Share

Luka tak berdarah

Auteur: Rosenorchid
last update Dernière mise à jour: 2021-06-17 01:01:22

Suhana masih menggenggam erat tangan Rania, bahu gadis itu bergetar menahan tangis, hatinya pedih mendengar butir demi butir kalimat yang menyusup ke telinga, memang suara tangisnya tidak terdengar, dia mati-matian menahannya, tapi air mata tidak mampu lagi untuk disembunyikan, soal rasa kecewa jangan lagi ditanya, sakit jangan lagi dikira, pertikaian orang-orang itu membuat tulang-tulang Rania seakan lembek tanpa tenaga. 'Sampai hati kamu Abang, sampai hati.' rintih hatinya penuh luka.

“Nia, sabar.” ucapan lirih dari Suhana membuat Rania semakin pilu, dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk mengadu kecuali Suhana sekarang ini.

“Hana, bawa aku pergi dari sini.” Rania memohon pada Suhana. Ia tidak akan mampu untuk mendengar lebih jauh, rasa hatinya bagai diiris dengan sembilu.

“Tidak, Nia, Abang Harris harus tahu kamu ada dekat sini, takkan kamu tak mau bicara dengan dia? Lebih baik minta penjelasan dengan dia secara langsung. Biar semua jelas dan clear.” Suhana memberi saran dan pertimbangan.

“Dia nggak perlu tahu sekarang, aku tak ingin ketemu dia saat ini, sakit Hana, sakit.” Rania memukul dadanya berulang kali untuk meredakan sakit yang merajam hati, air mata yang gugur bak hujan menunjukkan dirinya benar-benar hancur saat ini. Suaminya kena tangkap khalwat dengan wanita lain. Baru tadi pagi dia menghubungi sang suami, begitu mesra Harris mengatakan rindu padanya, mengucapkan kata cintanya untuk sang istri, betapa ironis hidup gadis itu.

Suhana mengelus bahu Rania, lalu menarik lengannya, travel bag yang dibawa Rania tadi memang berukuran kecil jadi tidak terlalu berat untuk ia bawa sekali.

“Ayo, ikut aku. Kamu perlu tenangkan diri.” Rania hanya mengangguk, mengikuti langkah Suhana menuju ke arah mobil gadis itu.

“Kamu tinggal dengan saya, tenangkan diri dulu. Besok baru kita pikir apa yang patut kamu buat. Bersabar, saya yakin kamu bisa lalui ini.” sekali lagi Rania hanya mengangguk, seperti ada yang hilang dari dirinya, yaitu semangat untuk hidup. Suara-suara tadi kembali terngiang, tangannya di kepal dengan kuat, benci dengan Harris benci dengan kebohongannya. Benci dengan nasib percintaannya.

Tiga puluh menit berlalu, mobil Suhana masuk di kawasan parkir sebuah restoran, dia menekan break dan menoleh pada Rania. Air mata gadis itu membuatnya tersentuh dan ikut merasa sakit. Tidak pernah menyangka kalau sepupunya bisa menyakiti istrinya dengan cara seperti ini.

“Kamu mau makan apa-apa tak? Cakaplah, biar aku beli.”

Rania menggeleng pelan, selera makannya sudah hilang sejak tiba di rumah mewah mertuanya tadi.

“Nia, duduk dekat sini sebentar ya, aku mau beli makanan, di rumah tidak masak. Takut lapar saat malam.”

Suhana meninggalkan Rania di dalam mobil, dia tahu Rania belum makan seharian ini.

Rania menatap pada bayangan Suhana yang semakin menjauh lalu mencari ponselnya di dalam tas, ponsel segera diubah menjadi mode silent.

Kenangan pertama kali bertemu dengan Harris kembali berlayar di ingatan. Manisnya saat mereka mulai saling jatuh cinta membuat Rania di kelilingi kebahagiaan, Harris begitu baik padanya dulu, selalu ada saat dia butuh, selalu menjadi dewa penolong ketika gadis itu sedang dalam kesulitan, suaminya selalu mendukung ketika keluarga mertuanya memojokkan tentang keturunan. Rania tidak tahu kenapa sudah tiga tahun menikah belum juga ada keturunan, padahal dia dan Harris aktif dalam hubungan suami-isteri, bahkan dulu hampir tiap hari, mungkin rizeki belum miliknya, dan dia selalu berfikiran positif pada takdirnya.

Harris dan Rania sudah ke dokter untuk melakukan berbagai macam pemeriksaan kesehatan, hasilnya bagus. Kata dokter mereka cuma butuh kesabaran saja.

Pintu mobil kembali terbuka, Suhana masuk dengan beberapa bungkus makanan membuyarkan lamunan gadis itu.

“Sorry, agak lama. Pelanggan di sana agak padat tadi.”

