Share

Bukti Perselingkuhan?

Asya merasa tidak enak hati, pasalnya beberapa bulan terakhir sikap suaminya sedikit berbeda. Qianno sering membawa ponselnya ke mana-mana. Bahkan, ketika masuk ke dalam kamar mandi.

Padahal Qian termasuk pria yang tidak terlalu peduli tentang barang-barang pribadinya, dia selalu meletakkan sembarangan bahkan pernah ponselnya ikut masuk ke tempat sampah saat ia membuang bungkus bekas makanan siap saji.

Jika bukan Asya yang menanyakan saat itu, pasti ponsel milik Qian sudah ikut terbuang ke tempat pembuangan akhir.

"Sebenarnya, Qian Ge kenapa? Apa, ada sesuatu yang dia sembunyikan? Apa mungkin dia mulai bosan padaku?" keluh Asya.

Wanita berambut lurus itu duduk bersandar pada sofa mahal yang dibeli suaminya satu bulan yang lalu. Asya beberapa kali menekan perut dan menutup mulutnya. Sudah dari kemarin ia merasakan hal itu, mungkin terlalu banyak pikiran dan juga beberapa hari mulai melupakan makan dengan teratur.

Satu minggu lagi suaminya pulang ia tidak boleh menyambutnya dengan keadaan sakit seperti ini. Sesekali Asya mengecek ponselnya, belakangan ini suaminya sedikit sulit dihubungi, bahkan pesannya pun belum dibaca hingga saat ini.

"Apa aku coba tanya Rendy saja, ya?" gumamnya.

Asya menekan nama Rendy di layar ponsel pintarnya, baru tersambung beberapa detik namun sang pemilik ponsel cepat sekali menjawab panggilan Asya.

"Ya Sya, tumben sekali kamu menghubungiku? Bukankah biasanya jika Qianno di rumah, kamu bahkan tidak akan pernah menyentuh ponselmu sama sekali?" goda Rendy.

Asya mengernyit bingung dengan apa yang Rendy katakan, bukankah mereka masih ada jadwal hingga besok?

"Kak Ren, bukannya kalian masih ada jadwal penerbangan besok? Lalu apa maksudnya Qian Ge ada di rumah bersamaku?" tanya Asya kebingungan.

"Ha? Tidak ada Sya, kita sudah kosong sejak 3 hari kemarin. Memangnya, Qianno belum pulang?" tanya Reno penasaran, mana mungkin pria itu menghilang sedangkan mereka pulang bersama-sama kemarin.

"Ah, mungkin dia pulang ke rumah ibu. Baiklah, Terima kasih Kak. Maaf ya, mengganggu waktu istirahat Kak Ren."

Setelah panggilan terputus Asya langsung berlari ke toilet karena perutnya semakin bergejolak ingin mengeluarkan seluru isinya. Perutnya terasa sangat mual, melilit, kram dan juga perih.

"Huek! Huek!" Suara Asya terdengar sangat keras andai saja ada seseorang di luar sana pasti akan mendengarnya. Tenggorokan wanita sampai terasa panas karena hal itu.

Sudah seminggu sejak terakhir kali ia terus mengalami hal ini, ia juga tidak tahu sebenarnya ia memiliki penyakit apa, karena baru pertama kali ia merasakannya. Sekarang tenggorokannya juga ikut terasa sakit karena terus menerus ia pergunakan untuk memuntahkan isi perutnya.

"Bagaimana, kalau aku sebenarnya punya penyakit yang tersembunyi? Tapi tidak mungkin, Qian Ge juga tidak mungkin meninggalkanku begitu saja. Tapi, kenapa dia tidak memberikanku kabar sedikit pun, apa aku harus menyusulnya ke rumah Ibu?" gumamnya.

Salsabila terdiam pikirannya berlarut dan berkelana ke mana-mana, karena lebih dari dua tahun mereka menikah namun baru kali ini suaminya bersikap aneh seperti ini. Biasanya sesibuk apa pun pria itu akan selalu meluangkan waktu untuk mengabari dirinya.

"Semoga saja firasatku tidak benar, aku tidak tahu harus apa jika yang kupikirkan menjadi kenyataan. Bisa-bisa aku mati!"

Dari pada terus memikirkan hal yang tidak-tidak, maka akan lebih baik jika besok ia memeriksakan dirinya yang terus berpikiran negatif akhir-akhir ini. Dari pada menerka-nerka sesuatu yang tidak pasti.

