“Ah, maaf ... aku tidak sengaja.” Kejora meraih tissue di atas meja kemudian mengelap jas seorang pria yang berlumuran kopi karena kecerobohannya.
Tanpa sengaja Kejora menyenggol cangkir kopi di atas meja pria tersebut.“Kamu tidak punya mata, ya?!!” bentak lelaki itu kesal seraya berdiri, menghela kasar tangan Kejora.“Maaf,” balas Kejora dengan mata berkaca-kaca menatap sang lelaki.“Ayaaah, Kejora dibentak cowok! Untung cowoknya ganteng.” Kejora mengadu kepada sang Ayah di dalam hati.Lelaki itu memiliki paras luar biasa tampan dengan wajah blasteran yang sering ia temui di Negaranya.Namun sayang, sang lelaki kasar dan tidak berperasaan.Tubuh tegapnya baru saja menyenggol Kejora ketika melewatinya sehingga Kejora harus mundur beberapa langkah agar bisa memberi jalan kepada lelaki itu.Kejora membuang nafas kasar, sakit hati tapi tidak ada waktu untuk menikmati karena ia harus mengejar kelas sebelum dosen berada di sana.****Kejora berganti ruangan setelah menyelesaikan mata kuliah pertama untuk mengikuti mata kuliah kedua.Dan kali ini beberapa kelas dari jurusannya bergabung dalam suatu aula untuk menyimak seminar yang diisi oleh pengusaha muda tersukses di Jerman.Mengalahkan satu klan yang telah menjadi pengusaha sukses turun temurun di Negara itu.Kejora melebarkan matanya dengan rahang terbuka melihat lelaki yang baru pagi tadi ia siram kopi, kini berada dia atas panggung.Lelaki itu merupakan narasumber seminar sekaligus pengusaha sukses yang sedang moderator bacakan profilenya.Tubuh atletis itu berbalut kemeja putih tipis tanpa jas.Mungkin karena jas yang dikenakannya tadi tidak sengaja tersiram kopi oleh Kejora.Tapi karena kecerobohannya itu juga, Kejora dan banyak teman wanita lainnya bisa melihat tubuh berotot dari balik kemeja ketat sang narasumber.Bisa Kejora bayangkan ada otot sixpack nan sexy yang menggugah selera di dalam kemeja itu.“Emmm ... Mammaaamiaaaa,” batin Kejora bersuara.Jika diibaratkan emoticon dalam sebuah chat, mata Kejora saat ini berbentuk hati merah menyala menatap si pria blasteran yang tampak berkharisma duduk berdampingan dengan moderator di atas panggung.Kejora mengerjap beberapa kali ketika mendengar nama lelaki itu disebut.Arjuna Bernard Folke, bahkan si moderator yang memang asli keturunan Jerman cukup kesulitan ketika menyebut nama depan lelaki itu.Kening Kejora terlipat dalam, Arjuna adalah tokoh pewayangan dari kebudayaan Indonesia.Ia berpikir bila salah satu orang tua Arjuna pasti berasal dari Indonesia.Pantas saja wajahnya mirip seperti teman-temannya yang blasteran semasa SMA dulu.Kejora yang memiliki mata indah dan jernih dengan bulu mata tebal nan lentik menatap Arjuna lekat, seolah lelaki itu adalah memang Arjunanya.Kemanapun Arjuna melangkah saat menyampaikan materi, ke situ juga mata Kejora digerakan.Bahkan ketika netra mereka bertemu, Kejora memberikan seulas senyum tipis membuat Arjuna salah tingkah.Arjuna masih ingat bagaimana cara mata itu menatapnya untuk yang pertama kali ketika sang pemilik menumpahkan kopi ke jasnya.Cukup kesal karena mata itu juga mengganggu konsentrasinya saat ini yang sedang menyampaikan materi.Ketika Arjuna diberi kesempatan untuk memberikan sebuah pertanyaan, dengan sengaja Arjuna menunjuk Kejora.“Kamu yang memakai cardigan merah jambu, bisa jelaskan kembali inti dari apa yang telah saya sampaikan?” tanya Arjuna puas setelah ia melihat ekspresi wajah Kejora berubah panik.“Sebutkan dulu namamu,” titah Arjuna dengan seringai dan tatapan mata meremehkan.