Cinta itu anugrah, perasaan yang membuat kita merasa bahagia.Tapi jika mencintai orang yang tidak tepat, akan menjadi malapetaka.Misalnya mencintai istri atau suami orang atau mencintai orang yang tidak mencintai kita.Tapi cinta yang dirasakan Kalila kepada Elvano-sekertarisnya adalah cinta yang tidak bisa diwujudkan.Status sosial mereka yang jomplang membuat Kalila menahan rasa itu dan ternyata sangat menyakitkan.Kalila tidak pernah mencintai seorang pria sebelumnya, seleranya sangat tinggi mengingat ia adalah wanita karir sukses di usianya yang masih muda.Namun setiap hari bersama Elvano, muncul ketertarikan tersendiri di dalam hati Kalila.Elvano adalah pria cerdas, lulusan terbaik dari Universitas terkenal di Vietnam selain itu ia sangat tampan dengan tubuhnya yang atletis.Selain menjadi sekertaris, Elvano sudah seperti bodyguard untuk Kalila yang sering bertemu dengan banyak klien untuk melakukan negosiasi bisnis.Pertemuan itu terkadang dilakukan di hotel dan banyak dari
Arjuna jarang bertemu Kejora semenjak kejadian dirinya tidak menjemput gadis itu di kampus.Pagi harinya sengaja ia menunggu di depan teras pura-pura sibuk dengan macbooknya untuk menunggu Kejora namun sang gadis tak kunjung muncul.Apa mungkin Kejora sakit? Adalah pertanyaan yang ada di dalam pikiran Arjuna saat itu.Sayangnya, Arjuna harus segera berangkat ke kantor karena ada meeting dengan klien.Ia pun melewatkan bertemu dengan Kejora pagi ituSemesta seolah membolak-balikan keadaan, Arjuna jadi ingin bertemu Kejora, ingin mengetahui keadaannya.Malam harinya ketika ia pulang, lampu di kamar Kejora sudah padam.Apakah Kejora sudah tidur? Atau mungkin belum sampai rumah?Arjuna menahan keinginannya untuk menanyakan kepada Mommynya apakah sudah bertemu Kejora hari ini namun jika ia bertanya demikian pasti sang Mommy akan mencecarnya dan terbongkar lah jika ia tidak menjemput Kejora di kampus yang membuat gadis itu menunggu hingga kehujanan.Sang Mommy pasti mengoceh tiada henti da
Mata Arjuna melirik Kejora yang duduk tenang di sampingnya, pandangan sang gadis lurus ke depan tanpa banyak bergerak atau banyak bicara seperti yang biasa dilakukannya.Matanya tampak sayu dan sedikit pucat, apa Kejora belum sehat betul? Tapi kenapa memaksa ingin pergi ke kampus?Arjuna berdekhem dua kali, dari ekor matanya Arjuna bisa melihat Kejora menoleh sekilas dengan senyum khasnya kemudian mengembalikan tatapan ke depan.Banyak pertanyaan yang ingin Arjuna ucapkan namun tertahan di tenggorokan.“Berapa lama kamu di rawat?” Akhirnya Arjuna mengeluarkan suara.“Satu minggu, Bang ... awalnya Kejora paksain untuk enggak bedrest soalnya Kejora mau ujian jadi harus fokus belajar, eeeh ... setelah ujian akhirnya tumbeng juga ... tapi Ayah sama Bunda enggak tau loh Bang ... awalnya Uncle sama Aunty juga enggak tau tapi setelah beberapa hari enggak liat Kejora di rumah, trus Aunty penasaran nyari Kejora ... waktu itu Aunty telepon Kejora makanya tau kalau Kejora masuk rumah sakit, Kej
“Hayati lelah, Bang ... Abang kok cuek lagi sih sama Kejora ... padahal kemarin-kemarin Abang posesif banget sampe ngelarang Kejora deket-deket sama Marvin,” gumam Kejora dari balkon kamarnya. Sudah beberapa menit lalu sang Arjuna sampai di rumahnya namun pria itu masih belum terlihat di kamar yang saat ini sedang Kejora pandangi.Kejora Tersenyum ketika melihat lampu kamar Arjuna menyala, dari jendela yang tidak tertutup tirainya—Kejora dapat melihat Arjuna sedang membuka kemeja.Seperti gerakan slowmotion tangan Arjuna membuka kancing di dadanya satu persatu lalu melempar kemeja itu ke keranjang cucian.Mata Kejora penuh binar melihat otot di lengan Arjuna yang seksi seakan melambai minta untuk disentuh.Lalu kedua tangannya menyilang di depan tubuh, mengangkat kaos dalam yang masih melekat di tubuhnya secara perlahan.Kini mulut Kejora menganga melihat pemandangan otot di perut Arjuna.“Ya Tuhaaaan, sungguh indah ciptaan Mu,” gumam Kejora nyaris meneteskan air liur.Tiba-tiba saja
