Share

5. Diculik

Penulis: Freyaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-08 20:34:57

"Kakak ..." Selena mengerutkan kening saat melihat Veronica berjalan ke pantry dalam rumah tinggal mereka bersama. 

"Wajah kakak pucat, kakak baik-baik aja?" Selena menempelkan punggung tangan ke kening, pipi dan leher Veronica. "Tadi malam kakak pulang jam berapa? Aku tidak mendengar kakak pulang ..." 

"Motormu lecet, apakah kau jatuh semalam, Veronica?" Keanu masuk dari pintu depan, langsung bertanya yang menghentikan pertanyaan Selena semakin meneliti penampilan saudari perempuan di depannya. 

"Aku tidak apa-apa. Motorku memang jatuh, tapi aku tidak terluka." Veronica menjawab sambil menjawil ujung hidung Selena yang mulutnya masih terbuka memandanginya. 

"Sungguh, Selena ...aku tidak apa-apa!" Veronica terkekeh rendah karena Selena memutar tubuhnya dan memindai dari atas sampai ke kaki yang membuat Keanu, suami adik perempuannya itu turut memperhatikannya. 

"Gelang tali apa ini? Kakak pergi kemana sebenarnya semalam?" Selena melihat ada gelang tali terpasang pada pergelangan tangan Veronica. 

"Oh, aku menemukannya di jalan. Menurutku lucu, jadi ku pakai." Veronica menjawab asal, menarik tangannya, melanjutkan membuat roti bakar srikaya untuk sarapan mereka semua. 

"Jika terjadi sesuatu, jangan sungkan untuk bercerita pada kami." Keanu berkata sembari ia mengambil bahan masakan untuk membuat soup, sementara Selena menyiapkan wadah serta menggiling kopi yang kemudian ia seduh untuk mereka bertiga. 

Veronica mengangguk tersenyum menanggapi Keanu yang kembali berkata, "Para pemuda tadi malam, sepertinya memiliki niat jahat padamu. Mulai sekarang, aktifkan terus ponselmu dan berhati-hati pergi kemanapun. Atau mau aku sewa pengawal ..." 

"Jangan berlebihan, Keanu. Aku baik-baik aja. Tidak perlu kuatir." potong Veronica cepat sambil melirik Selena yang baru saja terdengar mengaduh karena jemarinya tersiram air panas ketika hendak menyeduh kopi untuk cangkir Veronica. 

Keanu bergegas menghampiri Selena, membawa tangan istrinya itu untuk diguyur di bawah air kran mengalir pada wastafel. 

"Perih?" 

Selena menggelengkan kepala, namun ekor matanya melirik ke arah Veronica yang sudah menata sarapan di atas meja, juga mengambil alih pekerjaan Keanu membuat soup. 

Sebuah firasat tiba-tiba menyelip ke relung hati Selena yang membuatnya merinding dan termangu selama beberapa saat. 

"Guyur sebentar lagi, aku ambilkan salep agar tanganmu tidak melepuh." Keanu segera berlalu untuk mengambil kotak obat. 

"Jangan suka melamun, hem?" Veronica menyuapkan potongan roti yang telah ia olesi srikaya ke mulut Selena yang justru airmata wanita muda itu mengalir deras di sudut matanya tanpa bisa ia kendalikan. 

"Ada apa? Kenapa kau menangis?" 

Selena langsung berhambur memeluk Veronica dan melabuhkan wajah ke atas pundak saudarinya, "Kakak tidak boleh pergi meninggalkanku. Selain Keanu, cuma kakak yang aku punya." 

Veronica mengusap lembut punggung Selena, "Dasar bodoh! Sudah lupakah akan janji kita yang akan selalu bersama-sama?" gerutu sayang Veronica sambil menciumi sisi kepala adik perempuan satu-satunya itu. 

Setelah banyak hal dan tragedi yang mereka lalui bersama, menyaksikan sendiri Papa kandung mereka tewas dan mengetahui kenyataan jika Mama mereka berdua yang bersaudari juga sama-sama dibunuh oleh orang-orang suruhan Efka Reager, Papa mereka. 

Kini Veronica dan Selena hanya memiliki satu sama lain, dimana Selena menikah dengan Keanu, orang yang menyelamatkan mereka berdua dari tragedi. 

"Hari ini, kalian pergilah berlibur. Aku akan menghandel area bartender. Stok bahan makanan akan masuk sore, jadi tidak terlalu berat untuk dikerjakan." Veronica berkata setelah melihat Keanu sedikit menautkan alis menatap Selena manja di pelukannya. 

