"Jadi, apa yang kalian lakukan sekarang?"
Daisy menatap lekat Dominic dan Celine bergantian yang kini duduk di hadapannya. Pertemuan tak terduga saat makan siang, membuatnya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Tentu saja kemunculannya yang mendadak seperti ini berhasil membuat anaknya serta Celine kaget."Apa yang Mama lakukan sekarang?" Dominic balik bertanya."Mama sedang bertanya, bisa kamu serius?"Dominic seketika memutar bola matanya dan mendesah kasar. "Kami sedang makan, sampai Mama datang dan mengganggu.""Di ruangan private seperti ini?" Daisy mencondongkan tubuhnya dan menatap penuh selidik pada Dominic. Dia mencium niat busuk sang anak. Lalu pandangannya kemudian beralih pada Celine. Tatapannya terlihat datar, tidak seperti sebelumnya yang penuh senyum. "Kamu, kenapa kamu bersedia pergi dengannya? Kenapa tidak menolak? Bagaimana jika Dominic melakukan sesuatu yang buruk padamu?"Celine tergagap. "I-itu—""Ma, berhenti me"Kau sekarang puas?" Celine mendelik tajam ke arah Dominic. Dia keluar dari restoran dalam keadaan kalut setengah bingung. Perkataan Daisy membuatnya merasa terusik. Dia terganggu dan tidak bisa berhenti memikirkannya. Bercerai dan menikah dengan Dominic atau berpisah dengan anak yang bahkan belum dia lihat."Tidak. Aku belum puas sebelum kau menjadi milikku."Tempat parkir yang cukup sepi, membuat Dominic tidak ragu untuk merangkul pinggang ramping wanitanya. Dia berniat mencuri ciuman di bibir Celine, sayangnya secepat kilat wanita itu menghindarinya."Berhenti melakukannya di tempat umum." Celine menutup wajah Dominic dengan salah satu tangannya, namun lelaki itu tanpa diduga malah menjilat tangannya dan membuat Celine kembali menariknya. Dia sampai harus mengeluarkan tisu basah untuk membersihkannya. "Itu sangat menjijikkan.""Apa pun tentangmu, tidak ada yang menjijikkan bagiku."Celine hanya bisa mendengkus kasar. Dia tidak percaya dengan ucapan
Isak tangis memenuhi area pemakaman. Celine bersimpuh di pusara sang mertua bersama suaminya. Tragedi kecelakaan itu telah menjadi akhir bagi kehidupan Mira. Celine tidak menyangka jika mertuanya akan pergi meninggalkannya begitu saja. Menyisakan luka mendalam bagi dia dan suaminya. Beberapa dari keluarga Rayyan turut hadir dan juga ikut bersedih. Meski tidak ada yang bisa merasakan kesedihan mendalam seperti apa yang dirasakan sang suami.Celine merasa bersalah dan hanya bisa menyalahkan dirinya atas meninggalnya Mira. Ini salahnya yang tidak bisa menahan mertuanya lebih kuat atau mungkin, ini salahnya karena dia menarik Mira yang ingin pergi. Hanya karena dia takut Mira akan mengadukan perbuatannya pada Rayyan, dia telah bertindak egois dan menyebabkan mertuanya meregang nyawa.'Bu, maafkan aku,' sesal Celine dalam hati.Suasana di pemakaman itu mendung dan kini awan hitam sudah berkumpul. Membuat satu persatu orang-orang di pemakaman mulai beranjak dan pergi.
"Aku tidak tahan lagi, tolong biarkan aku hidup bersama Rayyan. Tolong biarkan aku bebas. Ini terlalu menyakitkan, Dominic. Aku akan membayar uangnya," ucap Celine dengan suara tersendat-sendat. Matanya berkaca-kaca. Dia sudah sangat lelah menanggung rasa sakit dari hubungan gelapnya. Rasa takut, rasa bersalah dan depresi, sangat mengganggu dan membuat Celine takut dia menjadi gila. Melihat suaminya masih diam-diam menangis setelah lima hari kematian mertuanya, membuat Celine tersiksa.Semua ini tidak akan terjadi seandainya hubungannya dengan Dominic tidak pernah ada. Mereka telah melukai banyak hati. Celine takut, akan ada hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Dia ingin memutus karma buruknya sebelum terlambat. Namun sayangnya, Dominic masih saja keras kepala dan malah memeluk erat tubuhnya."Tidak, aku tidak mau melepasmu. Aku sudah bilang, ceraikan suamimu. Itu adalah jalan satu-satunya yang kuberikan. Itu juga solusi untuk semua masalahmu. Kau itu milikku, Ce
Celine membuka pintu rumahnya dengan pelan. Dia tidak mau kedatangannya membangunkan sang suami. Namun sialnya, begitu pintu terbuka, justru Celine harus mendapati keberadaan Rayyan yang duduk melamun di kursi. Kedatangannya seketika mengalihkan perhatian sang suami yang menoleh."Dari mana saja kamu, Celine?"Pertanyaan dengan nada suara yang sedikit berbeda, terdengar di telinganya. Itu membuat Celine mengernyit bingung. Meski begitu, dia berusaha tersenyum dan berjalan mendekati suaminya. Celine duduk di samping Rayyan dan berniat menyentuh suaminya. Sayangnya, reaksi yang Rayyan perlihatkan, justru membuat Celine keheranan. Suaminya menghindar ketika dia hendak menyentuhnya."R-rayyan, ada apa? Kenapa kamu menghindariku?" Celine tergagap. Dia kembali berusaha menyentuh lengan suaminya, tapi lagi-lagi Rayyan menghindar dan membuang muka. Sikap tersebut, menimbulkan tanda tanya besar untuknya."Jawab pertanyaanku, habis dari mana kamu?"Celine
