Share

Jerat Cinta Sang Mafia
Jerat Cinta Sang Mafia
Penulis: Umia Mia

Menanti Keturunan

Penulis: Umia Mia
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-19 19:56:28

"Gege, pakaiannya sudah aku siapkan," ucap Salsabila

Qianno tersenyum, pria berkulit putih keturunan China Indonesia itu menghampiri wanita cantik dengan rambut hitam lurus yang selalu terurai, dengan wangi memabukkan khas bunga sakura. Wanita berusia 25 tahun yang sudah ia nikahi selama 2 tahun, Salsabila Veronika wanita asli Jakarta.

"Terima kasih, Sayang," ucap pria yang sebentar lagi akan menginjak usia 30 tahun itu. Sang pria mengecup kening Asya dengan sayang. Salsabila selalu di panggil Asya oleh Qianno, sebagai panggilan sayangnya.

Sedangkan Asya sendiri selalu memanggil suaminya dengan sebutan Gege, panggilan kakak dalam bahasa Mandarin. Qianno menyukainya, bagi pria itu saat Asya memanggil dirinya dengan sebutan Gege terdengar sangat seksi di indra pendengarannya.

Qian melepaskan pelukan hangatnya pada Asya, sayang sekali kemesraan mereka harus berakhir saat ini, pria itu harus mempersiapkan penerbangannya menuju Korea Selatan.

Sebagai seorang Pilot dari salah satu maskapai penerbangan ternama, Qianno terpaksa harus sering-sering berjauhan dengan sang istri. Meninggalkan wanita itu sendirian di rumah mewahnya, karena sampai saat ini mereka belum dikaruniai buah hati. Tuhan belum mempercayakan titipannya untuk mereka.

"Sekarang tanggal 16—,"

"Aku datang bulan Ge, pagi tadi," sahut Asya memotong ucapan suaminya.

"Maaf, belum bisa memberikan Gege keturunan," lirih Asya penuh sesal.

Qian kembali memeluk istrinya, mengusap kepala wanita itu pelan. "Jangan terlalu dipikirkan, Sayang. Masih ada bulan-bulan selanjutnya. Aku bahkan masih bisa menunggu sampai masuk ke tahun-tahun yang akan datang."

"Tapi, ibu kamu—

"Tidak perlu dipikirkan, biar Gege yang bicara padanya nanti. Sekarang Gege berangkat dulu, jaga diri baik-baik, Sayang!" sahut Qian memotong ucapan sang istri.

Qianno meninggalkan kecupan pada dahi Asya, menatap paras ayu sang istri dengan penuh cinta sebelum bersiap pergi melakukan tugasnya.

Asya menatap Qianno yang terlihat sangat gagah dan tampan, dengan kulitnya yang putih sangat cocok saat dipadukan dengan seragam pilot berwarna navy dengan 4 strip berwarna emas yang berada di lengan seragamnya.

Terkadang Asya merasa khawatir, ia takut jika suaminya suatu saat akan memilih pergi meninggalkannya, Qian mampu mendapatkan wanita yang lebih segalanya daripada Asya. Walaupun selama 3 tahun mengenal dan menikah dua tahun lamanya Qian tidak pernah terlihat menduakannya. Namun, tetap saja Asya khawatir, apalagi sampai saat ini ia belum bisa memberikan keturunan untuk suaminya.

Asya kembali masuk lalu mengunci pintu utama, dia sangat jarang keluar rumah jika bukan untuk berbelanja kebutuhan rumah. Di kompleks perumahan mewah juga orangnya sangat individual, mereka hanya bertegur sapa sesekali saat berjumpa.

Untuk orang tua, Asya sudah tidak memilikinya, ia hidup sebatang kara sebelum Qianno memperistrinya.

Saat itu Qian menolongnya, Asya dibawa oleh kelompok penjual organ tubuh manusia. Asya adalah salah satu korbannya, namun ia dan beberapa tawanan lain berhasil kabur lalu bertemu Qianno dan dua kawannya bernama Hendry dan juga Rendy.

