공유

Bertemu Lagi

작가: Baby Yangfa
last update 최신 업데이트: 2024-03-04 08:18:42

"Sial, aku terlambat!"

Valeria berlari kecil menuju kantornya dengan nafas tersengal. Akibat kejadian semalam, kini ia harus terlambat datang bekerja karena persiapannya yang kurang. Ia baru bekerja beberapa hari, namun kini ia datang terlambat. Gawat! Gawat sekali!

Valeria ingin sekali berlari lebih kencang, namun area pahanya yang masih terasa sakit membuat langkahnya sedikit sulit. Jika saja area itu baik-baik saja, ia dapat berlari dengan kencang tanpa masalah.

Valeria begitu terburu-buru hingga saat sampai di depan pintu perusahaan, kakinya tergelincir ke arah depan lalu bruuuk...

Tubuh mungilnya menimpa tubuh atletis seorang pria. Valeria mengerjap beberapa kali saat melihat pria yang berada di hadapannya. Dada bidang ini... Wajah tampan rupawan ini... Bukankah pria ini adalah pria yang menghabiskan waktu dengannya semalam?

Semua orang di sana terlihat terperangah melihat pemandangan itu. Begitu pula Erik yang berada di sampingnya, ia sangat terkejut melihat kesialan yang menimpa pegawai baru ini. Baru satu minggu bekerja di sini ia malah menabrak atasan garang mereka saat terlambat datang.

"Bisa kamu menyingkir dari tubuh saya?"

"Ah maaf."

Valeria yang mendengar nada dingin itu segera menyadarkan dirinya lalu bangkit. Ia begitu terkejut dengan pertemuan mereka hingga tidak sadar hanya terdiam di atas tubuh pria itu. Valeria melirik diam-diam melihat pria yang sedang membersihkan debu-debu halus di kemejanya. Apa pria ini sama sekali tidak mengingat dirinya?

"Anda baik-baik saja, Pak Revan?" Tanya Erik dengan nada cemas. Erik lalu mengalihkan pandangannya ke arah Valeria yang hanya tertegun, "Beliau adalah presdir di perusahaan kita, dimana mata kamu sebenarnya sampai menabrak Beliau? Bagaimana jika Beliau sampai terluka?"

Mata Valeria sontak terbelalak lebar mendengar ucapan Erik. Jadi pria ini adalah atasan di kantornya? Bagaimana mungkin? Menghabiskan malam bersama dengan pria asing saja sudah cukup mengejutkan, apalagi mengetahui fakta bahwa pria itu adalah atasannya sendiri. Apa kehidupannya selalu sial seperti ini?

"Dia atasan di sini? Astaga." gumam Valeria kecil.

Nyatanya gumaman kecil Valeria terdengar oleh Revan, Revan terlihat menatap tajam ke arah Valeria lalu bertanya, "Apa ada yang salah karena saya menjadi atasan di sini?"

"Ti-tidak Pak," balas Valeria dengan tergeragap.

"Bagaimana sebenarnya kau melatih pegawai kita, Erik? Apa dia bekerja tapi tidak tahu siapa yang menggajinya?" tuduh Revan tajam.

Erik terlihat menunduk kecil, "Maafkan saya, dia baru beberapa hari di sini jadi sepertinya belum terlalu mengenal keadaan seluruh kantor," Erik menatap Valeria kembali, "Bukankah sewaktu wawancara saya sudah mengatakan segalanya tentang perusahaan ini? Bagaimana kamu bisa lupa?"

Valeria merutuk dirinya sendiri di dalam hati. Ketika wawancara itu ia sama sekali tidak memerhatikan dengan fokus wawancaranya karena sedang bertengkar dengan Rionandra. Valeria menundukkan wajah berkali-kali dengan gemetar ketakutan, "Maafkan saya, Pak. Sungguh maafkan saya."

Tatapan intimidasi dari Revan sontak membuat wajah Valeria semakin menunduk. Sebenarnya ia sudah mendengar rumor beberapa kali bahwa atasannya ini merupakan pribadi yang tegas dan disiplin. Jika melihat suatu kelalaian yang dilakukan oleh pegawainya, Revan tidak segan-segan memberikan hukuman yang berat. Tamat sudah riwayatnya kali ini, sudah terlambat kini ia menabrak atasan pula.

