Home / Rumah Tangga / Jerat Pesona Istri Simpanan / Bab 28. Kenyataan Pahit

Share

Bab 28. Kenyataan Pahit

last update Huling Na-update: 2025-05-24 09:23:17

Keesokan harinya...

Maudy merasa perutnya tiba-tiba mual. Ia langsung berlari ke kamar mandi, tubuhnya gemetar. Ia berjongkok di depan toilet. Rasa mual itu semakin kuat, ia muntah dengan hebat, seolah ingin mengeluarkan semua isi perutnya.

Maudy terduduk Iemas di lantai kamar mandi, tangannya masih memegangi toilet. Ia merasa lelah.

“Kenapa aku mual banget, ya? Padahal tubuhku gak panas.”

“Aku mandi aja kali ya, biar segeran.”

Di bawah shower, air hangat membasahi tubuhnya. Maudy mengucek mata, berharap dapat menghilangkan rasa lelah dan pusingnya. Ia merasakan air hangat menenangkan otot-otot yang tegang.

Setelah beberapa saat, Maudy merasa lebih segar. Ia keluar dari kamar mandi, tubuhnya terasa lebih ringan.

Maudy kemudian mengambil sejadah dan menggelarnya di atas karpet, lalu mengambil mukena dari lemari. Ia mengenakan mukena itu dengan perlahan, merasakan kainnya yang lembut menyentuh kulitnya.

Selesai sholat, Maudy berjalan menuju dapur. la ingin membuat secangkir coklat hanga
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 87. Akan Pulang?

    “Kamu kenapa sih Mas, senyum-senyum aneh gitu?” Tanya Maudy tiba-tiba, melirik suaminya dengan mata sedikit menyipit.Arya terkekeh, merasa tertangkap basah. “Gak apa-apa. Cuma senang liat Azzam belajar.” Jawabnya beralasan.“Senang lihat Azzam belajar, atau senang lihat Mama yang ngajar, Pa?” Timpal Azzam tiba-tiba, sejak tadi ia melihat bayangan dirinya dan Arya di cermin, dan jelas jika Ayahnya sejak tadi menatap Ibunya.“Azzam!!” Tegur Maudy, entah sejak kapan putranya ini suka menggoda.“Tapi Azzam liat Papa selalu liatin Mama, dari cermin keliatan.” Ungkap Azzam.“Wah Papa ketahuan, Iagian Mama Azzam cantik sih, Papa kan jadi gemes,” Jawab Arya tanpa ragu, membuat Maudy menggelengkan kepala.Meski berusaha tampak acuh, rona merah samar terlihat di pipi Maudy. Tidak ingin terlihat tersipu, ia mengalihkan perhatiannya kembali pada Azzam, sambil menunjuk soal berikutnya di buku.“Oke, sekarang coba ini. Satu tambah dua?” Tanya Maudy lagi.Azzam terdiam sejenak, lalu dengan yakin me

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 86. Senang...

    Arya dan Maudy melangkah menuju mobil. Mereka mau menjemput Azzam di sekolah.Saat Arya membuka pintu mobil, ia melirik Maudy dengan senyum khasnya, seakan mengajak bercanda.“Kamu mau ngapain, Mas?” Tanya Maudy curiga, saat melihat suaminya mendekat dengan ekspresi penuh tanya.Arya dengan santai mendekat, tangannya meraih sabuk pengaman di sisi Maudy, “Mau pasang seat belt, biar kamu aman!” Ucapnya lembut sambil tersenyum.Senyuman manis yang terbit di wajah Arya membuat Maudy refleks mendorong tubuh pria itu. la merasa risih dengan cara Arya yang terlalu perhatian.“Aku bukan anak kecil, Mas. Jadi gak perlu dipakein segala!” Jawab Maudy sambil mengerutkan alis, mencoba menjaga jarak.“Ya kan usaha, Maudy. Siapa tau nanti pas aku pasangin, terus kamu noleh eh ciuman deh,” Ucap Arya tertawa kecil.“Pikiranmu kotor, Mas. Buruan nyalain mobil deh, nanti Azzam keburu tantrum kalau kamu lama.” Ketus Maudy, kesal.Arya tertawa kecil dan mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. “Iya, iy

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 85. Terancam?

