Share

6. Wanita Tangguh

Penulis: Freyaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-24 21:29:09

Felix baru selesai mandi dan melilitkan perban ke perutnya sendiri tanpa meminta bantuan Susie atau Hvitserk. Sejak sore, Felix sibuk memeriksa pekerjaan yang dikirimkan oleh Billy ke surelnya. 

"Namanya Edward Suter, dia ingin bertemu dengan Anda, Mister." terngiang dalam kepala Felix akan perkataan Billy, penanggung jawab perusahaannya di Cape Town dan Somalia, yang menyampaikan melalui sambungan videocall jika ada seseorang ingin mengajukan kerjasama untuk project pertambangan di Somalia dengan Felix. 

Baru saja Felix hendak menyalakan laptopnya untuk mencari tahu tentang Edward Suter, ponselnya sudah berdering panggilan telpon dari Hvitserk. 

"Veronica di culik. Orang kita tidak bisa bertindak di sini ..." 

"Tawarkan uang besar untuk para berandal jalanan!" potong Felix cepat dengan nada sangat dingin memberikan perintah. "Jika sampai Veronica terluka karena keengganan mereka bertindak, maka esok aku sendiri yang akan menghabisi mereka semuanya!" tambah Felix sambil memakai pakaian santai dari dalam lemari, bukan piyama tidur. 

"Baik." Hvitserk menjawab cepat seperti keinginan Felix, lalu bertanya sebelum ia memutuskan sambungan telpon, "Apa kau ingin cari udara segar keluar sejenak?"

Tentu saja pertanyaan Hvitserk bukanlah benar-benar bermakna bertanya pada Felix yang ingin mencari udara segar, melainkan bertanya apakah sahabat sekaligus bosnya itu akan turut serta pergi menyelamatkan Veronica. 

"Uhm! Perintahkan orang untuk menyiapkan mobilku!" jawab Felix tegas yang tangannya baru saja meraih pistol untuk dia selipkan ke balik pinggang serta tali panjang berujung jarum halus di bagian ujungnya yang ia masukkan ke dalam tas kecil, kini tergantung pada sisi pinggangnya. 

Tidak lama kemudian, raungan suara mobil sport milik Felix sudah bergabung di jalanan. Hvitserk duduk pada kursi penumpang sambil terus memberikan perintah koordinasi dengan para anak buahnya yang sedang mengikuti Veronica. 

Veronica di bawa ke sebuah rumah kosong yang diyakini jika wilayah tersebut milik Mussolini, wakil dari pejabat pemerintah yang memimpin Amalfi. 

*****

"Uhmmm ..." Veronica menggeliat malas ketika merasakan tamparan pelan di wajahnya. 

Veronica bukanlah wanita yang bisa dengan mudah terpengaruh oleh obat bius. Ia juga kebal terhadap berbagai macam jenis obat perangsang. Tetapi sepertinya tubuh dan pikirannya sedang lelah, sehingga tanpa sadar kini ia tertidur akibat dari semburan aroma parfum mengandung obat bius sewaktu memasuki taksi. 

"Selena, aku masih mengantuk. Hari ini aku datang agak siang aja ya ke restoran." Veronica kembali berucap manja memalingkan wajahnya ke samping, namun ...

Kedua kelopak mata Veronica langsung terbuka lebar, menyadari dirinya ternyata diikat pada salah satu kursi kayu menggunakan tali berserat baja. 

"Hallo ...Veronica!" Arkada menyeringaikan senyuman seraya menaikkan kedua alisnya ke atas seolah sangat menikmati keterkejutan Veronica. 

Veronica memindai ruangan tempat ia berada. Di setiap sudut dan langit-langit ruangan terdapat lampu bercahaya benderang juga ada kamera mahal yang biasa digunakan untuk merekam adegan dengan sebuah titik berwarna merah terlihat menyala. 

"Bagaimana? Masih ingat denganku?" Arkada bertanya setelah tatapan Veronica beralih memandangnya sinis. "Urusan kita belum selesai, hem?" 