“Nggak apa Hana.” Rania tersenyum pada Suhana.

Gadis berjilbab krem itu meletakkan barang-barang bawaannya di jok belakang, dan kembali membawa mobil keluar dari parkiran. Pikiran Rania masih dipenuhi dengan tanda tanya besar, apa benar yang didengar tadi, Harris ada hubungan dengan bekas tunangannya, Safina.

Rania ingat, beberapa kali dia bertemu dengan Safina, nama itu dulu pernah meniti di bibir ibu mertuanya, tapi dulu Datin Maria tidak suka dengan Safina karena dia sudah meninggalkan Harris, saat mereka ada rencana mau menikah. Harris juga sempat terpuruk karena itu. Sempat membawa luka hati ke tempat yang jauh.

Pertama bertemu dengan Safina, dia sudah tidak menyukai Rania, dari cara dia memandangnya seperti Rania tidak layak untuk Harris, dia sudah pernah bertanya dengan Harris tentang siapa Safina, jawabnya juga bisa sedikit menenangkan hatinya. Tapi kenapa kini kenyataan pahit yang harus di telan. Apa Harris memang belum bisa move on dari dia. Ya Allah, ujian apa ini?. Rania teringat nasehat papanya kemarin malam. Seolah Pak Heru bisa merasakan apa yang akan terjadi padanya. Sebutir airmata yang mau jatuh diseka dengan lengan baju. Dia melayangkan pandang ke depan menikmati pemandangan kota Kuala Lumpur di malam hari.

“Kita sudah sampai.” mobil berhenti di depan rumah lumayan besar, bagus juga rumahnya, hanya dua tingkat dan menghadap area taman, ini cocok banget untuk membesarkan anak-anak, malam makin sepi, sudah hampir tengah malam, Rania merasa capek sekali saat ini. Setelah mobil berhenti di tempat parkir mereka keluar dari mobil dan Suhana mengajak untuk masuk kedalam rumah.

“Ini kamarmu Nia, jangan segan tau, anggap aje ini rumah sendiri. Meskipun tidak semewah di Jakarta.”

“Kamu tinggal sendiri ya, rumahnya masih bersih banget. Tidak perlu mewah Hana, yang penting nyaman.”

“Tahun lalu papa hadiahkan rumah ini buatku, bertepatan hari pembukaan usaha kedai bunga milikku, dan tahun kemarin juga aku mulai tinggal di sini, balik ke Sabah beberapa bulan sekali saja.” Suhana menarik travel bag Rania masuk ke dalam sebuah kamar yang rapi tata ruangnya.

“Sorry kalau agak berantakan, aku belum ada asisten rumah tangga, hanya bayar orang untuk kemas dan bersih-bersih dua minggu sekali.”

“Ini sudah cukup kok, terima kasih.” Suhana mengangguk dan menepuk bahu Rania.

“Cari aku kalau kamu butuh teman cerita, aku ada.” ketulusan di balik ucapan Suhana meruntuhkan tembok pertahanan Rania, dia menangis lagi akhirnya, Suhana menarik Rania dalam dekapannya, menepuk pelan punggung gadis itu. Meminjamkan ketenangan hatinya.

“Aku tidak tahu apa yang membuat suamiku melakukan itu Hana, ini terlalu mendadak, apa karena kami belum punya keturunan, atau karena Harris masih cinta sama dia, aku merasa gagal sebagai istri, aku tidak berguna.”

Suhana menggosok bahu Rania perlahan berusaha menenangkannya.

“Sssstttt, tidak benar itu, bukan kamu yang gagal dalam hal ini Nia, yang gagal itu Abang Harris, dia gagal menjaga hati istrinya, dia gagal menolak godaan Safina, sabar dan yakinlah kalau ini ujian yang bisa kamu lalui.”

Rania melepaskan pelukan dia membuka jilbab yang dipakainya, Suhana membuka lemari dan mengambil handuk, lalu memberikannya pada Rania.

“Bersihkan diri, ada shower air panas, kalau mau makan ke dapur ya, aku juga mau bersihkan badan.”

“Sepertinya aku tidak lapar,”

“Ya sudah, kalau gitu makanannya aku simpan di kulkas saja.”

Ponsel Rania bergetar, ada panggilan w*ttsap masuk dari suaminya. Rania membiarkannya tidak mau menjawab, dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, lelahnya agak berkurang setelah dia membersihkan diri, dia memejamkan matanya, tidak mau bicara dengan Harris meskipun hanya lewat panggilan telepon. Dia butuh ketenangan juga ruang untuk sendiri.

Harris tidak akan menyangka kalau Rania sudah mendengar semuanya.