"Siapa namamu?"

"Valeria. Valeria Anderson."

"Ikut ke ruangan saya Nona Valeria Anderson."

Valeria hanya bisa menelan ludah mendengar perkataan Revan yang terakhir, dengan langkah lunglai ia mengikuti langkah Revan dan Erik ke dalam ruangan Revan. Valeria masih menunduk takut-takut, Revan pasti sudah menandai dirinya sebagai pegawai yang teramat buruk di sini.

"Apa kamu tahu ini jam berapa, Nona Valeria Anderson?"

Valeria mengangkat wajahnya, "Jam delapan lewat tiga puluh menit."

"Sedangkan jam masuk kerja kita?"

"Jam delapan tepat, Pak." jawab Valeria semakin takut.

"Jadi selain tidak mengenal saya, apa lagi kesalahan kamu?"

Valeria segera menegakkan tubuhnya, "Siap saya salah karena datang terlambat."

"Jadi kenapa kamu datang terlambat hari ini?" Tanya Revan kembali dengan dingin.

Valeria berdecak, rasanya ingin sekali ia menjawab bahwa itu gara-gara pria itu sendiri, namun melihat Revan sama sekali tidak mengingat kejadian semalam, mana mungkin ia berani melakukan itu?

"Nona Valeria? Kamu mendengar saya?" Ulang Revan kembali.

"Maafkan saya Pak, saya bangun kesiangan," balas Valeria dengan lemah.

"Jadi, hanya itu alasan yang kamu pikirkan?"

"Saya minta maaf, Pak."

"Kamu dipecat."

Perkataan Revan yang terakhir sontak membuat mata Valeria membulat. Ia dipecat? Ia dipecat ketika baru beberapa hari bekerja di sini? Ia bekerja di sini karena ingin hidup mandiri tanpa bayang-bayang keluarganya yang selalu membanggakan Lucia, adik tirinya. Apa yang terjadi jika ia dipecat begitu saja? Bagaimana dengan cicilan sewa flatnya yang sudah menunggu di depan nanti?

"Tapi Pak–"

"Saya tidak membutuhkan karyawan yang tidak disiplin seperti kamu, kamu dipecat."

"Saya mohon Pak, jangan pecat saya," ucap Valeria sambil merapatkan tangannya di depan dada. Sungguh, ia tidak ingin dipecat seperti ini, ayahnya pasti akan merendahkannya lagi jika mengetahuinya.

"Saya tidak ingin mendengarkan apapun lagi. Kamu dipecat, jadi keluar dari ruangan saya."

"Tolong Pak!"

"Keluar Nona Valeria!"

Melihat Revan yang berkeras hati, Valeria segera menjatuhkan dirinya di hadapan pria itu. Sungguh ia lebih baik mati daripada harus kembali bergantung pada keluarga yang tidak mengharapkannya. Perusahaan ini adalah satu-satunya jalan yang ia pikirkan untuk terlepas dari sang ayah.

"Apa yang kamu lakukan? Bangun!"

"Saya akan melakukan apapun agar Bapak tidak memecat saya hari ini. Tolong buka hati nurani Bapak, saya pastikan ini tidak akan terjadi lagi."

Revan terlihat mengerutkan keningnya, sebenarnya ia paling malas mendengarkan alasan orang yang tidak disiplin seperti Valeria. Baginya kedisiplinan dan tanggung jawab adalah nomor satu. Namun, melihat pandangan Valeria yang begitu sungguh-sungguh membuat Revan merasa tersentuh.

"Tolong Pak, jangan pecat saya." Sekali lagi Valeria merintih, memohon sebuah permohonan.

"Kamu benar-benar akan melakukan apapun agar saya tidak memecat kamu?"

"Ya Pak, apapun. Saya akan melakukan apapun yang Bapak perintahkan kepada saya."

"Kalau begitu mulai besok kamu akan menjadi sekertaris saya. Saya sendiri yang akan mengawasi kinerja kamu mulai dari sekarang."

Valeria terlihat melongo di tempat. Apa katanya tadi? Ia akan menjadi sekertaris Revan? Dengan kejadian semalam, bagaimana mungkin ia bisa fokus bekerja berada di bawah pengawasan pria itu?

