Home / Romansa / Jerat Hasrat Mr. Presdir / Malam Panas Bersama Pria Asing

Share

Jerat Hasrat Mr. Presdir
Jerat Hasrat Mr. Presdir
Author: Baby Yangfa

Malam Panas Bersama Pria Asing

Author: Baby Yangfa
last update Last Updated: 2024-03-04 08:08:17

"Ah... Ah... Ah..."

Suara desahan demi desahan terdengar dari suatu kamar hotel bintang lima. Kedua sejoli tengah bergumul dengan panas di ranjang berbagi hasrat yang sudah meninggi diantara keduanya. Pakaian mereka teronggok tak berdaya di sudut ranjang menampilkan betapa liarnya seluruh permainan ini. Padahal mereka tidak saling mengenal, namun efek alkohol yang mereka tenggak membuat kepala mereka hampir tidak bisa mengenali situasi yang menimpa diri mereka saat ini.

"Ah sakit!"

Valeria Anderson meringis saat menyadari suatu benda keras hendak memasuki inti tubuhnya dengan paksa. Pria yang berada di atas tubuhnya terlihat terkejut bukan kepalang, ia mengerutkan alisnya, "Kau masih perawan?"

Valeria hanya mengangguk kecil dengan wajah malu-malu, sejenak pria itu hanya tertegun untuk kemudian mengecupi tubuh Valeria dengan kecupan-kecupan kembali. Hasratnya sudah teramat tinggi, tidak mungkin ia berhenti di tengah-tengah saat benda keras di bawah perutnya ini minta dipuaskan dahaganya.

Valeria terhenyak saat pria itu menghisap dengan kuat kedua dadanya bersamaan dengan benda keras itu menghentak inti tubuhnya sedikit demi sedikit.

"Ah!"

Valeria berteriak kuat saat benda itu berhasil masuk seluruhnya sementara pria itu menggeram rendah merasakan miliknya yang dijepit dengan nikmat di bawah sana. Permainan pun berlanjut, pria itu menggoyangkan pinggulnya dengan perlahan diselingi kecupan-kecupan manis di sekujur tubuh Valeria. Rasa perih yang melanda inti tubuhnya seketika berubah menjadi kenikmatan yang luar biasa yang pernah Valeria rasakan. Rasanya seperti melayang tiap kali hentakan demi hentakan milik pria itu memasuki inti tubuhnya berkali-kali.

"Ahh... Aku... Rasanya aku–"

"Kenapa? Kau akan keluar?"

Valeria tidak memahami istilah dan kerja tubuhnya saat ini, jadi ia hanya mengangguk kecil mendengar pertanyaan yang diajukan pria itu.

"Kalau begitu kita lakukan bersama-sama."

Permainan pria itu semakin intens membuat jeritan dan desahan Valeria semakin tidak tertahankan, tidak lama kemudian tubuh Valeria bergetar dengan diikuti sesuatu yang meledak di bawah sana. Luar biasa apa sebenarnya itu?

"Ahh...!"

"Kau sungguh luar biasa nikmat," ucap pria itu memuji.

Valeria hanya terengah, merasa terpana dengan seluruh permainan luar biasa yang baru pertama kali ia rasakan ini. Peluh pria itu bercucuran membasahi tubuh dan kulitnya yang juga basah oleh peluh yang sama. Namun, hanya beberapa menit baginya untuk mengambil nafas, tiba-tiba pria itu sudah kembali mencumbunya lalu berbisik, "Mau ronde kedua?"

****

Valeria mengerjapkan matanya saat merasakan sinar mentari masuk melalui jendela kamar. Ia mengerang kecil merasakan seluruh tubuhnya yang terasa pegal dan sakit disana-sini. Saat matanya terbuka seluruhnya, Valeria tersentak saat merasakan tangan kukuh yang berada di atasnya. Ia melirik ke arah samping hampir menyuarakan sebuah jeritan saat melihat seorang pria dengan paras yang rupawan tengah tertidur di sampingnya dengan mata terpejam sempurna.

