Rissa bermimpi berada di awang-awang. Tubuhnya terasa begitu ringan dan terayun-ayun. Pandangannya berkabut dan tidak jelas. Dia merasa seakan pikiran dan tubuhnya tak terhubung satu sama lain.
Apakah seperti ini kematian? Membuat dirinya seolah terayun-ayun seperti bayi dalam dekapan ibunya? pikirnya. Rasanya sangat nyaman, membuatnya tak ingin terbangun.
Tiba-tiba dia ingat bagaimana dia mati, bagaimana proses kematiannya, dan dia rasanya ingin menjerit.
“Ssst ... ssst! Tidak apa-apa ...”
Suara siapa itu tadi? pikirnya. Dia seperti mendengar suara seseorang. Suara asing itu menenangkannya. Nadanya sangat indah, seperti suara musik. Dia jadi ingin tertidur lagi ...
Tapi tidak. Sesuatu seperti menyengat tubuhnya dengan sangat kuat dan menyakitkan. Ketika dia berkonsentrasi untuk menemukan inti rasa sakitnya, dia kembali teringat momen sebelum kematiannya ...
“Tidak!” jeritnya lagi.
“Kenapa dia? Apa racunnya masih bekerja?”
Suara orang lain lagi. Suara itu tak kalah indahnya namun tidak asing...
Barulah dia akhirnya ingat. Itu suara orang yang membunuhnya!
Rissa akhirnya membuka matanya sepenuhnya dan melihat bahwa tubuhnya memang sedang diayunkan karena dia sedang berada di dalam gendongan seseorang.
“Pak Aidan!” serunya tertahan.
Ya, orang yang menggendongnya adalah putra sang CEO, Direktur Aidan Wirawan. Dia memandang Rissa.
“Anda sudah bangun?” tanyanya. Ada nada khawatir dalam suaranya. Rissa berusaha memandangnya dengan fokus tapi rasanya sangat sulit.
“Kenapa ... kenapa aku ...”
“Ayo segera bawa dia ke tempat tidur. Biarkan dia istirahat ...”
Kembali suara pembunuhnya terdengar! Dia mencari sumber suara dan melihat Pak Jona sedang berjalan di depan putranya.
Matanya kontan membelalak dan penuh dengan ketakutan.
“Ssst, jangan takut, Anda aman sekarang!” kata Aidan segera. Wajah tampannya sekarang bertambah khawatir.
“Ayo cepat, Aidan. Masukkan dia ke mobil!”
Rissa ingin memberontak tapi dia tak kuasa. Rasa sakit di lehernya kembali menyengatnya. Tidak! Rasa sakit macam apa ini?
Rasa sakitnya melebihi kematian ... Seperti melampaui kematian ...
“Kenapa dia masih merasakan racunnya, ayah? Biasanya hanya sebentar saja racunnya akan menyerang ...” Didengarnya sayup-sayup suara Aidan bertanya.
“Dia memang benar-benar istimewa ... Dan dia menyelamatkan ibumu ...” kata Pak Jona. Dia menoleh dan memandang Rissa dengan tatapan berterima kasih.
Tapi Rissa tak menyadarinya. Dia sedang larut dalam rasa sakitnya ...
***
“Kau benar-benar sudah baikan, Sayang? Kau boleh beristirahat sekali lagi jika kau mau.”
“Tidak, Sayang. Aku benar-benar sudah tak apa-apa. Aku ... pulih dengan cepat. Berkat gadis ini.”
Rissa sayup-sayup mendengar suara-suara itu. Dia membuka matanya dan melihat wanita sangat cantik duduk di sebelahnya sambil tersenyum. Apakah dia adalah malaikat? Dia adalah gabungan wanita yang cantik sekaligus manis. Membuat orang tak bosan memandangnya ...pikirnya.
“Apakah Anda sudah sadar?” tanya si wanita.
“Siapa ...” katanya pelan. Siapa wanita itu? Kenapa dia ada bersama wanita itu sekarang?
Wanita itu tersenyum.
“Ah ya, Anda sudah bangun.”