“Na ... nama saya Kejora,” jawab Kejora terbata.Matanya melirik ke kiri dan kanan terlalu gugup karena semua orang di aula itu menatapnya termasuk mata elang milik si tampan yang sedang berdiri di tengah panggung.“Maaf, aku tidak terlalu memperhatikan apa yang Anda sampaikan, karena ketampanan Anda mengalihkan duniaku,” ucap Kejora yang langsung mendapat surakan dari hampir semua mahasiswa yang ada di sana.Arjuna tersenyum tipis sambil mengalihkan tatapannya.Hal seperti itu sudah sering ia terima dari banyak gadis tapi baru kali ini ada gadis yang berani terang-terangan dengan santai memujanya di depan banyak orang.Seakan semesta belum puas membuat Arjuna jengkel dengan tingkah Kejora, sang gadis tidak sengaja menabrak mobilnya yang baru saja akan keluar dari pelataran parkir kampus.Kejora memejamkan mata seraya memukul stir setelah ia merasakan hantaman di ekor mobilnya, belum menyadari jika mobil mewah yang tidak sengaja ia tabrak adalah mobil sang Arjuna.Ketukan di kaca jendela dengan kasar membuat Kejora refleks menoleh.“Eh ... si ganteng,” ucapnya tanpa suara, begitu semangat mendorong pintu mobil hingga Arjuna mundur beberapa langkah.“Kamu lagi?” sentak Arjuna dengan kening berkerut dan mata nyalang menatap Kejora.“Iya aku lagi ... sorry.” Kejora menyatukan kedua tangannya di depan, wajah memelas sengaja ia tunjukan agar Arjuna percaya jika ia menyesal telah tanpa sengaja menabrak mobilnya.“Sebentar,” kata Kejora kemudian membungkuk mengambil sesuatu dari dalam mobil.Arjuna mengembuskan napas kasar, mengangkat tangan untuk memijat pelipis tanda migrain melanda.Bagaimana tidak, Kejora menabrak bumper depan mobil sport miliknya sementara ia harus bertemu dengan klien sebentar lagi.Arjuna membutuhkan data Kejora untuk keperluan Asuransi dan gadis aneh di depannya ini belum tentu akan bersikap kooperatif.Setelah Kejora menemukan apa yang dicari, ia berbalik lalu menarik tangan Arjuna kemudian menengadahkannya.Kejora menulis nomor ponselnya di telapak tangan Arjuna sebelum pria itu sempat menolak.“Call me,” Kejora berujar seraya membentuk jemarinya seperti gagang telepon, menggerakannya di samping telinga lalu mengedipkan satu matanya menggoda.Demi apapun Arjuna ingin lari terbirit-birit saat ini juga saking ngerinya dengan tingkah Kejora meski ia akui jika gadis genit yang sedari pagi berhasil membuat harinya berantakan itu sangat cantik.Arjuna mendengkus sebal, menarik tangannya dengan kasar kemudian memutar tubuh kembali masuk ke dalam mobil.Tidak akan pernah ia menghubungi gadis genit itu, lebih baik mengeluarkan uang banyak untuk memperbaiki mobil kesayangannya dari pada berurusan dengan Kejora.“Asyiiiik ... nanti malem pasti Bang Juna telepon gue,” gumam Kejora penuh percaya diri sambil menutup bibirnya yang sedang tersenyum dengan telapak tangannya.Kejora melanjutkan perjalanan, sesekali mengintip dari kaca spion mencari tau kemana sang Arjuna pergi.Ternyata berlawanan arah dengannya, Kejora memajukan bibir kecewa.Dayana Kejora Gunadhya adalah seorang gadis cantik dengan rambut lurus, hidung lancip dan bibir tipis yang memiliki kulit seputih susu juga tinggi semampai.Kejora merupakan bungsu dari lima bersaudara, memiliki Ayah yang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.Si bungsu ini sedang berusaha mandiri, berkuliah di Negara Jerman yang jauh dengan Negara asalnya, Indonesia.Setiap matanya mengedip, bulu mata lentik nan tebal yang menurun dari sang Nenek turut mengibas dan selalu bisa membuat hati para pria luluh lantah.Tangan Kejora menekan tombol earbuds di telinga setelah mendengar benda itu berdering.