Astaga! Apa yang sudah ia lakukan sebenarnya? Valeria mengerjap beberapa kali mencoba mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi. Potongan demi potongan ingatan erotis mulai masuk ke dalam tempurung kepalanya. Gila! Jadi semalam ia dan pria asing ini menghabiskan malam bersama? Bagaimana bisa?

Valeria berdecak kuat. Ini semua gara-gara Rionandra Mahardika, kekasihnya yang ketahuan berselingkuh dengan Lucia, adik tirinya. Padahal ia dan Rionandra sudah merencakan suatu pernikahan, namun Rionandra malah mengkhianatinya dengan begitu kejam. Kecewa dengan seluruh situasinya, Valeria mampir ke suatu bar lalu mabuk-mabukan di sana. Namun, entah bagaimana jadinya ia dan pria ini bisa menghabiskan malam bersama padahal mereka tidak saling mengenal. Sungguh sial!

Ia harus melarikan diri! Ia tidak bisa terus merenung di sini dan membuat situasi kehidupannya lebih rumit lagi. Valeria segera menyingkirkan tangan kukuh itu dengan perlahan. Sesekali ia terlihat waspada, takut-takut pria itu akan terbangun karena gerakan halusnya.

Valeria segera mengambil dressnya yang tergeletak, namun terhenyak saat melihat dress itu sudah terkoyak tidak karuan. Matanya kemudian menangkap satu kemeja yang berada di sampingnya, kemeja ini pasti milik pria itu. Tanpa berpikir panjang Valeria memakai kemeja itu dengan cepat juga heels yang tergeletak tidak jauh dari sana. Meski perih yang melanda sekitar pahanya membuat ia kesulitan berjalan, Valeria tidak peduli ia terus berjalan dengan susah payah menuju pintu keluar. Sebelum pergi, ia menatap pria itu untuk terakhir kalinya lalu bergumam, "Siapapun dirimu, smoga kita tidak akan pernah bertemu lagi."

****

"Kau sudah mencari tahu siapa wanita yang bersamaku semalam?" tanya Revan Mahendra kepada Erik, tangan kanannya. Semalam ia yang mabuk parah karena desakan ayahnya untuk segera menikah membuat ia tanpa sadar menghabiskan malam bersama seorang wanita asing. Namun sial, sebelum ia membuka mata, wanita itu sudah melarikan diri. Bukan hanya itu, wanita misterius itu membawa kemejanya begitu saja hingga ia terpaksa menghubungi Erik untuk membawakan pakaian baru. Benar-benar wanita yang berani.

"Maaf Pak, saya sudah mencari ke seluruh tempat dan juga menanyai beberapa pegawai di bar yang Bapak maksudkan, namun tidak ada siapapun yang tahu identitasnya. Sepertinya dia hanya seorang tamu awam yang baru datang ke sana."

"Sial! Jadi kita tidak tahu siapa dia sama sekali?"

"Sekali lagi saya mohon maaf Pak, saya tidak dapat mengetahuinya."

Revan berdecak kuat mendengar penuturan Erik, terlebih saat ia mengancingkan kancing leher atasnya lalu melihat jejak-jejak cakaran kecil yang berada di sana. Jejak kemerahan itu membuat kepalanya kembali teringat dengan permainan hebat mereka semalam.

Revan merasa sangat frustasi, ia bahkan tidak tahu wajah dan juga identitas wanita itu, tapi sentuhan dan suara desahannya kini selalu terbayang di benaknya. Ia benar-benar penasaran.

"Kau harus mencari identitasnya sampai dapat, Erik!" ujar Revan dengan nada tegas. Ia kembali mengangkat sebuah benda berkilauan dari atas nakas, benda yang merupakan jejak terakhir yang ditinggalkan oleh wanita itu. Sepertinya benda itu terjatuh saat pergumulan hebat mereka semalam. Wanita itu bahkan tidak sadar ia sudah meninggalkan jejak yang begitu banyak untuk Revan.

"Pemilik anting ini, kau harus menemukan pemilik anting ini. Aku tidak mau wanita itu membuat masalah dan membuat ayah mengetahui hal ini. Kau mengerti, Erik?" Lanjut Revan.