Melihat Valeria hanya terdiam, Revan kembali membuka mulutnya, "Kenapa? Kamu keberatan? Baiklah saya akan segera meminta Erik untuk memproses surat pemecatan kamu segera."

Mendengar hal itu Valeria segera berteriak, "Jangan Pak! Baik, saya bersedia."

"Ini adalah kesempatan terakhir yang bisa saya berikan mengingat kamu adalah pegawai baru di sini. Jangan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah saya berikan, Valeria."

Valeria hanya mengangguk, "Kalau begitu saya permisi."

"Ah satu hal lagi, Valeria. Erik selalu membangunkan saya setiap pagi sebelum berangkat kerja. Karena kamu yang akan menjadi sekertaris saya, kamu yang akan melakukan tugas itu besok. Semua perihal kunci ada pada Erik, kamu bisa bertanya padanya."

Mata Valeria kembali membulat mendengar ucapan Revan. Apa katanya tadi? Dia harus membangunkan pria itu juga?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Tingkah Barbara

    "Apa maksud?"Melihat Barbara yang menatapnya dengan raut wajah tidak mengerti membuat Revan seketika mendengus, "Rupanya kau benar-benar tidak tahu. Baiklah akan ku beritahu yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini karena kekacauan yang kita buat. Aku dipecat oleh ayahku."Barbara tersentak mendengar ucapan Revan, "Apa?""Ya aku baru saja dipecat secara tidak hormat oleh ayahku kemarin. Semua pemilik saham mengambil keputusan agar aku dikeluarkan dari perusahan. Jadi ya sekarang, aku tidak memiliki apa-apa. Aku bahkan berniat menjual apartemen ini nanti,"Mata Barbara seketika melebar, ia mundur beberapa langkah dari pegangan Revan. Kata-kata Revan sekarang seolah tidak bisa dipercaya, "Kau bercanda, bukan?""Astaga, untuk apa aku bercanda? Jadi kau benar-benar ingin bersamaku. Kalau begitu pertama kita jual tas mewahmu ini!"Revan seketika bergerak ke arah Barbara hendak merampas tasnya. Melihat tindakan Revan, Barbara semakin terkejut ia menepis tangan Revan dengan panik, "Apa yang

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Pelukan Terakhir

    Melihat Revan yang masih saja terdiam saat ia mengulurkan berkas perceraian itu, Valeria seketika menghela nafas. Ia segera menyimpan berkas itu di atas meja lalu berkata, "Jika Anda masih tidak mau menerimanya terserah. Saya akan menyimpan berkas itu di sini. Anda harus menandatanganinya segera.""Lalu bagaimana dengan anak kita?" Tanya Revan lirih. Penyesalan yang ia rasakan semakin dalam. Ia sudah hancur lebur saat ini dan kehancurannya semakin terasa menyakitkan karena harus berpisah dengan Valeria."Saya yang akan merawatnya sendirian.""Tapi aku ayahnya, Valeria. Tidak bisakah kau memberiku kesempatan lagi? Setidaknya untuk anak kita?""Saya yang akan mengurusnya, Anda tidak perlu khawatir. Anda bisa melakukan apapun yang Anda mau tanpa harus terbebani dengan janin yang sedang saya kandung ini."Satu air mata seketika jatuh dari kelopak mata Revan. Merasa sangat terpukul karena ia sama sekali tidak berdaya. Kesalahannya terhadap wanita yang dicintainya ini memang sungguh tidak b

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Konsekuensi

    "Ada pengumuman mendadak yang diselenggarakan oleh Pak Agung dan seluruh pemilik anggota saham hari ini, Pak. Anda harus datang,"Revan menghela nafasnya panjang setelah mendapat pesan dari Erik beberapa menit yang lalu. Sudah ia duga ayahnya tidak akan menunggu lama untuk menyelesaikan masalah mereka. Tepat setelah hubungan masa lalu dirinya dan juga Barbara terbongkar, ayahnya segera bertindak.Revan segera masuk ke dalam ruang meeting yang sudah diisi oleh anggota pemilik saham dan juga ayahnya sendiri. Masalahnya dengan Barbara pasti akan ayahnya gunakan untuk menyingkirkannya dari perusahaan ini."Rupanya kamu masih punya muka untuk datang ke perusahaan,"Revan hanya terdiam mendengar sindiran sang ayah sebelum rapat berlangsung. Kali ini ia memilih untuk tidak mendebat pria paruh baya yang sedarah dengannya itu. Ia yakin setelah mengetahui sifat Barbara, ayahnya sama terlukanya dengan dirinya."Rasakan sendiri akibat dari perbuatanmu, Revan. Aku akan mendepakmu dari perusahaan k