Perlahan Arjuna membuka mata, wajah secantik bidadari dengan bulu mata lentik menyapanya.Beberapa saat Arjuna menatap Kejora yang juga sedang menatapnya tanpa ekspresi, tidak ada senyuman manis nan hangat yang selalu diberikan gadis itu hanya untuknya.Kejora tampak sedang menuntut penjelasan dari Arjuna. “Abang bohong!” Dua kata itu menyentak hati Arjuna menghasilkan kerutan di antara alisnya.“Katanya Abang enggak suka sama Kejora, trus kenapa Abang genggam tangan Kejora seerat ini ... trus kaki Abang juga masuk-masuk ke paha Kejora, Abang kenapa sih harus jual mahal gitu?” Semakin terhenyak mendengar untaian kalimat Kejora yang diucapkannya dengan nada merajuk manja.Arjuna melepaskan genggaman tangannya, baru menyadari jika memang telapak tangannya melingkupi jemari Kejora.Dengan cepat menarik kaki yang berada di antara paha bawah Kejora.Arjuna menegakan tubuhnya, menarik sandaran kaki hingga membuat tempat tidur itu menjadi sebuah kursi kembali.Kejora menahan senyumnya, ia
Kejora menatap lurus ke depan, upacara sakral pernikahan sepupunya sedang berlangsung.Kemudian melirik ke arah pria tampan blasteran yang duduk di barisan keluarga pihak pria, padahal seharusnya ia berada di barisan keluarga mempelai wanita, mungkin Arjuna tersesat.Bibir Kejora entah kenapa menyunggingkan sebuah senyum.Apakah karena membayangkan dirinya dan Arjuna duduk berdampingan seperti yang dilakukan sepupunya saat ini bersama sang calon suami? Memakai pakaian adat dengan selendang menutup kepala mereka.Sesaat Kejora menoleh ke samping, melihat Kama—sang Kakak yang terkenal dingin dan anti perempuan sedang menggenggam erat tangan wanita yang dijodohkan untuknya.Kama pernah bercerita jika ia enggan dijodohkan dan belum berniat untuk membina rumah tangga namun ternyata Tuhan berkata lain, sang Kakak diberikan jalan takdir di luar dugaan.Kama dijodohkan dengan perempuan yang tidak lain adalah gadis yang tanpa sengaja ia renggut kesuciannya.Sang Kakak mengaku jika seorang tem
“Bayarin!” Kejora tersenyum semanis madu dengan kerjapan mata menggoda ketika menyeret Arjuna ke kasir setelah membawa beberapa pakaian untuk dikenakannya selama di Lombok.“Kenapa harus aku?” Kening Arjuna mengkerut.“Abang yang ngajak Kejora ke Lombok, Kejora enggak mungkin bawa koper ... nanti Ayah sama Bunda curiga,” Kejora beralasan.Arjuna mengembuskan napas kasar tapi tak ayal ia pun mengeluarkan kartunya untuk membayar semua belanjaan Kejora.Tidak hanya satu butik, beberapa butik Kejora jajal dan Arjuna hanya pasrah diseret-seret sedemikian rupa kemudian menggesekan kartunya di kasir.Demi buah tangan berkesan untuk Elma-sang pujaan hati, apapun akan Arjuna lakukan.“Memang kita mau berapa hari di sana?” Arjuna bertanya karena melihat banyaknya pakaian yang dibeli Kejora.Mata Arjuna bergerak memperhatikan Kejora memasukan belanjaannya ke dalam koper yang baru saja ia beli untuk menampung semua pakaian itu.Tanpa mau repot-repot Arjuna membantu Kejora merapihkan keperluannya
Arjuna tertegun ketika turun dari yacht lalu di sambut pemandangan pulau dengan resort yang indah mirip Maldives atau Bora-bora Island.Matanya mengerjap sementara mulutnya terbuka sebagian.Apa tidak salah Kejora membawanya ke sini? Mereka hendak membeli perhiasan mutiara bukan ingin berbulan madu.“Kejora!” Seruan Arjuna membuat langkah Kejora menapaki dermaga apung yang sedang dipandu seorang pegawai resort pun terhenti.“Kenapa sayang?” tanyanya sesuka hati mengganti panggilan nama Arjuna.“Apa kamu sedang membodohiku?” “Hem? Gimana maksudnya?” Kejora melangkah mendekat, raut wajahnya tanpa dosa.“Kita akan membeli perhiasan bukan berbulan madu!” Arjuna menggeram menahan suara.“Ya trus siapa yang bilang mau bulan madu? Abang ngelamar Kejora aja belum, sebelum janur kuning melambai Abang enggak boleh nyentuh Kejora,” tegas Kejora sok jual mahal.“Kejoraaaa!” Arjuna kali itu tidak sanggup menahan geramannya.“Iya Abaaaaang?” Kejora memutar tubuh mengayun langkah santai ketika men