Erik hanya bisa terperangah mendengar perintah yang sangat mustahil itu, namun melihat wajah tegas Revan, Erik hanya bisa mengangguk kecil. Revan tidak suka dibantah, perintahnya adalah mandat yang tidak bisa siapapun langgar begitu saja.

"Baik Pak, saya akan berusaha menemukannya."

Sekali lagi Revan menatap benda berkilauan itu lalu bergumam kecil, "Kita harus bertemu lagi apapun yang terjadi, pencuri kecil!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
sulastri Damayanti
sya Bru memulai membacanya dan sangat suka
goodnovel comment avatar
putu juwita
Menarik apalagi bacanya malem malem
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Tingkah Barbara

    "Apa maksud?"Melihat Barbara yang menatapnya dengan raut wajah tidak mengerti membuat Revan seketika mendengus, "Rupanya kau benar-benar tidak tahu. Baiklah akan ku beritahu yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini karena kekacauan yang kita buat. Aku dipecat oleh ayahku."Barbara tersentak mendengar ucapan Revan, "Apa?""Ya aku baru saja dipecat secara tidak hormat oleh ayahku kemarin. Semua pemilik saham mengambil keputusan agar aku dikeluarkan dari perusahan. Jadi ya sekarang, aku tidak memiliki apa-apa. Aku bahkan berniat menjual apartemen ini nanti,"Mata Barbara seketika melebar, ia mundur beberapa langkah dari pegangan Revan. Kata-kata Revan sekarang seolah tidak bisa dipercaya, "Kau bercanda, bukan?""Astaga, untuk apa aku bercanda? Jadi kau benar-benar ingin bersamaku. Kalau begitu pertama kita jual tas mewahmu ini!"Revan seketika bergerak ke arah Barbara hendak merampas tasnya. Melihat tindakan Revan, Barbara semakin terkejut ia menepis tangan Revan dengan panik, "Apa yang

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Pelukan Terakhir

    Melihat Revan yang masih saja terdiam saat ia mengulurkan berkas perceraian itu, Valeria seketika menghela nafas. Ia segera menyimpan berkas itu di atas meja lalu berkata, "Jika Anda masih tidak mau menerimanya terserah. Saya akan menyimpan berkas itu di sini. Anda harus menandatanganinya segera.""Lalu bagaimana dengan anak kita?" Tanya Revan lirih. Penyesalan yang ia rasakan semakin dalam. Ia sudah hancur lebur saat ini dan kehancurannya semakin terasa menyakitkan karena harus berpisah dengan Valeria."Saya yang akan merawatnya sendirian.""Tapi aku ayahnya, Valeria. Tidak bisakah kau memberiku kesempatan lagi? Setidaknya untuk anak kita?""Saya yang akan mengurusnya, Anda tidak perlu khawatir. Anda bisa melakukan apapun yang Anda mau tanpa harus terbebani dengan janin yang sedang saya kandung ini."Satu air mata seketika jatuh dari kelopak mata Revan. Merasa sangat terpukul karena ia sama sekali tidak berdaya. Kesalahannya terhadap wanita yang dicintainya ini memang sungguh tidak b

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Konsekuensi

    "Ada pengumuman mendadak yang diselenggarakan oleh Pak Agung dan seluruh pemilik anggota saham hari ini, Pak. Anda harus datang,"Revan menghela nafasnya panjang setelah mendapat pesan dari Erik beberapa menit yang lalu. Sudah ia duga ayahnya tidak akan menunggu lama untuk menyelesaikan masalah mereka. Tepat setelah hubungan masa lalu dirinya dan juga Barbara terbongkar, ayahnya segera bertindak.Revan segera masuk ke dalam ruang meeting yang sudah diisi oleh anggota pemilik saham dan juga ayahnya sendiri. Masalahnya dengan Barbara pasti akan ayahnya gunakan untuk menyingkirkannya dari perusahaan ini."Rupanya kamu masih punya muka untuk datang ke perusahaan,"Revan hanya terdiam mendengar sindiran sang ayah sebelum rapat berlangsung. Kali ini ia memilih untuk tidak mendebat pria paruh baya yang sedarah dengannya itu. Ia yakin setelah mengetahui sifat Barbara, ayahnya sama terlukanya dengan dirinya."Rasakan sendiri akibat dari perbuatanmu, Revan. Aku akan mendepakmu dari perusahaan k