"Tidak, hari ini ada janji dengan pihak perusahaan minuman. Jadi, nanti saja kita liburan bertiga." Selena menyahut, memasrahkan tangannya diolesi salep oleh Keanu yang membawanya duduk pada kursi. 

"Oh, ya ...kemarin ada pemuda yang ingin bertemu denganmu, Kak. Dia ingin menawarkan kerjasama ...tapi aku minta dia mencicipi steak andalan kita dan dia bilang jika peternakan tempatnya bekerja memiliki kualitas daging jauh lebih baik." 

Veronica mengerjapkan kelopak mata seraya ia mengunyah roti di dalam mulutnya. Ia memang menunggu Selena membahas pemuda yang bersama adiknya itu kemarin malam. 

Pemuda yang juga membantunya dari para gerombolan mabuk dan gelang tali yang Veronica yakini milik si pemuda, ia pakai pada pergelangan tangannya setelah diperbaiki dan berniat mengembalikannya nanti jika mereka bertemu. 

"Aku memintanya agar datang lagi siang ini juga membawa sampel produk yang hendak dia tawarkan pada kita." 

"Pemuda culun dengan rambut rapi belah tengah kemarin malam?" Keanu bertanya memastikan karena hanya pria itu yang terlihat berbicara dengan istrinya. 

"Benar, itu dia yang ku bicarakan. Kakak juga pasti melihatnya, sayang kekacauan para pemuda mabuk semalam membuatku lupa memperkenalkan kalian," 

"Kau memiliki kartu namanya?"

Selena menggelengkan kepalanya cepat, "Aku lupa, Kak." ringisnya dengan mulut terbuka lebar, memaksakan tawa tanpa suara. 

--

Felix ditinggal di hotel dengan pengawalan ketat para pengawal pada bagian luar pintu kamar, sementara Susie pergi bersama Hvitserk melihat rumah yang akan mereka tinggali selama berada di Amalfi.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Felix, ia lebih suka tinggal di lingkungan rumah daripada hotel atau apartement. 

"Ini terlihat bagus." komentar Susie begitu orang suruhan Hvitserk membawa mereka ke sebuah rumah besar berlantai tiga dengan pemandangan lautan dan memiliki tebing serta pantai pribadi. 

Dari lokasi strategis tersebut, bisa dipastikan jika pemiliknya pastilah orang yang berduit banyak pecinta laut dan pantai. 

"Tapi, Madam ...ini hanya disewakan sebulan ..." 

"Tak masalah!" Susie menjawab cepat, menoleh pada Hvitserk yang langsung tersenyum pada orang suruhannya. 

"Bawa berkas penyewaan rumah ini padaku dan berikan kontak pemiliknya sekalian. Katakan pada pihak penyewaan rumah, kami hanya akan melakukan transaksi dengan pemiliknya langsung tanpa perantara!" 

"Baik, Bos Hupits. Mengenai orang yang tadi malam Bos besar pinta, siang ini sudah mulai masuk bekerja di restoran The Grill." 

"Bicarakan itu nanti. Aku masih membutuhkan bantuanmu selanjutnya, pastikan alat komunikasimu aktif!" tolak Hvitserk yang tidak ingin membicarakan hal tentang para pengawal untuk Veronica atas perintah Felix di depan Susie. 

Felix masih merahasiakan tentang Veronica. Maka, sebagai asisten sekaligus sahabat juga tangan kanannya, Hvitserk berkewajiban melindungi apapun yang Felix tidak ingin diketahui oleh orang lain, meskipun itu Susie dan keluarganya sekalipun. 

Susie tersenyum tipis menikmati pemandangan laut biru di depannya. Dia teringat ketika pertama kali di bawa ke Karibia untuk membantu merawat Zetha, saudarinya Felix sejak usia dua tahun.

"Felix membeli bisnis restoran di sini?" Susie bertanya pada Hvitserk yang datang membawakannya minuman segar kemasan, tanpa memalingkan wajah dari memandangi lautan di depannya. 

"Uhm, Felix belum mengatakannya." 

Susie menoleh menatap lekat ke wajah Hvitserk, "Lalu, apakah telingaku tuli jika tadi aku mendengar bawahanmu mengirimkan orang untuk bekerja di restoran The Grill? Katakan jujur, Hvitserk, apakah putraku terlibat bisnis atau ..." 

"Bisnis, Ambu." Hvitserk menjawab cepat. 