“Hallo Kejora,” sapa suara serak di ujung sana.“Hai Kakek ... apa kabar? Kejora kangen berat nih, Oh ya Kek ... beliin Kejora mobil baru donk, tadi Kejora enggak sengaja nabrak mobil cowok ganteng di kampus.”Sang Kakek tergelak, salah satu yang membuat Kallandra Arion Gunadhya yang merupakan Kakek dari Kejora ini panjang umur adalah karena hampir setiap hari melakukan panggilan telepon dengan cucu bungsunya dan ada saja ulah Kejora yang selalu bisa membuat seorang Kallandra tertawa.“Oke Kejora sayang, nanti Kakek minta sekertaris Kakek buat beliin Kejora mobil baru ...?”Teriakan bahagia membuat Andra harus menjauhkan ponselnya dari telinga, setelah itu keduanya berbincang santai dengan Kejora yang lebih banyak menceritakan apa yang dilaluinya hari ini kepada sang Kakek tersayang.Kejora, seperti namanya selalu menjadi bintang di hati orang-orang terdekat.Disayangi banyak orang karena pembawaannya yang riang.Tapi apakah Kejora bisa menjadi bintang di hati Arjunanya?“Morning my handsome Daddy,” sambut Angel yang sudah duduk di meja makan.“Selamat pagi Putri Daddy yang paling cantik,” balas King menggunakan bahasa Indonesia agar anak-anaknya tidak melupakan tanah kelahiran sang MommyKing mengecup kepala Angel yang berumur empat tahun lalu mengusap kepala El dan Ev secara bergantian. Ia pun duduk di singgasananya, kursi yang berada di ujung meja.“Siap untuk ke sekolah?” King bertanya kepada tiga anaknya. Mereka sangat lucu memakai pakaian sekolah dengan jas dan dasi untuk anak laki-laki sementara anak perempuan menggunakan blazer dan syal.Kalila yang selalu cantik meski di rumah saja datang menghampiri diikuti para pelayan yang membawa menu sarapan pagi.“Hari ini Daddy yang akan mengantar kalian,” ujar Kalila sambil membenarkan dasi yang melingkar di leher King.“Oke Mom,” balas El dan Ev kompak.Kalila mengisi piring kosong ketiga anaknya dengan menu sarapan pagi yang telah ia buat, tidak lupa ia juga melayani sang suami tercinta lengkap den
Saat ini perusahaan yang dibangun Arjuna dengan kerja kerasnya sedang berada di puncak kejayaan.Pria itu juga menikah dengan gadis yang sangat dicintainya. Sudah dikaruniai seorang Putri cantik yang empat bulan lalu lahir dengan cara normal.Arjuna menyaksikan sendiri buah cintanya bersama Kejora lahir ke dunia.Semua itu menjadikan Arjuna sebagai pria paling berbahagia, hidupnya terasa sempurna.Lelah akibat seharian bekerja, sirna seketika saat melihat Kejora sedang bermain bersama Princes di atas ranjang mereka.“Papa pulang!” Kejora berseru bahagia membuat Princess menoleh.Senyum Arjuna melebar, akhirnya ia bisa melihat Princes secara langsung setelah seharian bekerja dan hanya mendapat kabar dari sang istri yang mengirimkan banyak foto sang Princes.Kini galeri hingga walpaper di alat komunikasi canggih itu penuh berisikan foto-foto Princes.“Papa ganti baju dulu ya.” Arjuna harus membersihkan diri dan mengganti pakaian sebelum memeluk Princes.Jarang-jarang Arjuna mandi di ma
