Jangan lupa komen dan vote ya, terima kasih :D
Matahari sore masih menggantung megah di langit barat, namun pasangan demi pasangan keluar bergandengan dari kediaman Salvatore menuju tebing, tempat yang sudah dipersiapkan para pelayan untuk acara makan malam peresmian pertunangan Zeze dengan Pierre serta pengumuman ke publik, pernikahan Felix dengan Veronica dan Massimo bersama Megan. Para pasangan saling berdiri berhadap-hadapan, membentuk jalur untuk tiga pasangan yang kini beberapa kamera wartawan menyoroti mereka. "Hai, saya Felix ...dan ini adalah istriku, Nicca." Felix memberikan sapaan ke depan kamera salah satu dari tiga wartawan seraya ia menggandeng lengan Veronica yang mengenakan gaun mewah dan riasan sederhana namun sangat cantik mempesona dengan aura hamilnya. Felix sengaja tak menyebutkan nama lengkap apalagi nama belakang Veronica kepada wartawan, mengingat dunia mungkin masih mengingat lalu akan mengaitkan istrinya pada kebiadaban yang pernah dilakukan Efka Reager. Veronica menganggukkan kepala, memberikan senyu
Menjelang siang, Marcio, Anne dan Pierre bersama rombongan para pengawal, tiba di kediaman Salvatore. Luca sudah kembali lebih dulu ke kediaman setelah ia selesai sarapan bersama dari mengantarkan Pierre secara pribadi menjemput Marcio dan Anne di hotel. Meskipun hanya peresmian pertunangan dan makan malam keluarga yang mengundang beberapa wartawan secara privat untuk pemberitaan di media sosial, Aghna tetap menginginkan Zeze memakai gaun yang indah untuk gadis muda mereka itu. Pada acara peresmian tersebut juga akan diumumkan secara publik mengenai pernikahan Felix bersama Veronica dan Massimo dengan Megan. Sehingga kedua wanita tersebut mau tidak mau turut memakai gaun yang mewah seperti Zeze. Zeze sedang didandani Aghna di kamar tamu, mengintip kedatangan Pierre melalui jendela, terlihat dari sorot matanya yang berbinar jika Zeze benar-benar jatuh cinta pada Pierre Bastien. "Apakah nanti kau akan pergi bersamanya?" tanya Freyaa yang menatap kagum pada Pierre, sama seperti Zeze.
Knox semakin menyandarkan punggungnya santai ke kepala ranjang di belakang, sinar matanya terlihat meredup namun licik memperhatikan jemari Eleanor keluar masuk pada lubang sela pahanya yang telah berkilat basah. Knox sama sekali tak tertarik lagi menjamah tubuh indah Eleanor, padahal dahulunya ia sangat mencandu level akut pada wanita yang pernah menjadi istrinya itu.Semuanya berawal dari sebuah pesan pada kertas tisu yang ditinggalkan cleaning service sewaktu pertama kali ia dibawa oleh Eleanor, 'Setetes spermamu bisa bernilai ribuan nyawa manusia'.Setelah penangkapannya, Knox dibawa Eleanor memeriksakan diri ke sebuah laboratorium dan dari sanalah ia bertemu petugas cleaning service yang akhirnya ditugaskan Eleanor membersihkan ruangan kamar tempat Knox berada di rumah aman sekaligus mengawasi Knox.'Wanita ular itu akan melakukan segala macam cara untuk bisa mendapatkan sperma-mu.' terngiang kembali dalam benak Knox ucapan berulang-ulang petugas kebersihan yang selalu memakai t
"Hai, tadi kau tak ada di makan malam. Kau baik-baik aja?" Luca membawa nampan berisi makanan ke dalam kamar Jonathan dimana Zeze sedang duduk sendiri pada sofa. Luca menjentikkan jemarinya dan ruangan kamar Jonathan yang sebelumnya gelap, hanya mendapat terang dari lampu teras, kini menyala dengan cahaya redup. Zeze bergeming dari pandangannya menatap keluar jendela, duduk dengan menumpu memeluk kedua lututnya di sofa. Setelah meletakkan nampan di atas meja, Luca menghenyakkan tubuhnya duduk pada samping Zeze. Lalu meraih samping kepala keponakannya itu untuk ia sandarkan ke depan dada. "Apakah ada masalah dengan Pierre? Kau ingin berubah pikiran? Belum terlambat jika kau ingin membatalkannya meskipun esok Marcio dan Anne secara resmi datang melamarmu untuk Pierre." "Aku rindu Papa juga Mommy Cella dan Daddy Michael." lirih Zeze hampir seperti desahan. "Paman juga rindu. Kita semua rindu Papa dan Mommy juga Daddy." Luca melingkarkan lengannya ke depan dada Zeze, memeluk keponaka
