Share

Jerat Cinta Tuan CEO
Jerat Cinta Tuan CEO
Penulis: A. Rietha

CHAPTER 1 – Pernikahan yang Tak Diinginkan

Evanna menatap bayangan dirinya dalam cermin. Ia tersenyum, tapi bukan senyum bahagia yang terpancar. Bibirnya membentuk lengkungan ke atas tapi sorot matanya yang sayu membuat senyumannya itu terlihat menyedihkan.

“Cantik sekali!” puji make up artist yang merias Evanna sore itu.

Memang benar ia terlihat cantik. Siapa saja juga tahu kalau Ganda Rasena memiliki dua putri cantik. Sayangnya yang satu diperlakukan seperti putri kesayangan, sedangkan yang lainnya hanya serupa bayangan yang tak terlihat.

Evanna mengenakan gaun pengantin sutra yang indah dengan garis pinggang yang pas memeluk pinggang hingga pinggulnya. Lehernya melebar dengan lipitan yang saling menumpang. Gaunnya melebar secara lembut hingga ke bawah dengan ekor menjuntai di bagian belakang. Detail renda halus menghiasi bagian bahu dan punggungnya.

Sekuat hati Evanna menahan air mata yang sedari tadi menumpuk di kelopak matanya dan berlomba hendak jatuh di sepanjang pipinya yang tirus.

Ketika periasnya memakaikan kerudung, Evanna mendengar pintu kamarnya dibuka. Melalui cermin, Evanna melihat ibu tirinya memasuki kamarnya dengan senyum palsunya yang seakan mengejek Evanna. Di belakangnya ada Diva yang mengikuti ibunya dengan tatapan penuh ingin tahu.

“Kalian boleh keluar kalau sudah selesai!” perintahnya dan segera saja dua orang yang merias Evanna itu keluar.

Reni Susanti berjalan mendekati Evanna. Ia mengelilingi Evanna dan melihat setiap detail riasan dan gaun pengantin yang dipakai Evanna.

“Pengantin yang cantik. Calon suamimu pasti akan sangat takjub melihatmu,” ujarnya kemudian sambil tertawa mengejek.

Evanna tertawa sumbang. Kata-katanya terkesan memuji. Namun, Evanna tahu setiap kalimat yang keluar dari bibir perempuan itu bukan pujian untuknya, melainkan sebuah hinaan.

“Jangan pasang muka surammu itu! Kau tahu bahwa setiap pengantin harus tersenyum bahagia. Termasuk dirimu,” ucap Reni sekali lagi.

“Jangan kelihatan terpaksa juga. Kalau calonmu nanti melihat wajahmu yang kusut, lalu membatalkan pernikahan bagaimana? Mau ditaruh di mana muka kita semua?” kecam Diva menambahi kalimat ibunya.

Kakak tiri Evanna itu mengenyakkan tubuhnya yang dibalut mermaid dress merah maroon ke atas bedside sofa dan menjentikkan kuku lentiknya.

“Kau harus ingat, pernikahan ini untuk menyelamatkan keluarga kita. Kalau kau lebih suka tinggal di kolong jembatan silakan, itu memang tempat yang cocok untukmu. Kalau aku, ya, mana cocok tinggal di tempat seperti itu,” tambah Diva semakin menyebalkan.

Evanna meremas jemari tangannya supaya emosinya tidak meledak tanpa terkendali. Evanna tahu hari pernikahan memang hari yang paling membahagiakan bagi seorang perempuan.

Evanna seringkali memimpikan pernikahan yang sempurna. Bersanding di pelaminan dengan laki-laki yang dicintainya tentu akan membuatnya sebagai wanita paling bahagia.

Namun, takdir berkata lain. Dua bulan yang lalu Evanna harus menerima kenyataan bahwa ia harus mau menikah dengan laki-laki yang bukan pilihan hatinya.

‘Menikahlah dengan teman baik Papa untuk menutup utang perusahaan atau seluruh aset kita akan disita!’

Bak petir di siang hari, Evanna tak bisa menolak. Alasan apa pun yang diberikannya tak bisa mengubah keputusan ayahnya. Bahkan sampai Evanna memohon di bawah kaki ayahnya pun, tidak membuat laki-laki itu tergerak hatinya untuk mengabulkan permohonannya.