Susie mendesah pelan. Susie sangat paham jika Felix akan menggunakan berbagai macam trik agar bisa mendapatkan bisnis apapun yang sudah dia targetkan.

Tapi untuk apa bisnis restoran di Amalfi ini? Keluarga Salvatore memiliki restoran mewah di Hawaii. 

--

Malam sudah sangat larut, tetapi Veronica yang berkata akan pulang naik taksi karena motornya sedang diperbaiki, masih belum tiba di rumah. 

Selena berjalan bolak-balik, ponselnya masih berdering tetapi tidak kunjung ada jawaban dari Veronica. 

"Tunggu di rumah, aku akan menyusul ke restoran." Keanu bangkit mengambil jaket dan kunci mobil hendak pergi keluar. 

"Aku ikut!" Selena tidak mau ditinggalkan seorang diri. Seharusnya tadi ia memaksa tinggal bersama Veronica di restoran dan pulang bersama ke rumah. 

"Aku takut para pemuda kemarin menaruh dendam pada Kakak dan menculiknya ..." cicit Selena sedih mengerjapkan kelopak mata agar tidak menangis. 

Di tempat lain, Veronica duduk dengan kelopak mata terpejam rapat pada kursi belakang taksi yang sebelumnya ia tumpangi untuk membawanya pulang ke rumah.

Sang sopir taksi menyeringai sinis, melirik Veronica dari spion setelah menyemprotkan aroma mengandung obat bius, tepat ketika Veronica membuka pintu taksi lalu duduk pada jok belakang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
rianur378
ih,,, kangen tau sama Marcella (rip) mengsedih ...
goodnovel comment avatar
Ameera Aghan
keanu itu bukan nya orangnya luca ya?
goodnovel comment avatar
senja_awan
Vero diculik Ama suruhaan arkada ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   86. Malam Pekat

    Setelah selama beberapa menit padam, kini semua lampu dan penerangan di kediaman Salvatore, taman serta tempat tinggal pelayan, pasukan khusus juga pengawal, kembali menyala terang.Awan gelap yang menghalangi cahaya rembulan dari atas langit pun kini hilang begitu saja, seakan tersapu oleh angin. "Ini ...?"Tenggorokan Gerardo tercekat memperhatikan sekeliling, sementara sebelah tangan masih mencengkeram kerah baju Luca yang sudut bibirnya menyeringai sinis.Hampir separuh dari orang-orang yang ada di lapangan, para anggota pasukan khusus, pengawal dan pelayan, tubuh mereka jatuh ke tanah, sudah tak bernyawa dengan leher tergorok masih bersimbah darah, seperti ayam yang dibantai. "Maaf, aku menjadi celah masuknya pengkhianat ke keluarga kita." Luca berkata datar pada Gerardo, melepaskan cekalan tangan saudaranya itu, lalu gegas membalikkan tubuh pergi menuju kediaman.Gerardo terpaku, matanya nanar memandangi tubuh-tubuh anak buahnya yang tergeletak tak beraturan di atas tanah, sem

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   85.

    Tenggorokan Jason tercekat mendengar perkataan Megan di depannya. "K-kalau begitu, ku mohon, tolong bunuh aku ..." pinta Jason lirih dengan tatapan penuh harap memandang Megan."Membantu membunuhmu?" Megan memajukan tubuh bagian atasnya merunduk ke arah Jason, bibirnya tersenyum menyeringai sinis, "Kau pikir, siapa dirimu dan memiliki hak untuk meminta bantuan padaku?!" pungkasnya mendengkus seraya melangkah mundur sambil menarik lengan Bonnie yang terus melirik Ubba dari kejauhan. Hera yang dipakaikan jubah oleh Megan sebelum dibawa ke lapangan depan tempat tinggal para pelayan dan pengawal serta pasukan khusus, kini jubah tersebut sudah terkoyak lepas, memperlihatkan gurat-gurat luka menyeramkan pada tubuhnya yang tak lagi indah dan elok dipandang mata. "Ahhh ..." bibir Hera berseru nyaring antara pilu kesakitan dan kenikmatan ketika sebelah tangannya sendiri meremas buah dadanya dan tangan yang lain ia gunakan untuk mengobok-obok sela paha. Meskipun malam hari, lapangan tempat

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   84.