Rissa tiba-tiba merasakan tenggorokannya sangatlah haus. Dia memegang tenggorokannya dan wanita itu segera peka.
“Berikan aku cangkir itu! Dia haus!” perintah wanita itu pada seseorang.
Tak lama kemudian dia menerima sebuah cangkir dan dengan rakus dia meminum isinya, dibantu dengan wanita itu.
Apa ini? Kenapa rasanya sangat lezat? Apakah ini anggur? Tapi aku tak bisa minum anggur ...
Dia segera memeriksa isi cangkirnya dan melihat isinya adalah cairan warna merah pekat dan sedikit kental ...
Ketika dia tahu apa isi cangkir itu dia segera menampiknya dengan terkejut.
“Kenapa aku minum darah?!!!” serunya dengan ketakutan. Dia segera menatap wanita itu. Apakah dia sedang berusaha meracuninya atau apa?
Cangkir itu terjatuh dan isinya termuntahkan di lantai dan membasahi karpet indah yang menghiasi ruangan.
“Karena kau sekarang bukan manusia, Sayang,” kata si wanita dengan penuh perhatian. Dia mengambil cangkir yang terjatuh di lantai dengan sabar, tampak tidak marah sama sekali.
Rissa membelalakkan matanya.
“Ap ... apa maksud ...” Dia hendak berkata tapi tiba-tiba tersadar. Dia memeriksa lehernya. Bekas gigitan Pak Jona sudah tidak ada ...
Tapi dia yakin Pak Jona telah menggigitnya sebelum dia pingsan ...
“Lukamu sudah sembuh. Sama sekali tidak ada bekasnya,” kata si wanita.
Rissa segera duduk. Dia rupanya sedang berada di sebuah tempat tidur yang sangat mewah. Sekelilingnya adalah kamar yang tak kalah mewahnya. Rasanya seperti dia sedang tertidur di dalam sebuah kamar hotel. Ada di mana aku? Apakah aku memang sedang dibawa ke hotel?pikirnya.
“Anda ada di rumah saya,” kata si wanita, sepertinya bisa membaca pikiran Rissa. Dia lalu tersenyum dan menyapukan tangannya ke seluruh ruangan.
“Aidan berpikir Anda mungkin ingin bertemu dengan saya. Makanya dia membawa Anda ke sini,” lanjutnya.
“Lagipula tidak mungkin Jona membiarkan Anda di kantor setelah Anda menyelamatkan saya,” katanya lalu tersenyum lebih lebar. Dia menyentuh lengan Rissa, pandangannya terlihat sangat berterima kasih.
Rissa menoleh memandangnya dengan terkejut.
“Apa maksud ... siapa ...” tanyanya terbata-bata. Dia masih belum sadar sepenuhnya.
“Nama saya Claudia Wirawan. Saya istri Pak Jona. Anda menyelamatkan saya,” kata si wanita.
Rissa membuka mulut, tak paham apa maksud wanita itu. Apa maksud wanita itu? Kenapa dia bilang aku menyelamatkannya? Aku tidak ingat sudah menyelamatkan seseorang, pikirnya dengan bingung ketika wanita itu melanjutkan perkataannya lagi.
“Darah Anda menyelamatkan saya.”
***
Ketika Rissa sudah pulih dan sadar sepenuhnya, dia diberi penjelasan oleh Claudia.
“Saat suami saya mengubah saya, dia tidak bisa menjadikan saya vampir sepertinya. Racun vampirnya malah hampir membunuh saya. Tubuh saya menolak racun itu dan racun itu berbalik menyakiti saya. Racun itu membuat saya terbaring sekarat selama setahun.”
“Tapi lalu suami saya mendapat saran dari seseorang untuk memberi saya darah seseorang yang ditakdirkan. Dia bilang darah orang itu akan menyelamatkan saya. Dan ternyata itu adalah darah Anda.”
Claudia menyudahi penjelasannya dan tersenyum pada Rissa.
“Terima kasih banyak,” katanya.
“Terima kasih, terima kasih!” lanjut Pak Jona yang baru disadarinya ada di ruangan itu. Dia lalu memeluk istrinya dan menatap Rissa penuh rasa terima kasih.