    Rayendra dan Elizabeth merasa lega saat mereka telah masuk ke mobil. Namun, baru saja Rayendra menyalakan mesin mobil, dari arah depan dua mobil hitam meluncur masuk ke halaman rumah Arya. Mobil-mobil itu berhenti tepat di depan pintu gerbang, menghalangi jalan keluar Rayendra. “Loh, itu siapa, Pa?” Tanya Elizabeth, panik. Rayendra mengernyitkan dahi, jantungnya berdegup kencang. “Gak tau, Ma. Tapi itu bukan mobil Arya,” jawabnya, ikit panik. Ia mulai merasakan ada yang tidak beres. Tiba-tiba, pintu mobil pertama terbuka, dan tiga pria berpakaian rapi keluar. Salah satu dari mereka, pria dengan postur tinggindan tubuh kekar, berjalan langsung menuju mobil Rayendra dan Elizabeth. Raut wajah pria itu penuh curiga, sorot matanya tajam. Ketegangan di dalam mobil Rayendra semakin terasa. Elizabeth menggenggam tangan Rayendra dengan erat dengan jantung berdebar-debar. “Apa mereka teman-teman Arya, Pa?” Tanya Elizabeth lagi. Pria itu sampai di sisi mobil Rayendra, mengetuk kaca jendel

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 84. Nekat

    Melihat usahanya sia-sia, akhirnya Arya menyerah, tapi bukannya pergi, ia memilih duduk di sofa yang berada di pojok ruangan. Dari tempatnya duduk, matanya tak lepas menatap Maudy yang sibuk bekerja. Di bawah sinar lampu yang menerangi ruangan, kecantikan istrinya tampak semakin menonjol, terutama ketika Maudy begitu serius dan fokus. Namun, pikiran Arya mulai melayang. Tanpa disadari, bayangan Maudy yang bekerja di mejanya beralih menjadi fantasi liar. Dalam benaknya, ia membayangkan bagaimana jika mereka bercinta di atas meja kerja itu, bayangan yang begitu hidup hingga terasa nyata. ‘Astaghfirullahaladzim... Apa-apaan aku ini? Bahkan untuk sekadar peluk aja, Maudy sering kali menghindar.’ Batin Arya menghela napas panjang. ‘Sabar, sabar...’ Batinnya lagi berusaha menenangkan diri. Untuk mengalihkan pikirannya, Arya meraih tas kerjanya, mengambil laptop yang memang sudah disiapkan. la membuka perangkat itu, mulai memantau pekerjaan di perusahaannya sendiri sambil sesekali mencu

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 83. Akhirnya...

    “Jadi, apa keputusan kamu, Maudy??” Tanya Arya membuka suara, suaranya terdengar tenang meski di dalam hatinya ada kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. Maudy menarik napas dalam-dalam, seakan mencoba mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan kata-kata yang sejak tadi tertahan di hatinya. “Seperti yang kamu bilang tadi siang, Mas... Aku akan memberimu kesempatan sekali lagi!” Jawab Maudy. Arya terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya melebar, seolah-olah ingin memastikan bahwa ia tidak salah dengar. “Kamu serius, Maudy? Kamu gak bohong kan?” Tanya Arya. Hatinya berdebar kencang, takut jawaban Maudy hanyalah bentuk simpati sesaat. “Iya, aku serius, Mas. Aku gak tega liat Azzam seperti tadi. Dia butuh kamu... Tapi jujur aku butuh waktu untuk menerimamu seutuhnya!” Jelas Maudy. Mendengar jawaban Maudy, hati Arya membuncah dengan kebahagiaan, “Makasih, Maudy... Makasih banyak.” Arya berdiri dan menarik Maudy ke dalam pelukannya. “Aku bahagia, Maudy.

  • Jerat Pesona Istri Simpanan    Bab 82. Keputusan Apa?

    Mendengar kata-kata itu, jantung Maudy berdetak semakin kencang. la merasa dadanya sesak oleh emosi yang tak terjelaskan. Sebagian dari dirinya ingin membalas ucapan Arya dengan kata-kata tajam, mengingatkan bahwa hubungan mereka tak lagi seperti dulu. Namun, ada bagian Iain yang tak bisa diabaikan, bagian yang masih merasa hangat dan aman mendengar dirinya disebut sebagai istri. Maudy hanya bisa diam, hatinya berperang antara kenyataan yang ia coba terima dan perasaan yang tak mampu ia kendalikan. “Kapan kamu kembali ke Jakarta, Mas?” Tanya Maudy mengalihkan pembicaraan. Arya yang baru saja mulai merapikan piring-piring di meja makan langsung terhenti. Tangannya seolah kehilangan tenaga. Sebuah rasa nyeri yang halus tapi tajam menusuk di dadanya saat mendengar pertanyaan itu. “Kenapa kamu gak suka banget aku di sini, Maudy??” Tanya Arya, sedikit bergetar. Maudy menggigit bibir bawahnya. Matanya tak lagi menatap Arya, melainkan terpaku pada makanan di depannya. “Hubungan kita ga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status