Senyum di bibir Pierre semakin merekah lebar, kepalanya mengangguk beberapa kali, lalu seutas tali bening sangat tipis terentang diantara jemari kedua tangannya. "Aku bekerja untuk mereka? Yayasan sosial penderita ODHA, hem?" cetus Pierre sembari menaikkan kedua alis tebalnya dan menatap lekat ke netra pria di depannya yang balas menyeringaikan senyuman sinis. Tanpa jawaban dari Mister Walikota, Pierre sudah bisa menduga siapa 'mereka' yang pria tua itu maksud. "Jika Anda memang benar mengenalku, Anda pastinya tahu apa yang bisa ku lakukan dengan tali ini bukan?" Dari tempat tersembunyi, Zeze bisa mendengarkan pembicaraan Pierre dengan Mister Walikota di dalam ruangan. Pengaruh hipnotis Zeze pada kedua orang penjaga yang ada depan pintu ruangan private Mister Walikota masih belum hilang. "Kau tak akan membunuhku, aku tau itu." ucap Mister Walikota sangat percaya diri. Pierre mendengkuskan tawa rendah, "Jika begitu, Anda tidak akan tetap berada di sini bukan?" Pierre bangkit berd
Pelayan baru saja keluar dari ruangan private tempat Mister Walikota, ketika Zeze mengintip dari kejauhan. Di depan pintu ruangan private Mister Walikota berdiri tegak dua orang penjaga bertubuh besar seperti tukang pukul dan Zeze menduga jika sang Walikota sedang ada janji temu dengan seseorang di dalam ruangannya. Zeze mengedarkan pandangannya ke sekeliling, memeriksa titik-titik kamera CCTV terpasang dalam ruangan restoran dan ia menemukan jika ruangan tempat Mister Walikota berada, terhalang pilar besar. "Menarik!" gumam Zeze menyunggingkan senyuman tipis sangat sinis. Tepat ketika Zeze hendak bergerak pergi menuju ruangan sang Walikota, tiba-tiba pergelangan tangannya dicekal kuat. "Libatkan aku." bisik Pierre lembut, sudah menarik pinggang ramping Zeze dengan lengannya yang lain. "Aku sudah lama tidak olah tubuh, sedikit peregangan sepertinya menyenangkan." lanjut Pierre, kini berkata di depan wajah Zeze yang sedikit terdongak dengan bibir merekah menggoda dan sinar matany
Bertahun-tahun Pierre menutup diri serta menjaga jarak dari para wanita yang mendekatinya, tetapi kini benteng pertahanannya benar-benar hancur di hadapan Zeze yang blak-blakan, sangat ekspresif juga membuat jantungnya menggelepar riang hendak meloncat keluar. "Wajah Daddy Pierre memerah, apakah Daddy juga terangsang sama sepertiku?" Zeze membelai rahang berbulu maskulin Pierre, lalu mengecup sangat lembut daun telinga tunangannya itu yang bisa ia rasakan sedikit tersentak dan pelukan lengan Pierre semakin posesif menahan pinggangnya. "Jangan menggoda lagi. Aku benar-benar bisa membawamu ke hotel, Baby." Pierre berkata seakan seperti desahan ke depan wajah Zeze, lalu mengecup serta menggigit gemas bibir gadis mudanya itu. "Aku tak keberatan ..." Pierre langsung melumat gemas bibir Zeze yang akhirnya tak bisa melanjutkan perkataannya. Pasangan itu saling memagut, meluahkan semua rasa yang mengganjal di dalam hati dengan ciuman hingga akhirnya terlepas karena pernapasan semakin
"Kau baik-baik aja?" Felix menghampiri Zeze yang berdiri di teras, melihat pemandangan lautan luas dari jauh, terlihat berkilau seperti karpet berlian terkena sinar terik matahari menjelang siang. "Paman ..." Zeze menoleh dan memberikan senyuman tipis pada Felix. "Mari duduk, kau baru siuman. Kakimu pasti lelah." Felix meraih pundak Zeze, mengajaknya duduk pada sofa di belakang mereka. "Mungkin karena di tubuhku mengalir darah serigala, jadi pemulihannya sangat cepat. Kakiku tidak apa-apa, tidak ada kaku atau stress syaraf."Dimitri sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Zeze dan tak menemukan satu pun keluhan pada tubuh gadis muda yang baru siuman setelah sepuluh hari tertidur tersebut. Zeze bangun dan beraktifitas layaknya orang normal yang tak pernah tertidur berhari-hari. Hal yang paling menggembirakan adalah pertumbuhan racun dalam darah Zeze seolah terhenti begitu saja.Anne memang tak menyebutkan jenis campuran pada ramuan yang dibantu Dimitri suntikkan ke pembuluh dar
Sekarang giliran tubuh Zetha yang berguncang hebat mendengar cerita Zeze di alam kabut mimpi. "A-apakah mereka semua baik-baik aja? A-apakah mereka bahagia?" cicit Zetha berurai airmata yang kini Zeze balas memeluk pundak Mumma cantiknya itu dan mengecup kelopak matanya sangat lembut. Seperti tindakan Jonathan sewaktu Zetha kecil jika menenangkan putrinya itu ketika menangis sedih. Pun Michael melakukan hal yang sama dahulunya pada Zetha. Dua orang kesayangan yang jiwa mereka telah melebur menjadi satu di alam kabut mimpi Zeze."Mereka semuanya baik dan bahagia." jawab Zeze pelan dan ia teringat kelembutan juga sikap Michael dan Marcella yang sangat memanjakannya. Zeze tak menceritakan pada Mummanya jika jiwa Jonathan dan Michael menyatu di alam keabadian. "Apakah Papa dan Daddy sudah menyatu?" Zetha malah bertanya hal yang disembunyikan oleh Zeze. Zeze merenggangkan pelukannya, menatap lekat ke netra Zetha, lalu menganggukkan kepala, "Ya. Aku melihat Papa dan Daddy menjadi satu.