Share

Istri Kedua

Hari ini Asya kembali di tinggal sendirian. Tiba-tiba saja suaminya pergi, pria itu bilang jika ada kepentingan mendesak yang harus ia kerjakan.

Dengan tergesa Qianno berlari keluar rumah, membawa ambilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Melihat berapa panik pria itu, Asya menghela nafas lelah. Entah mengapa perasannya mengatakan bahwa ini ada hubungannya dengan foto yang kemarin ia dapatkan entah dari siapa.

"Apa kamu pergi menemuinya? Jika aku membunuh dia apa aku salah? Kamu yang bilang kan, jika aku berselingkuh maka kamu akan membunuh selingkuhanku. Berarti itu juga berlaku untukku, kan?"

Raut wajah sedih Asya berganti dengan ekspresi datar, matanya menatap lekat ke arah depan namun tanpa tujuan.

Sudah 1 bulan dari jadwalnya ia terakhir datang bulan, biasanya ia tepat waktu tapi ini sampai tanggal 20 ia belum juga mendapatkan tamu bulanannya. Biasanya tangan 16 sudah datang. Ingin mencoba memakai tes kehamilan namun ia takut kecewa lagi. Karena jika testpack menunjukkan hasil negatif, moodnya akan turun drastis dan berdampak pada kesehatannya.

Sudah hampir 8 jam Qianno pergi, namun tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu akan segera kembali. Sedari tadi ia menyibukkan dirinya saat merasakan firasat yang kurang enak di hatinya.

Sedangkan di tempat lain, Qianno sedang sibuk berdebat dengan Nancy, kekasih gelapnya. Wanita itu menuntut Qianno untuk menikahi dirinya secara resmi di mata hukum.

Nancy mengancam Qianno, jika pria itu tidak mau membawanya untuk tinggal bersama Asya, maka ia akan nekat mengakhiri hidupnya. Hal itu membuat Qianno kalut, karena Nancy kini tengah mengandung buah hatinya.

Tetapi jika ia menuruti kemauan wanita itu, maka ia tidak akan sanggup membayangkan bagaimana reaksi Asya nantinya. Pria yang sangat dia percayai ternyata mengkhianati perasaannya.

"Qianno, aku serius! Kalau besok kamu tidak membawaku tinggal bersamamu, aku akan mengakhiri hidupku. Biarkan saja anak ini mati bersamaku!" teriak Nancy.

Qianno terus mencoba untuk menenangkan Nancy, namun sia-sia saja. Wanita itu akan terus memaksa jika Qianno belum menyetujui permintaannya.

"Tenang Sayang, kamu yakin ingin tinggal bersama Asya?" tanya Qian pelan.

Wanita itu mengangguk, dengan air mata yang masih mengalir deras di pipinya.

Qian tidak bisa kehilangan bayinya, ia terpaksa menyetujui permintaan Nancy dan mengorbankan perasaan Asya.

"Baiklah, besok kita ke rumah. Kita akan tinggal bertiga bersama dengan Asya."

Nancy memeluk suami sirinya, wanita itu tersenyum miring karena merasa menang bisa meluluhkan hati Qianno.

***

Asya tampak gelisah, perasaannya tidak enak. Semenjak sang suami pergi dua hari yang lalu, pria itu tidak memberi kabar sama sekali. Tubuhnya yang memang sedari awal memang sudah kurang fit, sekarang bertambah parah karena terlalu ke pikiran dengan keadaan Qianno.

Kemarin sang suami berjanji akan mengantarnya ke dokter hari ini, namun karena pria itu belum datang, Asya memilih untuk berangkat sendiri.

Setelah lama menunggu antrean, wanita itu masuk ke ruangan dokter. Namun dokter umum di sana menyarankan Asya untuk mengunjungi dokter kandungan karena saat ditanya perihal datang bulan wanita itu mengaku telat lebih dari 1 minggu.

Wanita itu pulang ke rumah dengan senyum bahagia yang terpatri di bibirnya, hari ini akan menjadi hari terbahagia di hidup Asya. Setelah melakukan berbagai pemeriksaan, ia dinyatakan hamil oleh Dokter Obgyn yang tadi memeriksanya.

