Share

Jerat Cinta Tuan Vampire
Jerat Cinta Tuan Vampire
Penulis: Vanda Anastasia Adam

Bos Baru

"Eh, siapa dia?" 

"Kamu tidak tahu? Dia yang kemarin dibicarakan semua karyawan di kantor. Katanya dia yang akan menggantikan Pak Willy." 

"Hah? Rambut putih begitu akan jadi bos kita? Astaga … aku pikir kantor kita sedang kedatangan oppa Korea!" kekeh Suci.

"Mulut kamu Suci … kalau bos baru kita dengar, abis kamu!" 

Suci hanya tertawa geli di samping rekan kerjanya Olivia. Pria dengan rambut yang dicat putih dengan kulit tubuh pucat berjalan lewat di depan mereka berdua.

"Dia orang mana memangnya? Itu rambutnya asli, atau dia sengaja mengecatnya begitu biar jadi pusat perhatian semua karyawan disini?" cerocos Suci masih asik meledek bos barunya.

"Astaga Suci, berhenti bicara begitu!" bisik Olivia. "Itu bos baru kita lagi perhatikan kamu dari tadi!" tunjuknya dengan matanya.

"Eh, iya … sorry."

Suci langsung diam mendapati tatapan tajam dari manik mata biru di depannya, jarak mereka hanya beberapa meter saja. Dari tempat Suci berdiri, sudah bisa terlihat bagaimana kulit putih pucat namun bersih bos barunya itu.

Entah kenapa suasana langsung berubah dingin saat pria yang sempat menatapnya tadi berjalan masuk ke dalam lift.

Semua pandangan mata tidak lepas memandang pria yang mungkin berumur sekitar tiga puluh lima tahun itu, sampai pintu lift tertutup.

"Astaga … aku pikir dia akan memarahimu karena bicara yang tidak-tidak tentangnya tadi."

"Dia tidak akan berani bersikap seperti itu. Dia masih baru, mana mungkin dia menunjukkan sikap arogannya di hari pertama dia bekerja!"

Olivia berdecak. "Harusnya kamu bersyukur dia tidak memarahimu tadi, aku yakin kalau dia dengar apa yang kamu katakan tentangnya!" 

Dua rekan kerja itu pun melangkah masuk ke dalam ruang kerja mereka. Bekerja di bagian keuangan, membuat Suci dan Olivia harus ekstra mengeluarkan tenaga dan pikiran.

Terkadang mereka harus rela lembur seperti malam ini. Suci dan Olivia baru saja keluar dari pintu utama perusahaan saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Suci, aku pergi dulu. Maaf tidak bisa mengantarmu pulang…."

"Iya tidak masalah, Liv. Aku bisa pulang sendiri, kalian berhati-hatilah." 

Olivia pulang bersama kekasihnya Joseph menaiki sepeda motor, biasanya kalau mereka harus lembur seperti ini Suci akan ikut naik berbonceng tiga bersama pasangan itu.

Tapi malam ini Joseph harus mengantarkan Olivia pulang lebih cepat karena ibunya sedang dirawat di rumah sakit. Mereka akan langsung singgah di sana. 

Suci tidak enak jika mereka harus mengantarkannya dulu dan balik lagi ke rumah sakit. Tak apalah, dia bisa naik taksi atau bus terakhir yang mungkin masih beroperasi pikirnya.

Jarak dari perusahaan menuju jalan raya cukup jauh, Suci memilih melewati sebuah lorong yang sedikit gelap dan sunyi agar bisa lebih cepat sampai di jalan utama.

Astaga, kenapa tidak ada lampu disini? Mana lorong ini juga sepi sekali. Suci mendadak merinding berjalan sendirian melewati jalan ini.

Langkah kaki Suci terhenti saat dia merasakan ada yang tengah mengikutinya dari belakang. 

Berbalik dan mendapati tidak ada siapa-siapa disana, wanita itu seketika mulai merasa takut.

Tiba-tiba seorang berbadan tegap dengan pakaian serba hitam dan jubah panjangnya, berdiri menjulang di depan Suci. Dia sontak terkejut, dan refleks mundur beberapa langkah ke belakang.

"Siapa kamu?!" 

Wajah orang asing itu tidak terlihat, hanya dua buah cahaya kecil berwarna merah sedang mengarah padanya.

Apa itu matanya? Kenapa bisa berwarna merah begitu? Apa jangan-jangan dia hantu? Sial! Kenapa juga aku harus bertemu dengan makhluk aneh ini, keluh Suci dalam hati.

Sosok berpakaian serba hitam itu mulai maju mendekati Suci. Hanya dalam sepersekian detik saja, sosok itu sudah berdiri di depannya, membuat Suci terlonjak kaget.