Laki-laki yang menjadi calon suami Evanna adalah teman lama ayahnya semenjak SMA. Elfandy namanya. Usianya sudah lebih dari lima puluh tahun. Evanna tak pernah tahu apa alasannya sehingga Elfandy meminta ayahnya supaya menyerahkan salah satu anak gadisnya untuk dinikahi.

Mungkin untuk meneruskan garis keturunannya karena yang Evanna tahu istri Elfandy sudah meninggal lima tahun yang lalu tanpa memberinya keturunan.

“Kau tak usah berlagak seperti pesakitan. Zaman sekarang menikah dengan laki-laki uzur pun bukan hal tabu. Banyak artis dan selebritis yang menikah dengan laki-laki tua dan mereka bahagia,” ucap Reni yang membuat darah Evanna semakin mendididh.

“Kalau bukan hal tabu kenapa bukan Diva yang disuruh menikah? Usianya juga lebih tua dariku, sudah hampir 25 tahun,” serang Evanna yang tak bisa lagi membendung emosinya.

“Kau kira aku perempuan apa? Masih banyak pemuda yang mau denganku. Buat apa aku mau menikah dengan tua bangka seperti itu. Kau yang lebih cocok dengannya bukan aku,” balas Diva sengit.

“Aku tak akan pernah menjerumuskan anakku sendiri. Diva jauh berbeda denganmu. Dia anak kandungku dengan suamiku yang sah. Lalu kau, bukankah kau anak yang tak pernah diharapkan? Kau hanya anak haram pembawa sial dari wanita murahan yang berharap naik derajatnya dengan menggoda laki-laki kaya seperti suamiku,” gerung Reni murka.

“Aku tidak pernah minta untuk dilahirkan. Aku lahir karena kesalahan papa. Seharusnya ia yang menanggung akibatnya, bukan aku,” teriak Evanna yang tak kalah berangnya. Ia sudah tak bisa lagi menahan emosinya.

Reni mengepalkan tangannya erat-erat. Kalau tak ingat di mana mereka sekarang, sudah ia koyak habis wajah gadis yang berdiri menantangnya itu. Reni mendekati Evanna dan mencengkeram dagunya erat.

“Kau seharusnya berterima kasih padaku karena mau menampung anak haram sepertimu. Kau tak harus merasakan tinggal di panti asuhan atau keleleran di jalan. Sudah cukup bagus kami memberimu makan, pakaian, juga menyekolahkanmu sampai universitas,” ejek Reni yang mengigatkan kembali akan ‘jasa-jasanya’ selama ini.

Evanna mendengus kesal. Ia lebih baik tinggal di panti asuhan daripada tinggal di neraka bersama orang-orang yang menyebutnya sebagai keluarga. Selama ini mereka memperlakukannya tak ubahnya seperti sampah.

 “Sekarang waktunya kau membalas budi. Tak usah muluk-muluk, kau cukup menikah, dan utang papamu lunas. Cukup mudah bukan? Lihat, kau juga menikah di hotel berbintang dengan gaun pengantin mahal pula. Calon suamimu kaya.  Kau tinggal duduk manis menjadi istrinya dan menikmati kekayaannya. Mudah sekali bukan?” lanjut Reni dengan nada sinisnya yang memuakkan.

“Mama benar. Kau harus tahu posisimu. Jangan berlagak yang paling tersakiti. Kami sudah terlalu baik hati padamu, apalagi Mama. Kalau aku jadi Mama, kau sudah aku buang ke selokan,” ucap Diva sambil terkekeh.

Melihat wajah Evanna yang terluka menyedihkan seperti itu adalah hiburan tersendiri baginya. Diva sangat membenci Evanna, adik tirinya yang menurutnya tak tahu diuntung itu.

Ingin sekali Evanna berteriak menantang ibu dan kakak tirinya itu. Selama hidupnya, Evanna hanya dianggap menumpang. Reni sangat jelas membedakan antara dirinya dengan Diva, kakak tirinya. Diva selalu mendapat perhatian utama dan mendapatkan kasih sayang yang istimewa. Sedangkan Evanna, ia hanya mendapatkan apa yang tersisa.