Celine meringkuk di atas ranjang sendirian. Tidak ada Rayyan di sebelahnya. Suaminya tidak tidur di sampingnya dan dia hanya bisa meratapi semuanya sambil menangis. Dari semalam, sampai fajar menyingsing, tak sedikit pun Celine bisa memejamkan mata. Dia hanya berbaring dan menyesali semuanya yang terlampau terlambat. Matanya mungkin memerah dan bengkak, tapi hatinya jauh lebih dari itu.Rumah tangannya juga tidak akan mungkin bisa terselamatkan. Celine ragu kalau Rayyan akan memaafkannya. Meski lelaki itu meminta waktu untuk berpikir. Rayyan pasti sangat sakit hati dengan semua ini. Celine benar-benar sangat bodoh. Dia juga tidak bisa mengatakan sejujurnya. Alasan kenapa dia tidur dengan Dominic. Celine takut Rayyan akan terluka karena dia melakukan ini untuk melunasi utang mertuanya.Sambil menghapus kesedihannya, Celine terduduk. Dia perlahan bangkit dan berjalan keluar kamar untuk menyiapkan sarapan seperti biasa. Namun sebelum itu, Celine berjalan ke arah kamar anaknya
Celine masuk ke ruang kerjanya dengan mata sembab. Dia tidak semangat untuk bekerja hari ini. Jika saja dia tidak terjebak oleh perangkap Dominic, mungkin Celine masih bisa menuruti permintaan Rayyan dan menjauhi lelaki itu. Namun kini, semua tidak bisa lagi. Sekarang, bagaimana caranya dia menyelamatkan pernikahannya? Sementara dirinya masih tetap melayani Dominic.Clek.Pintu ruangan kembali terbuka. Orang yang baru saja dia pikirkan, kini sudah muncul dari balik pintu. Mata mereka seketika bertatapan, tapi hanya sesaat karena Celine menundukkan kepalanya dan memberi hormat. "Selamat pagi, Pak.""Celine, ada apa dengan wajahmu?"Celine terlambat menghindar. Dominic sudah lebih dulu mendekat dan menyentuh dagunya. Membuat mata mereka kembali bertatapan. "Tidak apa-apa, tolong jangan seperti ini."Celine menggenggam tangan Dominic dan berusaha menyingkirkannya. Dia teringat ungkapan cinta yang terlontar dari bibir lelaki itu. Keadaannya sudah benar-benar tid
"Celine belum pulang, apa dia bersamamu?" tanya Rayyan, tanpa menatap ke arah Dominic yang ada di sebelahnya. Mereka duduk di pinggir tebing yang dipenuhi rumput sambil menatap rimbunnya pepohonan di bawah sana. Lelaki itu membawanya ke daerah yang tidak Rayyan ketahui. Membuat pikiran buruk seketika berputar di kepalanya. Apa Dominic mengajaknya ke sini karena ingin membunuhnya? Dia jelas akan langsung mati jika Dominic mendorongnya ke bawah. Tempat yang mereka duduki terlalu tinggi."Ya, dia tidur di rumahku karena kelelahan. Aku sengaja membiarkannya."Dominic tanpa rasa bersalah menoleh dan tersenyum ke arah Rayyan. Wajahnya tampak puas saat memerhatikan bagaimana lelaki itu menatapnya syok dan terluka. Bahkan terlihat mata Rayyan berkaca-kaca. Sial, apa dia berlebihan? Dominic membuat lelaki itu hampir menangis."Apa ... apa kalian melakukannya?" tanya Rayyan dengan nada bergetar."Aku yakin kau tidak mau mendengarnya, Rayyan, tapi Celine sangat menggairahka
Celine terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal. Keringat membasahi seluruh tubuhnya bersamaan dengan air mata yang mengalir. Sampai dia langsung terduduk. Celine dengan panik mulai mengedarkan pandangannya ke segala arah, di mana suaminya? Kenapa Celine melihat Rayyan ditabrak oleh Dominic? Itu membuatnya sangat cemas, tapi saat dia melihat sekitar, tidak ada siapa pun di sana. Ini juga bukan rumahnya, tapi rumah Dominic. Tepatnya, rumah yang menjadi tempatnya dengan lelaki itu menghabiskan waktu bersama.Seketika, Celine menatap tubuhnya. Dia langsung melihat tubuhnya yang penuh dengan bercak kemerahan. Bekas yang Dominic tinggalkan sebelumnya. Bagaimana dia bisa lupa? Mereka melakukannya lagi. Celine menutup wajahnya sembari mendesah frustrasi. Tanpa mau membuang waktu, dia bangkit dari ranjang itu dan memakai kembali pakaiannya."Dominic?" panggilnya sambil berjalan mencari keberadaan lelaki itu. Sayangnya, Celine tidak melihatnya sama sekali. Domini