“Siapa yang menyuruh ...” Rissa tak kuasa mengucapkan kata-katanya sampai selesai. Siapa yang menyuruh Pak Jona untuk mencari darah seseorang untuk mengobati istrinya?
“Tidak usah Anda pikirkan itu. Dia adalah seseorang yang penting bagi suami saya,” kata si wanita.
Sebuah pemahaman tiba-tiba merasuk di benaknya.
“Jadi ... jadi itulah sebabnya ... teman-teman saya ...”
Jadi itu sebabnya kenapa teman-temannya berubah menjadi sosok yang berbeda selepas bertemu dengan Pak Jona ... Karena Pak Jona sedang mencari seseorang yang darahnya bisa menyembuhkan darah istrinya ...
Betapa mengerikannya! pekiknya dalam hati. Dan betapa kejinya! Jadi dia mencoba-coba untuk menggigit karyawan-karyawannya untuk mencari obat bagi istrinya? Para karyawannya yang tidak tahu apa-apa dan menganggap bekerja di JW Company adalah sebuah oase? Karyawan seperti dirinya?
Pak Jona mengangguk.
“Maafkan saya. Saya terpaksa melakukannya,” katanya. Ekspresi wajahnya antara menyesal dan tidak menyesal, membuat Rissa muak saat melihatnya. Dia tampak tidak menyesali perbuatannya! Jeritnya muak dalam hati.
Kenapa aku harus masuk perusahaan terkutuk itu? Kenapa aku tidak menyadari keanehan-keanehan teman-temanku dan berusaha lari sebelum semuanya sudah begitu terlambat? Apakah ... Itu sebabnya Fahrani keluar dari kantor! Dia tak mau diubah menjadi vampir!
Tapi dia bisa melarikan diri sementara Rissa tidak ...
Rissa meloncat dari tempat tidur dengan cepat. Dia sungguh membenci keadaannya saat itu.
“Anda adalah monster!” serunya segera. Jeritannya bergaung ke seluruh ruangan, mengejutkan baik Pak Jona maupun Bu Claudia.
Dia segera menuju ke pintu. Dia ingin pergi dari tempat ini!
“Tunggu!” seru Claudia. Dia segera berdiri dari tempatnya.
“Miss Rissa!” seru Pak Jona.
Tapi Rissa tak mempedulikan mereka. Dia harus segera keluar dari tempat terkutuk ini! Kenapa ada orang-orang seperti Pak Jona di dunia ini? Dan dia tak mungkin sudah berubah menjadi vampir!
Tapi minuman darah itu ... Dan gigitan dari Pak Jona ...
Rissa tak ingin memikirkan hal-hal itu. Dia hanya ingin segera pergi dan menjauhi ini semua. Besok dia akan meminta untuk resign.
Namun belum jauh Rissa berlari, pintu tiba-tiba menjeblak terbuka. Aidan muncul di ambangnya.
“Ibu!” serunya.
Langkah Rissa terhenti tiba-tiba dan Aidan berlari melewatinya.
“Ibu sudah tidak apa-apa? Apakah ibu tak ingin beristirahat dulu?” tanya Aidan.
Rissa menoleh dan melihat Aidan yang sedang mendekati ibunya dengan khawatir.
Claudia tersenyum dan memandang anaknya.
“Ibu sudah tidak apa-apa,” balasnya. Dia mengelus kepala Aidan dengan penuh kasih sayang.
“Melvin dan Daniela sudah diberi tahu?” tanya Aidan penuh rasa ingin tahu.
Claudia mengangguk.
“Semuanya sudah ibu beri tahu,” katanya.
Rissa tersadar dari transnya lalu meneruskan larinya sebelum suara Pak Jona mengagetkannya.
“Miss Rissa, tolong! Jangan pergi!”
Tanpa diketahuinya Pak Jona mengejarnya dengan cepat lalu meraih tangannya.