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kehancuran Barbara

    Melihat Barbara yang hanya terdiam, penjaga keamanan itu kembali mengulurkan tangannya, "Bu? Tolong kuncinya...""Yang benar saja, kamu lupa siapa saya?""Berikan kunci itu Barbara, mobil itu merupakan pemberianku!"Barbara berdecak saat Agung rupanya sudah menyusulnya keluar, dengan kesal ia mengembalikan kunci kepada penjaga keamanan itu, "Aku sama sekali tidak butuh mobil ini!" ujarnya dengan nada angkuh sambil melirik ke arah Agung.Setelah berkata seperti itu, Barbara segera menyetop taksi lalu masuk ke dalamnya. Ia sangat kesal dengan tindakan Agung yang seenaknya, seharusnya sejak dulu ia meninggalkan Agung agar ia tidak perlu bersusah payah seperti ini. Barbara segera meminta supir taksi untuk bergerak menuju ke alamat Revan. Ia harus segera kembali bersama Revan agar tua bangka itu tau rasa.Setelah sampai Barbara mengetuk pintu Revan dengan kuat."Revan buka! Tolong buka pintunya Revan!"Revan segera membuka pintu lalu terhenyak melihat Barbara di sana, "Barbara? Kenapa kau

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Pak Tua dan Wanita Gila

    "Revan!"Revan memutar matanya dengan jengah saat melihat Barbara ada di depan apartemennya. Setelah membuat dirinya dan Valeria bertengkar, bagaimana bisa Barbara masih memiliki muka untuk menemuinya?Revan memilih mengabaikan wanita itu lalu berjalan maju meninggalkannya."Revan, aku sedang bicara! Aku bahkan sudah jauh-jauh datang kemari, kenapa kamu malah mengabaikan ku?"Revan berdecak saat Barbara menarik lengannya dengan kuat. Ia menatap Barbara dengan raut wajah kesal, "Tidak ada yang menyuruhmu untuk datang kemari, Barbara. Ada apa? Apa yang kau inginkan lagi sekarang?""Kenapa kau selalu bersikap dingin padaku Revan? Aku kemari tentu saja untuk menemuimu."Revan menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Barbara, "Sebenarnya apa lagi yang kau inginkan dariku? Kau sudah berhasil membuat Valeria keluar dari rumah ini sekarang. Keinginanmu sudah terpenuhi, jadi tolong berhenti menggangguku."Sepertinya Barbara sama sekali tidak mendengarkan nada bahasa Revan yang sama sekali ti

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Terungkap

    Agung Mahendra tidak menyangka jika Valeria akan mengajaknya bertemu hari ini. Meski entah apa yang sebenarnya ingin wanita muda itu katakan hingga menyebutkan nama Barbara dan Revan hanya agar ia tidak menolak pertemuan mereka.Agung mengepalkan sebelah tangannya, lihat saja jika wanita rendahan itu berkata hal yang konyol, ia sungguh tidak akan diam saja kali ini.Agung merapihkan jasnya sebelum ia menghampiri Valeria. Tatapannya angkuh menatap tajam ke arah Valeria yang sudah datang terlebih dulu di tempat pertemuan mereka."Akhirnya Anda datang," ujar Valeria dengan senyuman tipis.Agung sama sekali tidak menunjukkan keramahtamahannya, "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Hubungan kita bukanlah sebagai mertua dan menantu yang baik hingga bisa berbincang seperti ini.""Bukankah Anda datang kemari karena penasaran dengan apa yang hendak saya katakan? Silahkan duduk terlebih dulu," ujar Valeria sambil mengulurkan tangannya meminta Revan untuk duduk di hadapannya.Agung berdeham se

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status