Share

Chapter 2

"Uh—uuhh ...."

Wanita cantik itu melenguh nikmat. Tubuhnya menggelinjang hebat tatkala disentuh seductive setiap area sensitifnya oleh pria yan kini tengah mengukung tubuhnya dari atas.

Menjejaki setiap inci kulit tubuh putih nan mulus itu menggunakan bibirnya yang merah seksi. Mengecup menghisap hingga meninggalkan bekas kemerahan di sana.

"Sebut namaku." Suara bariton itu menginterupsi berbisik tepat di depan telinga Leoni yang memerah. Menjilat pelan serta meniupnya lembut memberikan sensasi panas di sana.

Leoni memejam, bibirnya menggigit bibir bagian bawah. Kakinya menjepit tangan pria yang kini tengah leluasa mengeksplor inti tubuhnya di bawah sana. Menggerakan jemarinya naik turun membuat si pemilik menggelinjang kenikmatan.

"Si—siapa namamu, uh?" tanya Leoni diiringi lenguhan.

"Xander , My baby."

"Hah— Xander, uh."

Dada Leoni membusung tatkala benda keras dan besar menerobos masuk ke dalam lubang kenikmatannya. Rasa sakit pedih pun perih ia rasakan pada area sensitif miliknya. Benar-benar sakit seperti yang selalu ia bayangkan sebelumnya.

Bibirnya menganga kecil diserta napas yang terengah-engah. Perlahan Leoni buka matanya yang memerah penuh dengan air mata pun kontan luruh membasahi samping wajahnya. Maniknya menatap sayu pada sorot mata pria yang teduh memandang di atasnya.

"Are you oke?" tanya Xander memastikan. Melihat wanitanya yang menangis di bawah tubuhnya membuat ia menahan gerakannya.

Mengangguk pelan Leoni membalas, "Ya, aku baik-baik saja."

Keduanya saling melumat bibir satu sama lain kala Xander menyambar terlebih dulu bibir sintal seksi pun manis milik Leoni.

Setelah dirasa Leoni sudah cukup tenang, ia mulai menggerakan pinggulnya naik turun perlahan. Membuat gerakan lembut dan membuatnya senyaman mungkin untuk wanita yang baru pertama kali melakukan kenikmatan itu.

Jemari lentik itu mencengkram kuat pada bahu kekar milik pria di atasnya. Dadanya membusung setiap kali pria itu menyodokan benda panas ke dalam gua pertahanan miliknya.

Rasanya pedih terbalut kenikmatan. Gelenyar-gelenyar aneh yang dihasilkan dari penyatuan itu membut darahnya seolah mendidih.

Basah pun sangat nikmat. Setiap hentakan yang Xander berikan semakin lama semakin mendalam. Kuat-kuat hingga menimbulkan bunyi saat dua kulit manusia itu saling beradu. Menggetarkan tubuh Leoni di bawah kukungannya hingga dada wanita itu turut bergetar naik turun.

"Oh ah, Xan—xander pelaha—”

Tak sempat Leoni mengatakan kalimatnya dengan lengkap, Xander kembali menyambar bibir sintal itu untuk ia lumat pun hisap dalam-dalam. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulut Leoni pun saling bertaut beradu di dalam sana.

Kenikmatan terus menghujam bagian inti tubuhnya. Menggelinjang parah. Leoni lingkarkan kedua kakinya pada pinggul Xander yang masih gencar bergerak aktif naik turun.

Keringat saling bercucuran serta suara deru napas yang saling beradu senantiasa menjadi backsound malam panas keduanya di atas ranjang. Bibir yang saling bertaut terlepas sebab Xander beralih menghisap puncak dada yang membusung ke atas. Memainkan lidahnya di area sensitif yang lain.

Rambut hitam legam pria itu dicengkram erat oleh Leoni yang semakin tak karuan. Tubuhnya yang basah oleh keringat serta gemetar hebat bergerak dan tentu arah di bawah naungan badan besar dan kekar milik Xander. Pinggulnya sesekali ia angkat ke atas ketika Xander menghujamnya begitu dalam.