“Lepaskan!” Rissa memekik ketika tangan Pak Jona menyentuhnya. Tangannya bagaikan tersengat listrik. Dia tak ingin disentuh oleh Pak Jona! Dia tak ingin tangan pembunuh itu menyentuh tubuhnya.
“Biarkan saya pergi!” lanjutnya segera. Dia berusaha melepaskan diri tapi cengkeraman Pak Jona lebih kuat dari dugannya. Tangan Pak Jona juga keras seperti batu.
“Tidak! Saya ingin memberi kamu hadiah karena sudah menyelamatkan istri saya!” seru Pak Jona segera.
Rissa membelalak.
Hadiah, tak perlu! Buat apa? Karena sudah mengubahku menjadi makhluk yang mengerikan bahkan tanpa aku sadari? seru Rissa dalam hati. Yang paling diinginkannya sekarang adalah dikembalikan ke kehidupannya yang dulu. Tapi itu sudah tidak mungkin lagi sekarang ...
“Tidak! Tolong jangan pergi, dengarkan saya dulu!” seru Pak Jona lagi.
Tapi Rissa tak mau mendengarkannya. Dia berusaha melepaskan diri dari tangan Pak Jona yang masih membelit tangannya.
“Tidak! Lepaskan saya!” jeritnya menjadi-jadi.
“Tidak! Biarkan saya bicara dulu!” seru Pak Jona lagi. Dia semakin berusaha menghentikan Rissa dari melarikan diri.
“Saya mohon, sebagai hadiahnya, kamu bisa menjadi bagian dari keluarga kami! Saya ingin menjodohkan Anda dengan Aidan!” serunya
Jeritan Rissa lalu terhenti.
Apa? Omong kosong apa ini?!
It's a beautiful night, we're looking for something dumb to doHey baby, I think I wanna marry youIs it the look in your eyes or is it this dancing juice?Who cares, baby, I think I wanna marry youWell, I know this little chapel on the boulevard we can goNo one will know, oh, come on girlWho cares if we're trashed, got a pocket full of cash we can blowShots of patron and it's on, girlDon't say no, no, no, no, noJust say yeah, yeah, yeah, yeah, yeahAnd we'll go, go, go, go, goIf you're ready, like I'm readySuara band mulai berkumandang di pesta pernikahan antara Daniela dan Trevis. Lagu-lagu yang dimainkan mereka rupanya adalah semua lagu-lagu pilihan Daniela dan Trevis! Semua tamu sangat menikmati lagu-lagu itu. Bahkan beberapa bergoyang sambil tertawa-tawa. Suasana pesta yang sangat meriah!Di atas panggung tampak Daniela dan Trevis duduk menghadap pa
Tiga hari sebelumnyaRissa tampak tidak tenang. Dia sudah mendengar bahwa anaknya telah selamat. Bahwa salah satu pelayan Mr. Johann telah membawa bayinya kembali ke Indonesia, jauh dari Angeline Johann yang telah menculiknya. Pelayan itu membawa anaknya dalam kondisi yang baik-baik saja. Ethan tidak kekurangan apa-apa satupun juga.Jika itu benar, maka itu adalah hal yang paling ditunggunya! Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya! Hatinya sangat sakit menahan kerinduan pada Ethan! Sudah berapa hari dan malam dilaluinya tanpa bersama Ethan ... Sudah berapa hari dilaluinya tanpa bisa mencium bayinya ... Dia sangat merindukan semua momen bersama bayinya!Maka siang itu ketika Mr. Jona kembali dari kantor, dia membawa pula Amelia yang sedang menggendong Ethan.“Rissa, Rissa! Lihat, ini Ethan!”Dia mendengar suara Mrs. Claudia memanggilnya. Dan hatinya langsung terasa terloncat dar