Oh tidak, dia benar-benar hantu. Suci mundur dan berbalik berlari kembali menuju perusahaan tempatnya bekerja. Dia harus mencari petugas keamanan yang pasti sedang bertugas malam ini untuk mencari pertolongan. 

Baru tiga langkah berlari, sosok asing itu sudah berdiri lagi di depannya menghalangi jalan. "Ka-kamu, siapa!" teriak Suci makin ketakutan.

Suci membola melihat sosok asing di depannya memiliki warna mata merah menyala seperti api, dengan setitik warna hitam disana.

Sosok itu kembali mendekati Suci dalam jarak yang lebih dekat lagi. Dia tidak bisa menggerakkan kakinya saat sosok berjubah hitam itu mengangkat tangannya, menyibakkan rambut Suci kebelakang dan mengendus leher jenjangnya.

Apa yang mau dia lakukan? Apa dia mau membunuhku? Kenapa aku tidak bisa bergerak sama sekali?

Suci tersentak melihat sosok asing itu membuka mulutnya, menunjukkan dua buah benda berbentuk runcing dari dalam sana. Apa itu? Apa itu giginya?

Suci larut dalam pikiran dan rasa takutnya sendiri hingga terkejut saat sosok asing itu terlempar jauh ke belakang, seperti telah ditendang oleh seseorang.

"Ayo cepat pergi dari sini!" Suci merasakan tangannya sedang di genggam oleh seseorang dan mengajaknya berlari.

Bukan, bukan berlari. Lebih tepatnya melayang. Dua kakinya tidak lagi menapak tanah, tapi mereka masih berlari seperti biasa.

Suci mendongak ingin melihat siapa yang sedang bersamanya saat ini, begitu terkejutnya dia mendapati seorang pria yang sempat dia ledek tadi pagi sedang berdiri di sampingnya, menggenggam tangannya kuat dan tengah membawanya entah kemana.

"Ka-kamu…," ujar Suci terbata.

"Jangan lepaskan tanganmu jika Kamu mau selamat!" sahut Rey.

"A-apa yang sedang terjadi? Kenapa kita melayang begini, Pak?" 

"Tenang saja dan jangan banyak bicara!" Suara baritonnya menggema di telinga Suci. Ternyata selain punya wajah yang dingin, pria ini punya suara yang seksi juga, pikir Suci.

Genggaman tangan atasannya terasa sangat dingin dan basah, bahkan saat kulit tubuh mereka tidak sengaja bersentuhan. Suci bisa merasakan kalau tubuh Rey sangat dingin seperti es.

Sosok asing yang tadi sempat terlempar jauh, kembali menghadang Suci dan Rey, menahan langkah kaki keduanya. Mata sosok itu sudah berubah warna menjadi merah tua.

Apa yang terjadi pada matanya? Kenapa warnanya bisa berubah-ubah begitu? Suci meremas tangan Rey, sedikit mundur berlindung di balik tubuh atasannya. Dia takut jika sosok itu kembali mendekatinya seperti tadi. 

Mengerti dengan arti remasan tangan Suci padanya, Rey menatap manik mata coklat tua wanita itu dalam. "Tenanglah dan tunggu aku disini!"

Pria yang sempat Suci ledek dengan rambut putih bak oppa-oppa Korea itu, maju menyerang sosok asing berpakaian serba hitam di depan mereka. 

Seperti sedang menonton film action bertema fantasi, dua orang itu sedang melayang-layang di atas udara, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan sangat cepat.

Suci sampai pusing melihat betapa cepatnya mereka bergerak saling menyerang satu sama lain. 

Suci merasa kalau dia sedang bermimpi sekarang. Melihat atasannya dan sosok asing itu berkelahi sampai melayang begitu, dia yakin kalau dia pasti sedang berada di dunia mimpinya. 

Mana mungkin seorang manusia bisa melayang kesana kemari dengan sangat cepat? Ini gila! Apa mungkin aku bisa melihat hantu sekarang?

Pikiran-pikiran aneh itu terus berputar di kepala Suci, hingga terdengar bunyi dentuman cukup keras di dekatnya.

Brukkk….

Rey jatuh menyambar dinding dan tersungkur di tanah. 

Tanah dan bangunan itu ikut retak saat Rey berdiri sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. 

Suci berlari mendekati Rey yang terlihat baik-baik saja padahal sudah jatuh setinggi itu dari atas sana.

"Bapak baik-baik saja?" tanyanya khawatir. 

"Menyingkir dari sini, aku tidak apa-apa!" sahutnya dingin kembali maju menyerang sosok asing tadi di depan mereka.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
DigaMawarti
baru baca bab 1 moga aja bagus
goodnovel comment avatar
Rangga Dewi
kog ikutan deg deg an ya bacanya
goodnovel comment avatar
nrmeraaa
Apa suci nantinya jadi mate si ray ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status