    Kilau putih dari pedang di tangan Zeze terlihat menyilaukan bagaikan petir di malam dengan penerangan cahaya bulan dan lampu temaram jauh dari resort. Shhraangg!! Suara itu sangat tajam dan melengking, membuat ngilu dan tubuh menjadi merinding Laras senapan baja prajurit yang beberapa detik lalu berdentum besar menembak Zeze dalam jarak dekat, kini terpotong sempurna, layaknya lilin bagi pedang floret. "Ackhhh ..." pekikan pilu terlontar begitu saja dari mulut para prajurit yangmana selanjutnya tubuh mereka jatuh menggelosor tak beraturan satu persatu ke atas tanah dengan leher hampir putus terbabat. Kilauan ujung pedang Zeze masih terus berlanjut, bergerak sangat cepat seperti kilatan cahaya, sudah berdiri di depan Pierre, berhadapan dengan prajurit ahli beladiri. Para prajurit ahli beladiri di depan Zeze, semuanya tegak terpaku. Mata mereka melebar begitu mengenali gadis muda yang rambutnya berantakan karena ikatannya terlepas. Zeze Salvatore! Gadis muda yang vid

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   83. Libas Saja Sayang

    Prajurit di depan Zeze yang penutup wajahnya terlepas, menolehkan pandangan ke rekan-rekannya yang langsung bereaksi mengancam Zeze, mengelilingi Pierre dengan ujung senapan siap tembak. Hanya satu gelengan kepala samar, rekan-rekan prajurit pun langsung serentak menurunkan senapan mereka. Sang prajurit menatap Zeze yang terlihat sangat kecil, muda serta rapuh di matanya, "Jessica punya misi, dia tak ada di sini. Tapi kau dipastikan mati malam ini!" ucapnya pelan, bersuara dalam dan sangat tenang namun lengan besarnya berayun cepat mencekik leher Zeze yang lambat bereaksi karena mencerna kata-kata. "Zee!" Pierre maju selangkah, namun terhenti begitu prajurit merentangkan sebelah lengan ke arah dadanya. "Tulang leher wanitamu ini akan patah jika kau berani maju selangkah lagi!" Pierre menelan ludah, menatap Zeze yang memberi kode dengan kedipan kelopak mata agar menuruti perkataan sang prajurit. Dari kejauhan telinga Zeze bisa mendengar suara kapal berlabuh di pantai, kemudian d

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   82.

    Begitu turun dari mobil, Hera di seret oleh Megan menuju lapangan tempat para anggota pasukan khusus, para pelayan dan pengawal tinggal di bagian belakang serta samping kediaman besar Salvatore. Sementara Ubba menarik tengkuk pakaian Jason yang sudah compang camping, berjalan terseok-seok, tak punya tenaga dan daya untuk memberontak sama sekali, mengikuti Megan yang lebih dulu menyeret Hera. Bonnie berjalan diam di belakang Ubba, yangmana mereka juga diikuti para pengawal yang menjaga Hera dan Jason sebelumnya di gedung serba guna. "Ada yang harus ku lakukan, kau bawa dia dulu ke lapangan sana." Ubba berkata pada Bonnie yang hanya mengangguk tanpa berkata apapun selain sudut bibirnya tersenyum tipis namun tatapan mata sangat sendu. "I love you, Bon-bon!" Ubba memberikan kecupan ke kening Bonnie yang lagi-lagi hanya mengangguk, seakan sedang menahan sesak di dalam dada. Ubba sudah berlalu, memasuki kediaman Salvatore menggunakan pintu samping, meninggalkan suasana malam menjadi sem

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   81. Bisikan Maut Michele

    Deru suara motor terdengar nyaring membelah jalanan malam yang masih sibuk dengan hiruk pikuk manusia mencari hiburan. Pierre membonceng Zeze di sepeda motor sportnya, tak membiarkan gadisnya itu mengendarai sendiri. Lokasi yang disinyalir sebagai resort tempat tinggal Jessica, diberitahu Luca pada Zeze terletak pada bagian atas Sorrento, tepi tebing laut dengan pemandangan sangat indah, tenang serta termasuk hunian mewah. Di Palermo, Luca masih memantau layar monitor yang ia proyeksikan di depannya. Pada atas meja, ada ponsel milik Hera yang akhirnya berhasil di retas oleh Luca. "Sayang ...belum tidur?" Michele masuk sambil membawa meja beroda yang terdapat piring camilan malam untuk Luca. "Damon tidur bersama Ayah dan Ibu, tadi sudah pompa ASI." Michele memberitahu sebelum Luca bertanya tentang bayi mereka. "Aku ingin tidur bersamamu, sudah beberapa malam kita tidak tidur bersama." tutur Michele seraya memangkas jarak dengan Luca, memberikan kecupan ke kening dan bibir suaminy

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status