*****

“Tadi malam itu saya seperti melihat Rania di sini Mak,” Art yang bernama Tuti itu memberitahu Mak Bedah yang sedang sibuk membuat cucur udang. Tuti tidak tahu ada Harris yang sedang mengambil air didalam kulkas, Harris langsung menoleh pada Tuti.

“Kak Tuti salah lihat kali. Istri saya ada di Jakarta sekarang.” Ucapan Harris itu seolah menenangkan hatinya sendiri, bagaiman jika yang dikatakan Tuti itu benar.

“Iya Tuan Is, saya ndak mungkin salah lihat. Wong dia datang dengan Suhana.”

Harris segera meninggalkan dapur dan kembali naik kekamarnya, ‘Matilah aku kalau yang dikatakan Tuti itu benar’

Sekali lagi Harris menghubungi nomor istrinya, tersambung tapi tidak diangkat, sudah lebih dari tiga puluh kali tapi tidak dijawab. Harris nekat menghubungi sepupunya Zaidan, dia yakin Zaidan tahu sesuatu.

(Assalamu'alaikum, pengantin baru stok lama, sudah jumpa bini tercinta 'kan?)

Keringat dingin tiba-tiba keluar dari setiap pori-pori di tubuh Harris.

“Maksud nya apa Zai?”

(Rania menyusul Abang kemarin, buat-buat bodoh pula)

“What? Jadi benar Rania datang tadi malam,”

Harris jatuh terduduk di atas tempat tidur.

‘Maafkan Abang sayang, maafkan abang. Abang kalah dengan nafsu.’

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Commentaires (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Goblok kamu haris
VOIR TOUS LES COMMENTAIRES

Latest chapter

  • Jerat Cinta Pria Pertama   Air Mata Dalam Tidur Rania

    Rania tertegun, ia tidak akan memikirkan soal rumah tangga lagi. Soal cinta juga soal lelaki. Ia tidak mau terluka dan kecewa untuk kali ke tiga. “Nia tidak memikirkan hal itu, Pa,” ujar Rania dengan hati-hati, tidak mau sampai membuat hati sang ayah terluka dengan penolakan yang frontal. ‘Maaf, Papa tidak bermaksud untuk membuat kamu bingung dan memaksa, kamu benar. Memang sebaiknya sekarang kamu fokus pada kesembuhan kamu,' suara sang ayah bergetar.“Pa, Nia serahkan soal urusan panggilan pengadilan agama itu pada Papa,” Rania pasrah. Ia lelah dengan semua yang berkaitan dengan Harris juga Safina. Di depan keluarga mertua, ia seolah tiada harga.‘Jangan khawatir, Papa akan urus semuanya, Harris tidak boleh menghina dan menyepelekan keluarga kita lagi, apa dipikir kita tidak akan bisa hidup tanpa dia?’Suara Pak Heru terdengar penuh emosi, pasti ia teringat dengan semua perlakuan Harris pada putrinya. Putri yang ia cintai dan amanahkan pada Harris untuk dibahagiakan ternyata s

  • Jerat Cinta Pria Pertama   Dia Mau Nia Kembali

    Reno menatap pada Alex Rayyan, masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia dengar langsung dari mulut pria berpenampilan rapi di depannya.“Apalagi yang masih kamu pikirkan, Reno? Kamu butuh uang ‘kan? Untuk terus setia dengan dua wanita jahat itu tidak akan menjamin masa depanmu,” ujar Alex Rayyan pada Reno, pria itu sepertinya masih berpikir panjang untuk menerima tawaran yang diberikan.“Pekerjaan apa yang mau Anda berikan pada saya?”“Yang penting bukan kejahatan seperti yang sudah kamu lakukan beberapa waktu lalu,” sindir Alex Rayyan. Reno langsung menunduk, merasa menyesal karena sudah menerima pekerjaan yang ditawarkan oleh Datin Maria dan juga Safina.“Sepertinya saya akan coba untuk menerima tawaran yang Anda berikan,” ujar Reno setelah berpikir beberapa saat.“Good choice! Hanya itu yang mau aku dengar, selamat bergabung dengan kami,” Alex Rayyan mengulurkan tangan dan disambut oleh Reno. Mereka berjabat tangan.“Terima kasih, Pak,”“Sama-sama. Boy, Ady! Antar Reno pula

