Home / Romansa / Jerat Hasrat Berondong Kesayangan / Perempuan berbaju merah~

Share

Perempuan berbaju merah~

Author: Na_Vya
last update Last Updated: 2025-07-18 16:06:35

Setelah seharian berada di rumah Dika, Glenn tidak langsung kembali ke rumahnya lebih dulu. Melainkan langsung pergi ke kelab bersama temannya itu. Keduanya menunggangi motornya masing-masing, melaju dengan kecepatan sedang di jalanan yang cukup ramai.

Berkat pekerjaan tersembunyinya itu pula, Glenn bisa membeli motor impiannya meski dengan cara dicicil perbulan. Hanya lulusan SMA, mana mungkin dia bisa mendapatkan gaji setara dengan gaji UMR, jika tidak melayani para pelanggannya yang mencari kesenangan.

Setibanya di kelab yang beroperasi hampir setiap hari itu, Glenn dan Dika langsung masuk ke dalam. Mereka lebih dulu duduk di tempat biasa sambil menunggu Mami Kumala datang. Keadaan di kelab masih agak sepi karena masih di bawah jam-jam malam.

"Bikinin gue minuman dong," pinta Glenn, pada bartender yang biasa meracik minuman di kelab tersebut. Azka namanya. Glenn menduduki kursi berkaki tinggi lalu mengeluarkan ponselnya.

"Gue juga, dong." Dika ikut meminta dibuatkan minuman.

"Oke!" Azka mengacungkan jempol dan lekas meracik minuman favorit Glenn. "Tumbenan udah dateng jam segini? Janjian sama orang?" tanya Azka sambil mengisi gelas dengan es batu kristal.

"Disuruh Mami ke sini. Ya, gue nurut aja," jawab Glenn, sambil melirik meja yang letaknya tak jauh dari tempatnya duduk.

"Orangnya aja belum dateng." Azka menuangkan minuman hasil racikannya ke dalam gelas yang sudah diisi es batu.

Dika mengamati gelas di hadapannya yang sedang diisi Azka. Tiba-tiba dia ingin bertanya sesuatu. "Bang, gue sama Glenn 'kan belum lama, nih, gabung di kelab ini. Sementara Abang 'kan kayaknya udah lama kerja di sini. Dari dulu Mami Kumala emang bisnis beginian, ya? Dan yang bikin gue heran, selama ini kayaknya aman-aman aja. Tapi, ya ... amit-amit, deh. Jangan sampe ada kejadian aneh-aneh." Dika mengetuk-ngetuk meja bar berulang-ulang.

Azka menyodorkan minuman ke depan Glenn dan Dika. Sebagai orang yang sudah lama ikut bergabung di kelab ini, Azka merasa harus menjaga privasi Mami Kumala, yang tak sedikit banyak dia tahu seluk beluknya.

"Intinya, kalian nurut aja sama Mami. Dijamin bakalan makmur hidup kalian. Dan, semua itu juga balik lagi ke diri kita masing-masing. Mami Kumala juga baik, kok, orangnya. Dia gak pernah maksa anak asuhnya untuk kerja beginian. Yang ada, merekalah yang menyodorkan diri. Mami cuma perantara. Enaknya lagi, kalian juga gak terikat kontrak apa pun. Karena kerjaan kayak gini, tuh, aslinya memang pilihan dari kita sendiri. Ya, gak?" Azka tersenyum pada kedua anak muda di hadapannya itu. Dia jadi mengingat Raffa dan Vano.

Glenn menyimak sambil menikmati minumannya yang sangat enak meski tak memabukkan. Perkataan Azka ada benarnya. Setiap apa yang ingin dilakukan oleh seseorang, itu semua berawal dari sebuah pilihan. Dan, di saat Glenn memutuskan untuk mengambil pilihan tersebut, dia telah memikirkan risiko-risiko yang bisa saja terjadi. Sebagai contoh; tak jarang para pekerja prostitusi selalu terjaring razia di hotel-hotel atau tempat penginapan.

Akan tetapi, Mami Kumala dulu sempat berjanji jika dia akan menjamin semuanya tanpa terkecuali. Pun termasuk identitas asli para pekerjanya yang sebagian para anak-anak muda dengan berbagai macam masalah hidup. Terbukti, sampai saat ini. Dua tahun Glenn berkecimpung di dunia malam nan kelam, dan masih aman-aman saja.

"Dengar-dengar alumni sini banyak yang jadi orang bener, ya, Bang?" Dika berceletuk lalu terkekeh dengan omongannya sendiri. "Berasa kayak sekolah aja. Ya, gak, sih? Alumni. Alumni kelab Mami Kumala."