"Pengecut!" dengkus Veronica tidak gentar sedikitpun menatap tajam pada Arkada yang semakin menggetarkan tawa meledak. 

Sekali lagi, Veronica bukanlah gadis penakut dan ia tidak dibesarkan untuk menjadi wanita yang penakut ataupun menghindari masalah. Meskipun kini tangannya di ikat ke belakang punggung dan kedua kakinya juga diikat dengan tali berserat baja, sulit untuk dilepaskan. 

Veronica adalah tipikal wanita yang akan menantang apapun itu masalahnya hingga ia mengetahui jika tak perlu menghabiskan waktu untuk memikirkannya lagi di masa depan. 

Arkada memberikan kode dengan siulan pada anak buahnya agar membawa masuk satu pitcher minuman untuk Veronica. 

"Kau haus?"

Arkada mengambil gelas berisi air minuman yang telah dituangkan anak buahnya, kemudian mencengkeram dagu Veronica untuk meminumkan paksa air yang secara khusus telah anak buahnya campur dengan obat perangsang dosis tinggi. 

Pria tampan berambut gondrong itu berniat akan melecehkan Veronica dan merekam kegiatan mereka untuk dia jadikan alat memeras wanita itu yang sudah membuatnya merasa tersentil ego kelelakiannya. 

Veronica menyentakkan wajahnya ke samping, sehingga air dalam gelas di tangan Arkada tumpah ke pakaiannya. 

"Menarik!" Arkada berujar sambil membelai leher dan bagian depan dada Veronica yang basah oleh air minuman.

Senyuman mesum semakin tercetak lebar pada wajah Arkada. 

"Kau?!"

Veronica menggeram emosi dan tepat ketika kedua tangan Arkada menyentak kemeja yang Veronica pakai terbuka lebar, wanita muda itu juga menyemburkan air ludah dari mulutnya ke wajah Arkada. 

"Oh, kau suka bermain kotor, hem?"

Arkata mengelap wajahnya dengan kasar, lalu dengan sebelah tangan, pria itu menyentak rambut panjang Veronica ke belakang, kemudian mendaratkan bibirnya membungkam mulut Veronica. 

"Uhmmmm ...!"

Veronica menggeram marah, namun justru Arkada ingin melepaskan tautan bibirnya. Veronica benar-benar menggigit bibir Arkada hingga merasakan darah asin mengalir masuk ke dalam mulutnya. 

Plakk!!

Telapak tangan Arkada melayang tinggi ke wajah Veronica yang langsung terpaling ke samping dan akhirnya gigitan wanita itu pun terlepas dari bibirnya yang sudah berdarah-darah dibuatnya. 

Anak buah Arkada yang tetap berdiri tidak jauh di belakang pria itu, bergegas keluar ruangan untuk mengambil kotak obat. 

"Ternyata kau suka bermain kasar!" 

Arkada mendengkus, kembali mendaratkan tamparan keras ke pipi Veronica yang lain. Selama ini tidak ada wanita yang berani menolak keinginan Arkada, bahkan ketika dia meminta bercinta dengan gaya paling ekstrem sekalipun. 

Baru Veronica yang berani menggigit bibirnya sampai berdarah dan kini terkulai dengan sangat tidak seksi pada wajah tampannya. 

Arkada meremas kasar buah dada Veronica yang telah terpampang jelas karena pakaiannya sudah tersentak koyak olehnya sebelumnya. 

"Kau pasti menyukai permainanku dan aku tidak keberatan mengikuti cara kasarmu!" 

Veronica berusaha melepaskan ikatan tali pada pergelangan tangannya di balik punggung. Menyadari hal itu, Arkada semakin tertawa menyeringai kejam, merundukkan wajah untuk menggigit buah dada ranum Veronica. 

Veronica menggigit bibirnya menahan perih pada kulitnya yang di balas digigit berdarah oleh Arkada, Kedua kelopak matanya terpejam rapat, memikirkan berbagai macam kemungkinan untuk melepaskan diri dari pria laknat yang sedang mengambil keuntungan dari dirinya saat ini. 