Evanna tak pernah diberi kesempatan menunjukkan siapa dirinya. Ia juga tak pernah bisa mengatakan semua yang ada di benaknya. Sejak kecil Evanna harus berlapang dada menerima apa yang dikatakan atau yang harus dia lakukan.

Evanna benci dengan dirinya yang tak pernah bisa memberontak. Evanna benci dengan semua kelemahannya. Evanna benci harus selalu menjadi yang kalah dan tersingkirkan.

“Semua sudah siap?”

Kepala Rasena, ayah Evanna, yang menyembul dari balik pintu mengalihkan pandangan Evanna dari wajah ibu tirinya yang memuakkan.

Evanna mengela napas panjang, lalu mengangguk pelan dan berjalan mendekati ayahnya menuju lorong kamar hotelnya. Ia melangkah cepat menghindari Reni dan Diva yang hanya menguras emosinya saja.

Ballroom Quantum Hotel terletak tiga lantai di bawah mereka. Evanna berjalan di samping ayahnya menuju ballroom.

Keluar dari lift yang membawanya, Evanna melihat laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya berdiri di depan pintu ballroom yang masih tertutup.

Evanna mengeluh dalam hati. Sisa hidupnya akan ia habiskan dengan laki-laki yang lebih pantas dipanggilnya ayah.

Elfandy, calon suami Evanna, memakai setelan jas hitam dan dasi kupu-kupu yang melingkari leher pendeknya. Laki-laki setengah baya itu makin terlihat tua dengan kacamata tebal yang membingkai matanya.

Laki-laki itu tampaknya sedang fokus dengan telepon genggamnya hingga tak menyadari jika Evanna dan keluarganya sudah ada di depan pintu ballroom. Wajahnya terlihat cemas. Berulang kali ia mengusap dan menekan ponselnya, lalu mendekatkannya ke telinga.

“Sudah siap, Fan?” tanya ayah Evanna pada laki-laki yang masih berkutat dengan ponselnya itu.

Elfandi menurunkan ponselnya dan menatap Rasena. Ia kemudian ganti menatap Evanna dan tersenyum lebar melihatnya. Membuat Evanna mual seketika.

“Kau cantik sekali, Evanna,” pujinya terus terang yang membuat Evanna semakin mengeluh dalam hati. Bukannya tersanjung Evanna merasa jijik mendengarnya.

“Kita masuk sekarang?” tanya Rasena saat dilihatnya Efandy kembali sibuk dengan ponselnya.

“Tunggu, tunggu sebentar lagi,” jawabnya singkat, “Ke  mana mereka,” gerutu Elfandy entah pada siapa.

“Pengantin sudah siap? Silakan berdiri berdampingan menuju ballroom. Orang tua dan keluarga yang lain bisa berjalan di belakangnya,” atur seorang staff wedding organizer.

“Sebentar, tunggu sebentar lagi!” jawab Elfandy yang tak bisa lagi menyembunyikan kepanikannya.

“Kau menunggu siapa lagi, Fan? Ini sudah terlambat hampir tiga puluh menit. Para tamu juga sudah menunggu di dalam,” ujar Rasena mengingatkan temannya itu.

“Aku tahu. Tapi pernikahan tak bisa dilangsungkan kalau calon pengantinnya belum datang. Ah, itu dia!” tunjuk Elfandy dengan senyum lega dan bahagianya.

Sontak Evanna dan keluarganya menoleh ke arah yang dilihat Elfandi. Seorang laki-laki tinggi tegap tanpa senyum berjalan ke arah mereka. Ia memakai jas hitam yang melekat sempurna di tubuhnya. Di saku atas jasnya terselip boutonniere.

Di belakangnya berjalan seorang pemuda yang usianya kelihatan lebih muda. Wajah pemuda itu tampak ceria, berbeda sekali dengan lelaki yang berjalan di depan.

“Evanna, ini Khandra Anantara. Ia yang akan menikah denganmu.”

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chubby Misso
Bagus bangeett tulisannya. Diketik rapi, enak dibaca, alurnya menarik. Semangat melanjutkan ya Kak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status