Glenn ikut tertawa, dan diam-diam melirik sosok yang berada di meja sebrang yang selalu menarik perhatiannya beberapa hari ini. "Gue pernah ketemu sama ... Bang Raffa. Mami juga pernah cerita sedikit, sih. Katanya Bang Raffa itu dulu bintangnya di kelab ini. Paling laris dia, Dik. Sebulan bisa ngehasilin lima digit lebih."

"Berarti orangnya ganteng banget, dong. Sama etitude ke pelanggan mungkin oke. Jadi banyak yang pengen makek jasanya. Bener, gak, Bang?" Dika menyesap gelas minumannya.

Azka tersenyum apabila mengingat Raffa.

"Bener. Raffa emang dulu sempet jadi tambang emasnya Mami. Paling laris dia. Hidupnya juga aslinya udah terjamin dari kecil. Terus malah kecantol sama si Belinda. Istri orang. Sekarang mereka udah nikah dan punya anak. Raffa sekarang nerusin bisnis bokapnya. Tajir itu aslinya."

"Oh, jadi nikah sama pelanggannya sendiri?" tanya Glenn.

"Hmm. Beda umurnya juga jauh banget," kata Azka.

"Cakep, gak?" Dika penasaran.

Azka mengacungkan jempolnya. "Banget. Dan beruntungnya lagi, si Raffa yang merawanin Belinda," cicit Azka.

Dika dan Glenn sontak memekik serentak. "Serius?"

Azka mengangguk.

"Menang jackpot, dong, ya?" celetuk Dika.

"Bener!" Glenn menimpali.

"Tapi, kalo kalian denger kisahnya mereka pasti bakalan lebih terharu. Entar kapan-kapan gue ceritain," ujar Azka.

"Iya, Bang. Kapan-kapan ceritain, ya?" kata Glenn yang sebenarnya masih penasaran dengan kisah Raffa. Namun, untuk saat ini ada sesuatu yang lebih menarik untuk dibahas. Glenn melirik lagi pada sosok perempuan anggun yang sedang duduk sendiri di meja paling ujung. "Bang, gue perhatiin, tuh, perempuan sering dateng ke sini sendirian?"

Dika dan Azka seketika mengikuti arah pandang Glenn.

"Yang mana?" tanya Dika, masih belum menemukan sosok perempuan yang dibicarakan Glenn.

***

bersambung....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Ketemu calon mantu~

    Di rumah Glenn~Bu Daniar dan putri bungsunya sedang menyantap makan malam dalam suasana hati yang dilanda sedih. Kini dan esok hari hanya mereka berdua yang mengisi meja makan ini, dan mungkin untuk beberapa Minggu ke depan. Tak pernah rumah sesepi ini, kendati Glenn sering pulang larut malam karena bekerja sampingan. Rumah akan kembali ramai kalau Glenn pulang, dan akan makan bersama di pagi harinya. Meski anak lelakinya itu hanya bekerja di luar kota, dan berjanji akan mengusahakan untuk pulang setiap sebulan sekali. Hati Bu Daniar tetap tidak rela ditinggal jauh-jauh oleh Glenn. Untuk pertama kalinya beliau berjauhan dengan jarak yang cukup jauh, karena itu rasanya belum sanggup. 'Glenn akan usahakan pulang sebulan sekali, Bu. Kalau gak bisa sebulan ya, dua bulan sekali.' Itu yang dikatakan oleh Glenn saat di dalam taksi sepulang dari rumah sakit. Bu Daniar mengusap cairan bening yang menetes di pipi dengan tisu. Selera makannya lenyap. Pikirannya terus saja tertuju pada putra

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Apartemen calon istri~

    Suasana di ruangan mendadak panas. Padahal keduanya hanya saling melempar pujian. Bukan pertama kalinya Misya dipuji cantik oleh seorang pria. Dulu, mantan pacarnya yang penipu itu seringkali memujinya apabila ada maunya. Ujung-ujungnya meminjam uang dengan alasan untuk modal usaha. Mengingat itu, sepasang alis Misya naik perlahan. Kecurigaan jika Glenn pun akan melakukan hal yang sama tahu-tahu timbul di pikirannya. 'Muji-muji cantik. Nanti ujung-ujungnya mau minjem duit. Semua cowok sama aja. Gak ada yang bisa dipercaya.' Benak Misya sibuk menduga-duga sikap Glenn yang barusan memujinya. Bahkan tak sadar jika dia sedang diperhatikan oleh pemuda itu. Merasa ada yang janggal, Glenn segera menyadarkan Misya dari lamunannya. "Misya? Misya?" panggilnya seraya melambaikan tangan di hadapan muka Misya yang datar. Misya terhenyak sejenak, mengerjap, lalu buru-buru menyeruput air es dari gelasnya. Bisa-bisanya dia punya pikiran buruk pada Glenn yang jelas-jelas mau bekerja sama memb