"Bawakan tali ke sini!" Arkada memberikan perintah tanpa menoleh ke arah pintu ruangan yang terdengar terbuka di belakangnya. 

Seseorang yang dikira Arkada adalah anak buahnya masuk ke dalam ruangan, berjalan sambil menyeret tubuh pria yang ia pegangi, lengannya dipelintir ke belakang punggung. 

"Saya tidak menemukan talinya, Tuan Muda Mussolini." ucap sang pria seraya mendorong tubuh pria yang ia pegangi hingga terjatuh ke atas lantai di depan Arkada. 

"Siapa kau?"

Arkada mengangkat wajah, menghentikan penyiksaannya pada dada Veronica, memandang pria yang baru saja mendorong anak buahnya terjatuh ke lantai. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Azzurra
Datang juga pertolongan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   86. Malam Pekat

    Setelah selama beberapa menit padam, kini semua lampu dan penerangan di kediaman Salvatore, taman serta tempat tinggal pelayan, pasukan khusus juga pengawal, kembali menyala terang.Awan gelap yang menghalangi cahaya rembulan dari atas langit pun kini hilang begitu saja, seakan tersapu oleh angin. "Ini ...?"Tenggorokan Gerardo tercekat memperhatikan sekeliling, sementara sebelah tangan masih mencengkeram kerah baju Luca yang sudut bibirnya menyeringai sinis.Hampir separuh dari orang-orang yang ada di lapangan, para anggota pasukan khusus, pengawal dan pelayan, tubuh mereka jatuh ke tanah, sudah tak bernyawa dengan leher tergorok masih bersimbah darah, seperti ayam yang dibantai. "Maaf, aku menjadi celah masuknya pengkhianat ke keluarga kita." Luca berkata datar pada Gerardo, melepaskan cekalan tangan saudaranya itu, lalu gegas membalikkan tubuh pergi menuju kediaman.Gerardo terpaku, matanya nanar memandangi tubuh-tubuh anak buahnya yang tergeletak tak beraturan di atas tanah, sem

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   85.

    Tenggorokan Jason tercekat mendengar perkataan Megan di depannya. "K-kalau begitu, ku mohon, tolong bunuh aku ..." pinta Jason lirih dengan tatapan penuh harap memandang Megan."Membantu membunuhmu?" Megan memajukan tubuh bagian atasnya merunduk ke arah Jason, bibirnya tersenyum menyeringai sinis, "Kau pikir, siapa dirimu dan memiliki hak untuk meminta bantuan padaku?!" pungkasnya mendengkus seraya melangkah mundur sambil menarik lengan Bonnie yang terus melirik Ubba dari kejauhan. Hera yang dipakaikan jubah oleh Megan sebelum dibawa ke lapangan depan tempat tinggal para pelayan dan pengawal serta pasukan khusus, kini jubah tersebut sudah terkoyak lepas, memperlihatkan gurat-gurat luka menyeramkan pada tubuhnya yang tak lagi indah dan elok dipandang mata. "Ahhh ..." bibir Hera berseru nyaring antara pilu kesakitan dan kenikmatan ketika sebelah tangannya sendiri meremas buah dadanya dan tangan yang lain ia gunakan untuk mengobok-obok sela paha. Meskipun malam hari, lapangan tempat

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   84.

    Kilau putih dari pedang di tangan Zeze terlihat menyilaukan bagaikan petir di malam dengan penerangan cahaya bulan dan lampu temaram jauh dari resort. Shhraangg!! Suara itu sangat tajam dan melengking, membuat ngilu dan tubuh menjadi merinding Laras senapan baja prajurit yang beberapa detik lalu berdentum besar menembak Zeze dalam jarak dekat, kini terpotong sempurna, layaknya lilin bagi pedang floret. "Ackhhh ..." pekikan pilu terlontar begitu saja dari mulut para prajurit yangmana selanjutnya tubuh mereka jatuh menggelosor tak beraturan satu persatu ke atas tanah dengan leher hampir putus terbabat. Kilauan ujung pedang Zeze masih terus berlanjut, bergerak sangat cepat seperti kilatan cahaya, sudah berdiri di depan Pierre, berhadapan dengan prajurit ahli beladiri. Para prajurit ahli beladiri di depan Zeze, semuanya tegak terpaku. Mata mereka melebar begitu mengenali gadis muda yang rambutnya berantakan karena ikatannya terlepas. Zeze Salvatore! Gadis muda yang vid