Awalnya Asya lebih dekat dengan Hendry, namun lama kelamaan entah siapa yang memulai, benih-benih cinta antara Qian dan Asya mulai tumbuh hingga akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah.

Hidup Asya sangat bergantung pada Qian, terlalu sering dimanja membuat Asya melupakan jati dirinya, ia sangat mengandalkan Qian pada setiap permasalahannya. Pria itu adalah rumah dan juga topangannya, tempat ia berpijak dan menyembunyikan diri dari bahaya di luar sana.

Walaupun keluarga Qian memusuhinya, sering memaki dan juga berniat mencelakai dirinya, ia masih nekat untuk terus bertahan. Bahkan adik Qian pernah membuat tangannya patah, bahkan jari kelingking Asya masih bengkok hingga sekarang.

Mereka juga pernah berencana membunuh Asya namun tidak berhasil, wanita itu memaklumi kehidupan orang kaya mungkin memang seperti yang terjadi padanya.

Ia akan tetap bertahan asal Qian selalu mencintainya. Walaupun Qianno itu tidak pernah tegas menegur ibu dan sang adik agar tidak kembali melukai dirinya, Asya tidak masalah, asal rasa sayang Qianno tetap utuh untuknya.

***

"Qianno!" Hendry berteriak memanggil nama sang Pilot yang ia tunggu-tunggu kedatangannya.

"Kalian sudah siap? Second Officer kita ke mana?" tanya Qianno sembari mencari salah satu anggota dengan lambang dua strip emas di seragamnya.

Anggota awak pesawat dengan tugas memantau dan mengoperasikan sistem yang dicari-cari oleh sang Pilot terlihat melambaikan tangannya. Pria dengan seragam bername tag Rendy Perwira itu datang lalu tersenyum lebar tanpa peduli dengan wajah kesal Hendry yang dibuat menunggu terlalu lama.

Hendry sang first officer atau lebih familier dengan sebutan Kopilot, sang komandan kedua pesawat terbang. Pria itu sudah bersiap duduk di bagian sebelah kanan pada pesawat.

Setelah semuanya siap, pesawat lepas landas dikendalikan oleh pilot on comand atau lebih akrab dengan sebutan captain dengan name tag Qianno.

Pria dengan gaji 47 juta per bulan, sesuai dengan standar gaji pilot Indonesia itu tampak gagah dan berwibawa saat dilihat dari samping. Tentu saja pemandangan indah itu hanya dapat dilihat sekilas oleh rekannya.

Dengan rahang yang tak terlalu tegas, sangat serasi dengan paduan wajahnya yang teduh. Kepribadiannya yang sabar patut diacungi jempol, dan juga satu-satunya pria yang setia terhadap istrinya walaupun sering digoda oleh para pramugari cantik di sekelilingnya.

Bahkan pramugari sekelas Nancy saja dia tolak, padahal wanita itu adalah primadona di kalangannya. Dengan tubuh tinggi dan lekukan yang indah membuat Nancy terlihat sangat sempurna, tubuhnya berisi pada bagian yang tepat, namun tetap saja itu tidak serta merta membuat seorang Qianno goyah.

Hendry dan Rendy sampai bingung, sebenarnya pelet apa yang istri Qian pakai hingga membuat pria itu begitu bertekuk lutut pada Asya.

Di lain tempat, seperti biasa jika Qianno pergi untuk bertugas, ibu mertua dan adik iparnya akan datang mengganggu Asya. Mereka memang berniat membuat mental Asya terganggu agar mudah menyingkirkan wanita benalu itu.

"Mau sampai kapan aku harus menunggu, hah? Kamu mandul sama sekali bukan masalah, jika tidak menjadi pasangan anakku! Memberikan anak saja kau tidak becus, kalau sampai suamimu selingkuh tahu rasa kamu!"

Cemoohan ibu mertuanya sudah sangat biasa terdengar ke telinganya, namun kali ini sedikit keterlaluan karena membawa-bawa tentang perselingkuhan. Yang mana hal itu sangat sensitif saat masuk ke indra pendengaran Asya.