  • Jerat Cinta Pria Pertama   Titik Terang

    “Pa, Ray ada urusan setelah ini,” Alex Rayyan kembali ke meja yang ditempati oleh sang ayah dan Harris. “Sebentar! Papa bertemu dengan kamu hanya mau memberitahu kalau sebaiknya kamu segera urus perpisahan kamu dan Rania, Papa tidak mau kamu sampai datang bertemu dengannya lagi suatu saat nanti,” ujar Pak Heru tegas memberi peringatan kepada Harris. “Apa sekarang Rania ada bersama Papa?” “Tidak perlu kamu tahu semua itu, yang perlu kamu lakukan hanya segera urus perceraian kalian, putri Papa layak bahagia,” “Apa Rania mau menikah dengan selingkuhannya sampai dia mengutus Papa untuk meminta cerai? Sudah terlalu gatal dan tidak tahan mau tidur dengan pria itu? Dasar murahan!” “Jaga mulutmu, bangsat!!” Alex Rayyan yang dari tadi belum duduk segera meraih kerah baju Harris dan mengacukan tinju di depan wajah pria itu. “Stop Ray!” Pak Heru menahan putranya dari memukul Harris, wajah Alex Rayyan merah padam mendengar nama Rania dengan kalimat kotor Harris. “Itu bukan urusanmu! Jadi ja

  • Jerat Cinta Pria Pertama   Bertemu Harris

    Rania kaget, ia bahkan belum bercerita pada siapa pun tentang masalah dan nasib yang harus ia hadapi sekarang. Ia menatap pada sang ayah.“Apa maksud Papa?” “Jangan sembunyikan air mata dan luka hatimu lagi, Nak. Sudah cukup lama kamu menderita, jangan buat Papa semakin merasa bersalah dengan sikap acuh dan pura-pura kuat begini, Papa tahu kamu sangat hancur sekarang. Papa tahu kamu butuh tempat untuk bersandar, ada Papa, ada Alexa yang bisa kamu tuju. Kenapa kamu memilih diam begini?” tangis Pak Heru semakin menjadi-jadi, ia tidak tega melihat sang putri yang mencoba tersenyum sementara dalam hatinya hancur tanpa tersisa. “Nia baik-baik saja,” air mata tanpa isak bergulir jatuh membasahi bantal putih, ia masih bersyukur sang ayah ada di sini bersamanya. Tapi melihat sedihnya wajah sang ayah membuat hati Rania seperti luka yang ditaburi garam, pedih. “Papa bukan anak kecil yang bisa kamu bohongi, jangan membuat Papa menjadi orang tua yang tiada guna begini! Papa merasa sangat b

  • Jerat Cinta Pria Pertama   Tangisan Seorang Ayah

    Bahu Pak Heru jatuh mendengar berita yang disampaikan oleh sang putra. Sekali lagi Rania harus menelan pil pahit dalam pernikahan keduanya. Ia harus mencari tahu kenapa Harris sampai melakukan tindakan kejam pada putrinya. “Bagaimana Harris bisa melakukan itu, Ray? Dia sangat mencintai Rania sebelum ini, mereka juga baik-baik saja tanpa ada masalah,” Pak Heru tidak habis pikir. Apa yang menyebabkan perceraian dalam pernikahan Rania dan Harris. Mendengar kalimat sang ayah, Alex Rayyan tersenyum samar. Ini pasti karena Rania yang terlalu menutup diri dari keluarga dan orang-orang yang menyayangi dia. Sejak kecil sudah hidup mandiri tanpa orang tua membuat gadisnya menjadi orang yang cukup kuat dalam memendam masalah. Rania tidak mudah untuk mengadu dan bercerita kecuali dengan orang yang benar-benar ia percaya. “Semua ini adalah fitnah seseorang, Pa,” ujar Alex Rayyan dengan yakin. “Ray, kalau hanya spekulasi kamu dan tanpa bukti nanti jatuhnya fitnah,” tehlgas Pak Heru. Ia tidak ma

  • Jerat Cinta Pria Pertama   Suara Tidak Asing

    Hening.‘Papa tidak mengerti, coba cerita dulu, kenapa kamu yang harus menjaganya? Lalu ke mana suami dia?’ Giliran Alex Rayyan yang terdiam sekarang.Ia berpikir sejenak, apa yang dialami Rania sekarang sangat tidak enak untuk diceritakan, bagaimana sang papa bisa tenang di sana jika tahu nasib buruk apa yang sudah diterima sang putri. Ia yakin Pak Heru sebagai ayah kandung Rania pasti akan sedih dan marah. Putrinya mengalami kecelakaan setelah diceraikan oleh sang suami. Rania umpama jatuh tertimpa tangga.‘Ray, kamu masih di sana?’“I-iya, Pa,”‘Apa sebenarnya yang terjadi? Tadi malam Papa memimpikan Rania sedang hamil besar, apa dia sedang hamil sekarang? Kenapa tidak mengabarkan itu pada kami? Terakhir dia menghubungi Papa saat ia akan melakukan perjalanan ke luar kota, sekarang Papa tidak bisa menghubungi nomornya,’ Pak Heru bercerita tentang mimpinya mengenai Rania pada Alex Rayyan. Inilah firasat seorang ayah, mimpi hamil besar bukanlah karena hamil sungguhan, maknanya a

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status