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Kehancuran Barbara

    Melihat Barbara yang hanya terdiam, penjaga keamanan itu kembali mengulurkan tangannya, "Bu? Tolong kuncinya...""Yang benar saja, kamu lupa siapa saya?""Berikan kunci itu Barbara, mobil itu merupakan pemberianku!"Barbara berdecak saat Agung rupanya sudah menyusulnya keluar, dengan kesal ia mengembalikan kunci kepada penjaga keamanan itu, "Aku sama sekali tidak butuh mobil ini!" ujarnya dengan nada angkuh sambil melirik ke arah Agung.Setelah berkata seperti itu, Barbara segera menyetop taksi lalu masuk ke dalamnya. Ia sangat kesal dengan tindakan Agung yang seenaknya, seharusnya sejak dulu ia meninggalkan Agung agar ia tidak perlu bersusah payah seperti ini. Barbara segera meminta supir taksi untuk bergerak menuju ke alamat Revan. Ia harus segera kembali bersama Revan agar tua bangka itu tau rasa.Setelah sampai Barbara mengetuk pintu Revan dengan kuat."Revan buka! Tolong buka pintunya Revan!"Revan segera membuka pintu lalu terhenyak melihat Barbara di sana, "Barbara? Kenapa kau

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Pak Tua dan Wanita Gila

    "Revan!"Revan memutar matanya dengan jengah saat melihat Barbara ada di depan apartemennya. Setelah membuat dirinya dan Valeria bertengkar, bagaimana bisa Barbara masih memiliki muka untuk menemuinya?Revan memilih mengabaikan wanita itu lalu berjalan maju meninggalkannya."Revan, aku sedang bicara! Aku bahkan sudah jauh-jauh datang kemari, kenapa kamu malah mengabaikan ku?"Revan berdecak saat Barbara menarik lengannya dengan kuat. Ia menatap Barbara dengan raut wajah kesal, "Tidak ada yang menyuruhmu untuk datang kemari, Barbara. Ada apa? Apa yang kau inginkan lagi sekarang?""Kenapa kau selalu bersikap dingin padaku Revan? Aku kemari tentu saja untuk menemuimu."Revan menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Barbara, "Sebenarnya apa lagi yang kau inginkan dariku? Kau sudah berhasil membuat Valeria keluar dari rumah ini sekarang. Keinginanmu sudah terpenuhi, jadi tolong berhenti menggangguku."Sepertinya Barbara sama sekali tidak mendengarkan nada bahasa Revan yang sama sekali ti

  • Jerat Hasrat Mr. Presdir   Terungkap

    Agung Mahendra tidak menyangka jika Valeria akan mengajaknya bertemu hari ini. Meski entah apa yang sebenarnya ingin wanita muda itu katakan hingga menyebutkan nama Barbara dan Revan hanya agar ia tidak menolak pertemuan mereka.Agung mengepalkan sebelah tangannya, lihat saja jika wanita rendahan itu berkata hal yang konyol, ia sungguh tidak akan diam saja kali ini.Agung merapihkan jasnya sebelum ia menghampiri Valeria. Tatapannya angkuh menatap tajam ke arah Valeria yang sudah datang terlebih dulu di tempat pertemuan mereka."Akhirnya Anda datang," ujar Valeria dengan senyuman tipis.Agung sama sekali tidak menunjukkan keramahtamahannya, "Sebenarnya apa yang ingin kau katakan? Hubungan kita bukanlah sebagai mertua dan menantu yang baik hingga bisa berbincang seperti ini.""Bukankah Anda datang kemari karena penasaran dengan apa yang hendak saya katakan? Silahkan duduk terlebih dulu," ujar Valeria sambil mengulurkan tangannya meminta Revan untuk duduk di hadapannya.Agung berdeham se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status