Kebahagiaan karena kelahiran anggota keluarga baru hanya bertahan sementara karena saat ini di ruang tunggu rumah sakit sudah berkumpul kembali orang-orang yang menyayangi Kalila termasuk kedua mertuanya.Mereka semua berharap banyak dan tidak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan Kalila dan sang janin.King tidak sempat membawa Kalila ke Hamburg, kondisi Kalila yang lemah karena pendarahan hebat membuatnya memasrahkan keselamatan sang istri beserta calon anaknya pada Dokter terbaik di rumah sakit itu.Tadi Dokter mengatakan jika janin yang baru menginjak tiga puluh minggu itu harus dikeluarkan.Tubuh King melemas setelah mendengarnya terlebih ia merasa tidak berguna duduk di sini sementara sang istri sedang bertaruh nyawa di atas meja operasi.“Kalila dan bayimu akan selamat,” ujar Arjuna menenangkan.“Kembalilah ke kamar dan temani Kejora, dia lebih membutuhkanmu.” King merasa tidak enak hati karena Arjuna harus menemaninya, sahabatnya itu meninggalkan Kejora di kamar rawat.“Betu
Satu yang ingin Elma lakukan setelah keluar dari rumah sakit jiwa yaitu menghancurkan hidup Arjuna.Ia telah mendengar dari para sahabatnya jika Arjuna telah menikah dengan Kejora dan hidup bahagia.Dengan sengaja Arjuna menyingkirkannya, memasukan dirinya ke rumah sakit jiwa hanya untuk bersama Kejora.Dendamnya bertahun-tahun ia pendam dan harus segera terbalaskan, hidupnya tidak akan tenang sebelum melihat Arjuna dan Kejora menderita.Kebetulan sekali saat Elma keluar dari rumah sakit jiwa, ia mendengar bila Kejora sedang hamil besar dan tidak lama lagi akan melakukan persalinan.Elma menahan dirinya untuk melampiaskan dendam hingga hari itu tiba.Ia telah mengatur sebuah rencana untuk membalaskan dendamnya dan di sini lah ia sekarang.Di rumah sakit dimana Kejora melakukan persalinan, langkah Elma begitu mantap menuju ruang bayi.“Permisi, boleh saya tau yang mana bayi dari Tuan Folke?” Elma bertanya pada salah satu suster penjaga.Ekspresi wajah sang suster berubah antisipasi. “S
“Sayang?” Arjuna sontak menegakan tubuhnya, pria itu terkejut karena tidak menemukan sang istri di atas ranjang mereka.“Kejora? Sayaaang?” Arjuna melompat dari atas ranjang menuju kamar mandi namun sang istri tercinta yang beberapa minggu ini sedang merajuk, tidak ia temukan juga.Arjuna mengusap wajahnya kasar, khawatir Kejora minggat karena masalah Elma belum juga usai meski segala kalimat janji untuk tidak meninggalkan Kejora telah Arjuna lontarkan.Salah siapa pernah meninggalkan Kejora dan memilih Elma? Kejora jadi tidak mempercayai ucapan Arjuna lagi meski terkadang jika mood Kejora sedang baik—perempuan itu akan bersikap manis terutama ketika jadwal mereka bercinta.Tidak sengaja Arjuna menoleh ke jendela dan mendapati sang istri berada di halamanan depan sedang melakukan peragangan menggunakan stelan olah raga untuk Ibu hamil lengkap dengan sepatu.“Sayaaaang?” panggil Arjuna setelah membuka jendela dengan tergesa-gesa.Kejora mendongak, menghalau pandangannya dari sinar mat
“Gadismu sudah tidur ... dia menyenangkan,” ujar Celena saat keluar kamar.Ditutupnya pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Kejora yang baru saja terlelap setelah menangis dan mencurahkan kembali isi hati kepada Celana setibanya mereka di Griya Tawang karena Marvin harus kembali ke kantor.“Dia menyukaimu,” balas Marvin, berdiri tepat di depan Celena dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana.Pakaiannya sudah lusuh selusuh raut wajahnya yang tampak lelah.Sebelum kembali ke kantor, Marvin membawa Kejora dan Celeneake Griya Tawang lalu meninggalkan mereka berdua di sana.Ia tidak mengira jika Celena mau menemani Kejora hingga dirinya pulang bekerja.“Aku pulang,” kata Celena dengan senyum manis.Langkahnya tertahan saat hendak melewati Marvin, pria itu mencengkram tangannya.“Terimakasih Celena,” ucap Marvin sambil menatap dalam bola mata hazel milik Celena.“Kamu ingat namaku?” Celena tampak terkejut.“Tentu ... baru siang tadi kamu memuaskanku.” Ekspresi menyebalk