Asya masih menenteng satu buah alat tes kehamilan yang menunjukkan dua garis merah di sana, juga satu lembar foto USG di dalam amplop putih yang dia bawa.

"Qian Ge, selamat untuk kita berdua. Sebentar lagi kita akan menjadi orang tua untuk anak kita," ucap wanita itu di dalam hatinya.

Sesampainya di rumah, wanita itu sibuk membuat rancangan untuk menyambut kepulangan sang suami. Pasalnya pria itu mengirimkan sebuah pesan bahwa ia akan pulang malam nanti.

Dekorasi sederhana namun terlihat sekali aura kebahagiaan di sana, ia menyiapkan sebuah banner kain dengan tulisan "Selamat Datang Papa, Baby Akan Segera Hadir."

Wanita itu terus tersenyum menatap banner, makanan ringan, dan juga dekorasi balon dan bunga yang sudah selesai ia rancang. Ia sudah membayangkan bagaimana bahagianya raut wajah Qianno nanti.

Setelah ini ia tidak akan mengkhawatirkan jika suaminya akan bermain belakang darinya, karena sekarang anak yang mereka idam-idamkan akan segera hadir di tengah harmonisnya keluarga mereka.

Asya sampai tertidur di sofa karena kelelahan, namun beberapa saat kemudian suara pintu terbuka membuatnya membuka mata kembali.

Tiga pasang netra saling melihat dengan tatapan yang berbeda-beda, Asya yang tampak terkejut karena Qian pulang membawa wanita hamil dan juga tangan mereka saling bertautan. Sedangkan Qianno sendiri terkejut melihat banner sambutan dari sang istri, pikirnya dari mana sang istri tahu jika dirinya akan pulang bersama dengan istri keduanya yang tengah hamil saat ini.

Mata Asya sudah mulai berair, firasatnya mengatakan akan ada suatu hal buruk yang akan terjadi sebentar lagi.

"Ge, dia siapa?" tanya Asya dengan suara yang teramat lirih. Kakinya terasa lemas tanpa sebab yang pasti.

Qianno menoleh ke arah Nancy, membuat wanita itu langsung menyahut dengan lantang. "Aku istri Qianno."

Air mata Asya langsung turun begitu saja saat mendengar pengakuan dari wanita yang berada di sebelah suaminya. "Jangan main-main kamu, aku sedang tidak ingin menerima tamu. Aku ingin merayakan kehamilanku bersama dengan suamiku!"

"Qianno, beri tahu istrimu. Katakan jika aku benar-benar istrimu dan juga sedang mengandung anakmu."

Qianno masih terdiam kaku, ia bingung dengan apa yang dikatakan oleh Asya tentang wanita itu yang ingin merayakan kehamilannya bersama dengan dirinya. Lalu siapa yang sedang hamil? Apa Asya tengah mengandung? Asya mengandung buah hatinya setelah sekian lama menunggu.

"Asya, kamu mengandung? Kamu hamil Sayang?" tanya Qianno antusias.

Asya mengangguk namun tatapan mata tajamnya mengarah ke arah Nancy. "Aku hamil, dan tolong usir wanita itu dari sini. Aku sudah menyiapkan sambutan kecil ini untuk merayakan kehamilanku. Tolong Qian Ge suruh wanita itu untuk pulang!"

Qianno diam, ia tidak tahu harus menuruti Nancy atau Asya. Kedua wanita itu tengah mengandung buah hatinya. "Asya.... Maafkan Gege, mulai saat ini Nancy akan tinggal bersama dengan kita berdua. Dia, dia .... istri kedua Gege."

Mendengar penuturan suaminya, rahang Asya mengeras. Dengan gerakan kilat wanita itu berlari ke arah Nancy lalu menerjang perut wanita itu. Asya menampar wajah Nancy sekuat tenaganya hingga sudut bibir wanita itu berdarah.

Tidak mau kalah, Nancy juga melakukan hal yang sama pada Asya. Wanita itu menampar wajah lawannya dengan brutal. Qian tidak tahan, pria itu mendekat untuk melerainya, namun matanya melihat ke arah Asya yang bersiap melayangkan kepalan tangannya ke arah Nancy.

"Asya!"

Bugh!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status