tengah tertidur lelap. "Terimakasih."

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 90 Permintaan Tolong

    "Abang yakin mau bertemu dengan Aron?" tanya Setya memastikan lagi. Bahkan, dulu Bram selalu menolak ajakan kerjasama dari Aron karena hubungan keduanya yang tidak baik. Bram dan Aron adalah rival bisnis. Reputasi Aron di dunia bisnis begitu buruk hingga banyak perusahaan yang enggan untuk bekerjasama dengan Aron. Namun, meskipun begitu perusahaan Aron masih bisa berkembang pesat bahkan menjamah pasar luar. Sedangkan, sejak dulu Aron selalu ingin mengganggu usaha milik Bram karena Aron begitu ingin melihat Bram hancur. Tapi, sejauh ini Bram masih bisa bertahan dengan segala cara. Rivalitas keduanya benar-benar sudah di kenal oleh banyak orang. "Aku hanya ingin melihat apa yang dia inginkan sebenarnya." jawab Bram dengan santainya. "Jika papa tahu, dia akan marah besar." "Dengar Setya. Aku sudah menolak untuk memegang perusahaan ini kembali karena aku sudah memiliki perusahaan ku sendiri. Tapi, papa, mama dan juga nenek terus mendesak ku untuk kembali mengambil al

  • Jerat Cinta Pembantu Jandaku   Bab 89 Kembali Ke Rumah

    "Mama senang karena kamu mau kembali ke rumah ini, Bram." Linda langsung memeluk sang putra yang begitu ia rindukan kedatangannya. Kondisi Linda yang semakin membaik membuat Linda sudah boleh pulang dari rumah sakit. Begitupun dengan Bram. Kini, semua keluarga berkumpul jadi satu di kediaman utama. Semua orang nampak senang karena pada akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. "Semoga keluarga kita akan selamanya seperti ini. Mama tidak akan biarkan kamu pergi lagi dari hidup mama." Bram hanya diam saja. Meski raganya ada disini, namun pikirannya menerawang jauh memikirkan Kanaya. "Aku mau istirahat." Bram seketika beranjak dari duduknya. "Bram!" sentak Edward seraya menahan tangan Bram, "Apakah seperti ini sikapmu sama mama? Mama kamu baru saja sembuh dan harusnya kamu bisa memperlakukannya dengan baik." "Aku juga baru sembuh, Pa. Harusnya aku dan mama masih butuh istirahat cukup. Jadi, daripada berkumpul disini lebih baik aku istirahat di kamar." "Bram!"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status