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Saling memuji~

    Beberapa menit kemudian~ Mungkin Misya sedang tidak sadar jika saat ini dia sedang menggandeng tangan Glenn, dan menuntunnya masuk ke ruangannya. Entah atas dasar apa perempuan dua puluh delapan tahun itu mendadak menjadi posesif. Sementara Glenn senyum-senyum sendiri dengan sikap posesif calon istrinya ini. Bukannya dia tidak tahu, jika di luar tadi dia menjadi bahan perbincangan para betina. Karena itu, Glenn sengaja menggoda Misya. "Cieee... kalo kayak gini Misya keliatan kayak calon istri yang lagi cemburu." Cekalan tangan Misya buru-buru dilepas karena perkataan Glenn barusan. Dia berbalik, dan memicing ke arah Glenn. "Jangan ge-er, ya! Misya tuh cuma gak pengen ada keributan di toko ini gara-gara kamu," sahutnya, menampik. "Masa, sih?" Glenn menahan senyum. Lalu mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kerja Misya yang wanginya sudah mirip roti sungguhan. Aroma macam-macam kue mendominasi ruangan minimalis itu. Rapi sekaligus bersih. 'Lagian siapa suruh sih ke sini dengan

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Dukungan Mami~

    Beberapa jam sebelum tiba di toko~ Dari rumah, Glenn menumpangi taksi online menuju ke sebuah tempat terlebih dahulu sebelum dia menemui Misya di tempat yang sudah mereka sepakati. Untuk sandiwara yang dia jalani, Glenn memang harus semaksimal mungkin supaya tidak menimbulkan kecurigaan pihak-pihak lain, yang akan terkait dalam drama pernikahan kontrak ini. Professional menjadi pegangan Glenn ketika dia sudah berurusan dengan para pelanggannya. Dan Misya adalah termasuk pelanggan VIP bagi Glenn. Pemuda itu tidak bisa sembarangan. Dia harus lebih teliti dan hati-hati. Karena itu, Glenn yang dibantu Mami Kumala sengaja menyewa sebuah apartemen mewah yang berada di kawasan elit. Kata mami—apartemen tersebut sebagai penunjang Glenn yang mengaku sebagai model. Tak hanya apartemen. Mami Kumala juga meminjamkan salah satu koleksi mobilnya kepada Glenn. 'Pakek aja mobil mami. Kamu harus keliatan kayak orang kaya beneran, Glenn. Biar papinya Misya gak curiga. Mami juga udah sewain

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Bisik-bisik para betina~

    Isi rumah sederhana milik Bu Daniar kini bisa dibilang sangat lengkap. Semua barang-barang yang dibeli oleh Glenn kemarin sangat berguna bagi sang ibu. Sekarang, pemuda itu bisa merasa tenang meninggalkan rumah tersebut. Rencananya, dia akan pergi siang ini menemui Misya di suatu tempat. Lalu malamnya, Misya hendak mengajaknya menemui papinya. Glenn sungguh sangat gugup meski semua yang mereka lakukan hanyalah sebuah sandiwara. Di kamar berukuran sederhana itu Glenn terlihat sedang mengemasi barang-barangnya. Memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper. Sebenarnya, Misya melarangnya agar tidak membawa apa-apa karena dia yang akan membelikannya ketika sudah tinggal serumah. Namun, Glenn tetap memaksa. Dia tetap membawa barang-barangnya agar sang ibu tidak curiga. Akan terlihat aneh jika dia tidak membawa apa pun sementara yang ibunya tahu kalau Glenn hendak pergi ke luar kota. Semuanya sudah beres. Glenn keluar dari kamar sambil menyeret gagang koper berukuran sedang. "Bu..." pan

  • Jerat Hasrat Berondong Kesayangan    Izin ke ibu#1

    Setelah malam itu, Misya dan Glenn memutuskan untuk bekerja sama. Keduanya sepakat akan menikah secara kontrak selama dua tahun. Namun, sebelum Misya memperkenalkan Glenn pada papinya, dia membiarkan calon suami bayarannya itu membereskan masalah di rumah. Hari ini, Glenn yang sudah mantap menerima tawaran Misya, hendak bicara pada sang ibu. Kemungkinan besar dia pun akan kembali membuat kebohongan, sebab tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya. Glenn tidak mungkin mengaku pada sang ibu jika dia mendapat tawaran sebagai suami bayaran dari seorang perempuan kaya. Bisa-bisa ibunya tidak akan setuju. Oleh sebab itu, Glenn terpaksa mengarang cerita supaya sang ibu memberinya restu. Kebetulan hari ini adalah jadwal Bu Daniar cuci darah, dan seperti biasa Glenn yang mengantar dan menemani di rumah sakit hingga selesai. Proses cuci darah memakan waktu cukup lama. Tiga jam yang dibutuhkan untuk sekali sesi, karena bu Daniar tergolong pasien pengidap gagal ginjal kronis. Bu Dania

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status