Untuk hari ini lebih baik Asya pergi ke rumah mertuanya, ia akan melihat apakah benar jika sang suami sudah pulang dan langsung menuju ke sana karena terlalu lelah. Untuk respons sang ibu mertua akan ia pikirkan nanti, tidak masalah jika sedikit dimaki, toh dia juga sudah sering menerima perlakuan buruk keluarga suaminya.

***

Tok tok tok ....

Asya mengetuk pelan pintu rumah mewah milik mertuanya, bangunan dengan banyaknya ukiran-ukiran bernilai seni tinggi yang tentunya sangat mahal biaya pembuatannya. Hidup keluarga Qian dan dirinya benar-benar berbanding terbalik, jadi sungguh sangat wajar jika keluarga mereka tidak ada yang mau menerima kehadiran Asya.

Cklek! Asya sedikit terlonjak karena lamunannya buyar akibat pintu besar ruang utama tiba-tiba terbuka lebar.

"Nona Salsabila? Ayo Non, silakan masuk." Pekerja di rumah keluarga besar Qianno mempersilakan wanita itu masuk, hanya para pekerja di sana yang menganggap eksistensi dirinya saat datang berkunjung.

Ya, tentu saja karena mereka sederajat, jadi bisa mengerti satu sama lain. Sedangkan keluarga besar Qianno memiliki takdir yang bagus, mereka terlahir dengan sendok emas di mulutnya. Mereka semua tidak tahu tentang bagaimana susahnya mencari uang hanya sekedar untuk makan.

"Mau apa kamu kemari? Belum cukup, membuat anakku lupa dengan kedua orang tuanya?" bentak sang ibu mertua.

Asya terkejut mendengar teriakan mertuanya, dia baru saja masuk ke dalam sudah disambut oleh suara teriakan.

"Maaf Bu, Asya kemari ingin menanyakan Qian Ge."

"Untuk apa menanyakannya padaku? Bukankah kamu yang sering melarang dia datang kemari?" teriak sang mertua menggebu-gebu.

"Jadi, Qian Ge tidak ada di sini?" tanya Asya lirih.

"Tidak! Sudah lama dia tidak mau menemuiku. Dan itu semua karena kamu! Sekarang pergi kamu, aku muak melihat wajahmu!"

Asya kalut, bukan karena bentakan dan makian kasar dari mertuanya, melainkan berpikir di mana suaminya sekarang.

Harusnya pria itu sudah berada di rumah seperti para rekan kerjanya, Asya takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada Qianno.

"Kamu ada di mana, Ge?" gumam Asya.

Wanita itu kebingungan harus menghubungi siapa lagi untuk menanyakan keberadaan suaminya. Bagaimana jika Qianno mengalami kecelakaan? Hanya hal itu yang terlintas di otak Asya.

Ting ....

Ponsel Asya berbunyi, ada sebuah pesan masuk berisi foto di dalamnya. Seorang pria yang hanya terlihat dari samping sedang memilih baju dan aksesoris bayi. Dari pakaian dan wajahnya yang terlihat dari samping, itu Qianno.

"Ini bukan kamu kan, Ge?" lirih Asya.

Wanita itu menggelengkan kepalanya, ia tidak boleh gegabah menanggapi hal ini, saat suaminya pulang ia akan bertanya perihal foto yang seseorang kirimkan ke ponselnya.

"Tapi ini benar-benar wajahmu, Ge," isak Asya, tangisannya tidak bisa ia tahan lagi.

Satu-satunya topangan hidupnya hanya Qianno, jika pria itu meninggalkannya ia harus apa, ia harus berlari ke mana? Di dunia ini hanya Qianno yang Asya punya.

"Ini pasti tidak benar, iya, aku yakin. Qian Ge tidak mungkin melakukan hal-hal seperti ini. Aku percaya padanya, banyak sekali orang yang mempunyai wajah mirip di dunia ini," ucap Asya mencoba untuk meyakinkan dirinya.

Namun, yang sebenarnya terjadi adalah ia sangat yakin jika di dalam foto itu memanglah suaminya. Ia sudah hafal betul luar dalam sang suami.

"Kenapa, Gege melakukan ini padaku? Lalu aku harus apa sekarang?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status