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   83. Libas Saja Sayang

    Prajurit di depan Zeze yang penutup wajahnya terlepas, menolehkan pandangan ke rekan-rekannya yang langsung bereaksi mengancam Zeze, mengelilingi Pierre dengan ujung senapan siap tembak. Hanya satu gelengan kepala samar, rekan-rekan prajurit pun langsung serentak menurunkan senapan mereka. Sang prajurit menatap Zeze yang terlihat sangat kecil, muda serta rapuh di matanya, "Jessica punya misi, dia tak ada di sini. Tapi kau dipastikan mati malam ini!" ucapnya pelan, bersuara dalam dan sangat tenang namun lengan besarnya berayun cepat mencekik leher Zeze yang lambat bereaksi karena mencerna kata-kata. "Zee!" Pierre maju selangkah, namun terhenti begitu prajurit merentangkan sebelah lengan ke arah dadanya. "Tulang leher wanitamu ini akan patah jika kau berani maju selangkah lagi!" Pierre menelan ludah, menatap Zeze yang memberi kode dengan kedipan kelopak mata agar menuruti perkataan sang prajurit. Dari kejauhan telinga Zeze bisa mendengar suara kapal berlabuh di pantai, kemudian d

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   82.

    Begitu turun dari mobil, Hera di seret oleh Megan menuju lapangan tempat para anggota pasukan khusus, para pelayan dan pengawal tinggal di bagian belakang serta samping kediaman besar Salvatore. Sementara Ubba menarik tengkuk pakaian Jason yang sudah compang camping, berjalan terseok-seok, tak punya tenaga dan daya untuk memberontak sama sekali, mengikuti Megan yang lebih dulu menyeret Hera. Bonnie berjalan diam di belakang Ubba, yangmana mereka juga diikuti para pengawal yang menjaga Hera dan Jason sebelumnya di gedung serba guna. "Ada yang harus ku lakukan, kau bawa dia dulu ke lapangan sana." Ubba berkata pada Bonnie yang hanya mengangguk tanpa berkata apapun selain sudut bibirnya tersenyum tipis namun tatapan mata sangat sendu. "I love you, Bon-bon!" Ubba memberikan kecupan ke kening Bonnie yang lagi-lagi hanya mengangguk, seakan sedang menahan sesak di dalam dada. Ubba sudah berlalu, memasuki kediaman Salvatore menggunakan pintu samping, meninggalkan suasana malam menjadi sem

  • Jerat Cinta Tuan Mafia Salvatore   81. Bisikan Maut Michele

    Deru suara motor terdengar nyaring membelah jalanan malam yang masih sibuk dengan hiruk pikuk manusia mencari hiburan. Pierre membonceng Zeze di sepeda motor sportnya, tak membiarkan gadisnya itu mengendarai sendiri. Lokasi yang disinyalir sebagai resort tempat tinggal Jessica, diberitahu Luca pada Zeze terletak pada bagian atas Sorrento, tepi tebing laut dengan pemandangan sangat indah, tenang serta termasuk hunian mewah. Di Palermo, Luca masih memantau layar monitor yang ia proyeksikan di depannya. Pada atas meja, ada ponsel milik Hera yang akhirnya berhasil di retas oleh Luca. "Sayang ...belum tidur?" Michele masuk sambil membawa meja beroda yang terdapat piring camilan malam untuk Luca. "Damon tidur bersama Ayah dan Ibu, tadi sudah pompa ASI." Michele memberitahu sebelum Luca bertanya tentang bayi mereka. "Aku ingin tidur bersamamu, sudah beberapa malam kita tidak tidur bersama." tutur Michele seraya memangkas jarak dengan Luca, memberikan kecupan ke kening dan bibir suaminy

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status