"Asya juga mau Bu, Asya juga ingin secepatnya memberikan Qian Ge keturunan. Tapi, Asya bisa apa jika Tuhan belum mengizinkannya," jawab Asya lirih.

"Jangan banyak alasan kamu! Kalau sampai dalam waktu 6 bulan kamu belum juga hamil, maka bersiaplah menyambut calon adik baru untukmu. Atau jika kamu menolak, silakan angkat kaki dari rumah ini."

"Dasar, menantu sialan!"

Selalu seperti ini, hinaan ibu mertuanya tak pernah gagal membuatnya sakit hati.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bibirmu Queen....

    Jerold memposisikan diri seperti sedang memeluk Arabela dari belakang. "Tutup satu matamu, Queen.""Kenapa harus?" tanya sang wanita."Agar targetnya bisa terlihat dengan jelas, Sayang. Coba bandingkan, melihat dengan dua mata dan melihat dengan satu mata yang tertutup, lebih baik mana?" jelas Jerold.Arabella langsung melakukan apa yang diucapkan oleh Jerold. Matanya ia pejamkan sebelah, mengincar target bidik di hadapannya dengan jarak dekat sebagi pemula."Pegang kuat-kuat penuh dengan keyakinan. Lepaskan satu tembakan dengan percaya diri ke arah titik yang sudah disiapkan."Dor!Arabella refleks melemparkan pistol di tangannya, wanita itu gemetar. Ini benar-benar bukan dirinya."Queen! Tindakanmu itu berbahaya! Bagaimana jika itu melukai rekanmu atau bahkan dirimu sendiri nantinya?" tegur Jerold dengan nada serius.Arabella berjongkok sembari memegangi kedua telinganya. "Aku takut Jerold. Rasanya seperti aku sedang melakukan dosa besar yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya."

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Lebih Dekat Dengan Kematian

    "Asya, kamu kenapa? Badanmu merah-merah bekas cambukan?" tanya Jerold khawatir. Pria itu mengusap-usap lengan Arabella yang tampak memerah."Namaku Arabella. Jangan sebut lagi nama selain itu," jawab Arabella lirih."Okay..., Arabella. Siapa yang melakukan hal ini?""Theo. Atas perintah Jayden, aku menolak permintaannya," jawab Arabella.Jerold menggelengkan kepalanya pelan, "Sial! Tunggu di sini."Arabella menahan lengan Jerold. Ia sedang tidak ingin mendengar keributan. "Tidak perlu menemuinya. Bukankah kamu juga sudah sering dipukuli kakak sialanmu itu?""Dapat bahasa kasar dari mana kamu? Good girl...." Jerold mengusap kepala Arabella layaknya seekor kucing. "Kamu belajar dengan cepat."Arabella tertawa sarkasm, wanita itu baru sadar jika dirinya tengah terperangkap oleh sepasang kakak adik yang sedikit tidak waras."Memangnya Jayden memberimu perintah apa? Baru bergabung dan kamu sudah berulah membantah ucapannya?" lanjut Jerold. Pria itu memiringkan kepala untuk meneliti

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Sang Dominan

    Asya menangis di pelukan Winny, ia benar-benar sakit hati dengan apa yang suaminya katakan. Ucapan sayang yang ia dapatkan selama ini kini telah berubah. Posisinya sebagai wanita kesayangan Qianno telah digantikan oleh perempuan baru bernama Nancy."Sudah ya..., dia tidak boleh lagi menjadi penyebab keluarnya air matmu setelah ini. Sekarang, kamu bisa menangis sepuasnya sebelum memilih untuk melupakan dan melenyapkan nama dia dari dalam hatimu," ucap Winny.Asya terus terisak pilu, pelukannya pada tubuh Winny semakin mengerat. "Aku harus apa setelah ini? Aku dibuang, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Qianno bahkan tidak menanyakan keadaan anaknya.""Shhh, masih ada kami di rumah father Jay. Kamu masih bisa tinggal di sana, aku akan menemanimu."Asya melepaskan pelukannya, wanita itu menatap wajah Winny penuh harap. "Bilang sama aku, bagaimana caranya bergabung dengan kalian. Aku akan menepati janjiku untuk menjadikan diriku penyebab kematian anak mereka. Kebahagiaan mereka haru