Leoni membuka matanya yang sedari tadi terus memejam. Menatap Xander yang juga tengah menatapnya sayu redup padanya. Wajah tampan yang memerah disertai keringat bercucuran membasahi dahi serta rambutnya yang jatuh membuat pesona kuat dari pia itu semakin terpancar. Bahu kokoh berotor serta dada bidang pun garis perutnya yang cantik bergerak begitu berirama di atasnya. Sungguhlah amat seksi mahkluk ciptaan tuhan yang satu ini. Menggoda pun begitu gila.

Xander menarik sudut bibirnya ke atas saat ia sadari Leoni tengah menyelidik setiap inci bagian tubuhnya. Lantas dengan sengaja, ia menggerakan pinggulnya semakin cepat pun dalam.

"Xan—xander hentikan, tolong a—aku, aah—”

Pinggulnya bergerak naik turun lebih cepat dari sebelumnya. Semakin lenguhan Leoni terdengar, semakin terbakar pula gelora gairah milik pria itu. Ia semakin ingin memasukan miliknya yang keras pun panas ke dalam milik wanita itu, memasukannya sedalam mungkin secara brutal.

"HAH XANDER, UH!"

Bibir seksinya semain menganga lebar pun meracau tidak karuan. Semakin pula Xander hentakan miliknya dalam-dalam.

Pria itu menarik tubuhnya memberikan jarak antara dirinya dengan Leoni. Menatap sayu redup wanita yang sudah kacau di bawah tubuhnya. Sudut bibirnya terangkat ketika netranya menangkap gerakan dada padat itu naik turun.

"You are so sexy and seductive, Leoni." Ia memuji disela-sela lenguhan serta deru napasnya yang sudah tak beratuan.

Kembali hentakannya dipercepat membuat Leoni semakin kacau tak karuan. Brutal pria itu menggerakan pinggangnya naik turun memporak-porandakan bagian sensitif di bawah sana. Panas semakin meningkat suhu tubuhnya merasakan ledakan yang hampir mencapai puncaknya. Ia tarik tubuh Leoni ke dalam dekapan, menghisap bibir yang tak henti meracau itu sebelum ia tarik batang panasnya keluar.

"AAARGG HAAH!"

"XANDER UGHHH!"

Keduanya mendesah melenguh bersamaan.

Tersembur kontan memuntahkan cairan putih kental nan panas di atas perut rata Leoni. Mengejang tubuh keduanya merasakan sensasi yang sangat panas bergairah.

Tubuh Leoni lemah jatuh kembali Xander baringkan ke atas ranjang. Ia raih tissue di atas nakas lalu membersihkan cairan miliknya di atas perut Leoni hingga bersih. Lalu setelahnya, ia membaringkan tubuh di samping tubuh lunglai Leoni.

Gila sungguhlah gila. Ini pengalaman pertama Leoni melepaskan mahkota berharga yang ia relakan dinikmati oleh gigolo yang dirinya sewa. Panas pun menggairahkan, membuat sesak dan nikmat.

Tubuhnya meringkuk di balik selimut yang Xander pasangkan untuk menutup tubuhnya yang polos. Berbaring dengan posisi membelakangi pria itu. Sebuah tangan kekar tiba-tiba menelusup ke dalam selimut lalu melingkar pada prut rampingnya. Bahunya di kecup lembut nan hangat oleh Xander di belakang tubuhnya.

"Kenapa diam? Apa kau menyesal?" Pria ini bertanya dengan bibirnya yang terus mengecup pundak Leoni kemudian naik pada leher jenjangnya.

Leoni membalikkan posisinya menghadap ke arah Xander. Menilik wajah tampan itu lalu tersenyum simpul. "Tak akan kusesali apa yang terjadi malam ini," sahut Leoni serak.

Xander mendekatkan wajahnya, melumat halus pun kilat bibir Leoni pun kembali ia tatap wajah cantik yang memerah. "Apa kau merasa puas?"

"Ya," balas Leoni singkat. Jemari lentiknya turun untuk meraba otot kekar di balik selimut milik Xander. Dirinya tersenyum. "Aku suka tubuhmu."

Jujur saja jantungnya berdegup kencang tudak karuan seperti akan copot di dalam sana. Leoni tidak pernah berhadapan dengan pria sedekat ini sebelumnya terlebih lagi dalam kondisi telanjang bulat. Memikirkan lenguhannya yang brutal beberapa menit tadi membuat wajahnya memerah panas.

"Kau ingin servis tambahan?" bisik Xander tepat di depan telinganya.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status