“Hai, Trevis!” Melvin memanggil sahabatnya yang baru keluar dari kantor ayahnya. Dia sendiri memang sedang berencana untuk menemui ayahnya saat dia bertemu Trevis. “Habis dari kantor ayah?” tanyanya. Dia melihat bahwa Trevis tampak habis melalukan pembicaraan yang cukup serius, dilihat dari raut wajahnya. Trevis mengangguk. “Yoi. Aku ke sini buat kasih abu si Angeline,” jelasnya. Melvin bersiul. “Ah! Ayah bilang kalo abunya bakal dilarung atau dibuang ke langit. Ide yang bagus,” katanya. Trevis mengangguk. Dia lalu bergidik membayangkan akan menemui abu Angeline yang jatuh dari langit. Dia bahkan tidak akan mau memegang abu Angeline. Itu seperti membayangkan dia masih ada, hanya saja dalam genggaman tangannya. “Semoga saja ayahmu tidak menyimpan abu itu. Hiiiy itu akan terlalu menakutkan.” Dia lalu memeluk dirinya sendiri, merasa ngeri. Melvin tergelak. “Bahkan dalam kematian pun dia masih bisa
CTASSS!!!Kapak itu berhasil mengenai leher Angeline! Melvin berhasil membunuh Angeline!Melvin memperhatikan dengan jantung seolah akan keluar dari dadanya ketika serangannya berhasil mengenai leher Angeline. Dan kali ini Angeline tidak berhasil lolos kembali dari serangannya!“Akhirnyaaa!!!” seru Trevis dengan lega. Dia lalu bangkit dari tubuh Angeline yang sudah tidak bergerak. Dia lalu terkapar di lantai, seperti kelelahan. Padahal yang letih adalah batinnya. Dia sudah muak bertarung tiada henti dengan Angeline yang sangat sulit untuk dikalahkan. Dia sudah sudah kesal dengan wanita itu yang tidak hentinya menyerang, berteriak, dan memaki.“Kau hebat, Melvin,” katanya.Melvin menggeleng, dia lalu ikut terduduk di sebelah Trevis.“Kita yang hebat,” katanya.“Dia bener-bener ... ampun deh nggak tahu lagi gimana ngomongnya,” kata Trevis sambil menggelengkan kepalanya. Dia membay
DUAKKK!!!“Aaaargh!!!” seru Melvin segera. Dia memegangi kedua kakinya dengan ekspresi sangat kesakitan. Angeline baru saja memukul area di antara dua kakinya tepat saat dia sedang mengayunkan kapak padanya. Kapak itu lalu terjatuh berkelontang di lantai.“HA HA HA!!!” seru Angeline puas. Dia menatap Melvin dengan pandangan yang membara.“KAU PIKIR KAU AKAN BISA MEMBUNUHKU?!”“Mimpi saja kau!!!”“Tak akan aku biarkan aku mati semudah itu!!!”Trevis segera menghampiri Melvin. Tapi sebelumnya dia menampar Angeline.PLAKKK!!!Tawa Angeline langsung berhenti. Dia menatap Trevis dengan pandangan marah bukan main.“DIAM KAU!!!” seru Trevis hilang kesabaran.Angeline menggerung.“BERANINYA KAU MENAMPARKU!”Trevis meledak marah. Dia sudah tidak sabar lagi dengan pertarungan yang seakan tidak ada habisnya ini
“Mr. Jona! Kami menemukan keberadaan Angeline Johann!” seru salah satu bawahan Mr. Jona.Ada dua orang yang sedang berdiri di hadapan Mr. Jona sekarang. Dua orang itu sedang memberikan laporan pada bos mereka itu.Mr. Jona langsung berdiri. Ekspresi wajahnya tampak terkejut sekaligus senang.“Benarkah?! Di mana?” tanyanya segera.“Di Volkshotel Amsterdam, Pak!” jawab bawahannya segera.“Kami tahu ini dari Frida Gustav! Dia adalah bawahan dari Mr. Johann dan Angeline Johann!” lanjut mereka dengan segera.Ya, sambil menunggu kepulangan Melvin dan Trevis, Mr. Jona telah mengutus para bawahannya untuk mencari keberadaan Angeline. Mereka akhirnya mendapatkan informasi dari Frida, yang memberi informasi kepada mereka dengan senang hati. Ya, Frida telah memutuskan untuk berkhianat dari Angeline! Dia sudah muak menuruti segala perintah dari Angeline.Dia selalu berkomunikasi secara