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Malaikat Kematian

    Sejak kejadian malam itu, Asya sudah tidak begitu takut keluar malam untuk makan. Toh Jayden hanya akan menatapnya dari kejauhan tanpa berniat untuk menyapa. Walaupun kadang ia merasa risih, tapi tidak masalah asalkan perutnya terisi."Perutmu itu karet, ya? Setiap malam kamu mengendap-endap keluar dari kamar buat ambil makanan. Sebelum tidur harusnya kamu makan." Jayden tiba-tiba saja menghampiri Asya yang tengah sibuk dengan makanan di tangannya."Jay..., eh Tuan..., eh aku panggilnya bagaimana ya?" Asya tampak kebingungan bagaimana cara dirinya memanggil Jayden."Boleh aku panggil Father seperti yang lain?" tanya Asya dengan suara pelan."Aku bukan ayahmu. Lagi, sudah berapa kali aku bilang jangan pakai baju Jerold. Bukannya aku sudah memberimu uang untuk membeli baju? Apa masih kurang?" tanya Jayden.Asya memilih diam, ia tidak suka dimarahi."Hey, lihat mataku. Aku sedang berbicara denganmu!" Jayden mengangkat dagu Asya dengan paksa agar wanita itu menatap matanya."Besok,

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Aku Kelaparan, Jayden!

    Sudah hampir sepuluh hari Asya berada di markas mewah milik father Jay. Wanita itu bahkan belum diberikan pekerjaan yang pasti. Hanya saja ia mendapatkan tugas untuk memberikan makan hewan peliharaan milik Jayden.Seekor beruang coklat besar yang mungkin bisa saja menyantap Asya jika hewan itu kelaparan.Hari pertama melaksanakan tugas itu, Asya hampir pingsan andai saja Jerold tidak segera menenangkan sang beruang yang mengamuk karena masih asing dengan wajah Asya.Seekor beruang cokelat besar yang Jayden beri nama Kaison."Kaison sepertinya sudah mulai terbiasa dengan kehadiranmu. Dia suka wanita-wanita cantik asal kamu tahu," ucap Jerold yang tiba-tiba sudah berada di belakang tubuh Asya.Asya berbalik badan menghadap ke arah Jerold. "Mana ada hewan seperti itu?""Ada, Kaison."Asya tertawa renyah mendengar candaan Jerold. Sungguh, pria ini sangat berbeda dengan kakaknya yang kaku dan jarang tersenyum. Seakan dunia kiamat jika ia mengeluarkan sedikit saja tawanya."Kamu betah di si

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Pesona Pria Bertopeng

    "Father, sepertinya kita salah orang. Dia hanya wanita hamil yang mungkin saja kebetulan satu kereta dengan kita kemarin...," ucap Theo. Pria itu menguping pembicaraan dokter dengan pembantu tua yang sudah puluhan tahun bekerja di mansion mewah milik Jay.Father Jay tampak terkejut tentu saja. Walaupun dia pria yang angkuh, tetapi tetap saja jika dirinya salah maka harus mengakuinya."Bayinya bagaimana?"Theo menggeleng, menandakan bahwa janinnya tidak bisa diselamatkan. "Bayinya memang sudah meninggal, mungkin saat dia ada di kereta, wanita itu sudah mengalami keguguran."Jay terdiam, pria itu menunggu dokter keluar. Setelah itu dia akan melihat keadaan Asya."Panggilkan Winny." Theo langsung mengangguk dan segera pergi. Ia paham betul jika father Jay tidak bisa menunggu lama atau dia akan murka."Winny..., Manis..., kamu di mana?" goda Theo. Pria berambut silver itu memang paling hoby membuat Winny naik darah. "To the point, aku tidak ada waktu buat meladeni omong kosongnya!" sungu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status