Beranda / Romansa / Jerat Pesona Mantan Posesif / Bab 3 : Menelan Pil Pahit

Share

Bab 3 : Menelan Pil Pahit

Penulis: Freesia Moon
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-30 19:02:25

Jordan berada di tempat tidur bersama seorang perempuan yang Nagita kenal dengan cukup baik semasa kuliah. Sepasang insan biadab yang tengah bercinta itu menghentikan aksi ketika mendengar teriakan.

"Teganya kau ...," Nagita berujar tidak menyangka. Kekecewaan tergambar jelas dari suaranya yang bergetar.

Alih-alih terkejut, Jordan hanya tersenyum nakal. Seolah ketahuan selingkuh bukan masalah besar sama sekali. Tidak ada penyesalan dari raut wajahnya yang tampan, yang kini terlihat memuakkan bagi Nagita.

"Pergilah sebelum calon istriku mengamuk," ujar pria itu pada Claudia yang semula berada di atas tubuhnya.

Perempuan selingkuhannya itu mengangguk patuh. Ia turun dari pangkuan Jordan dan tanpa rasa malu mulai memakai pakaian dengan santai, sedangkan Jordan hanya menutup senjata masa depannya saja, membiarkan dirinya hanya memakai boxer di hadapan Nagita.

"Kita belum selesai, Jordan,” ujar Claudia sembari mencium manja pipi Jordan, yang dibalas dengan senyuman tipis oleh pria itu.

Nagita menahan diri untuk tidak menjambak Claudia saat gadis itu melewatinya.

Ia biarkan Claudia meninggalkannya berdua bersama Jordan di kamar yang masih menguarkan aroma percintaan yang membuat Nagita semakin mual. Ia merasa jijik berada di sana.

"Jadi ini balasanmu?" Mata Nagita berkaca-kaca menatap Jordan. Selama ini, Nagita selalu mencoba menjadi yang terbaik untuk calon suaminya, tapi Jordan malah mengkhianatinya begitu dahsyat.

"Seharusnya aku tidak perlu menemuimu," Nagita buka suara lagi karena Jordan diam saja, seolah pria itu hanya menikmati sebuah drama.

Dada Nagita terasa sesak. "Dan seharusnya aku tidak perlu menjelaskan apapun."

Jordan kali ini merespon dengan tawa. Tidak ada sedikitpun rasa bersalah. Segala ungkapan kekecewaan yang dilontarkan calon istrinya, Jordan sungguh tidak memedulikannya.

"Jawab aku, Jordan!" Nagita mencoba mencari kebenaran di balik mata Jordan. Ia amat terpukul melihat reaksi Jordan yang begitu meremehkan perasaannya. "Apa kau selama ini tidak pernah mencintaiku?"

"Oh, kau baru menyadari itu, ya?"

Tubuh Nagita lemas seketika mendengar perkataan yang begitu enteng keluar dari mulut Jordan. Jadi ... selama ini ia hanya dibodohi?

Hati Nagita hancur berkeping-keping.

Ia mulai menyalahkan diri sendiri.

Seharusnya ia sedari awal menyadari gelagat Jordan, bukan terus menyangkal dan menganggap Jordan begitu mencintainya.

Rasa sakit itu membuat Nagita hendak berlari sejauh mungkin, tapi dengan sigap Jordan menghalangi pergerakan Nagita. "Sayang, aku nggak tahan," katanya sembari mempersempit jarak di antara mereka berdua.

Jordan masih belum puas menyalurkan nafsunya. Ia perlu menuntaskan hasrat yang masih menggebu tak tertahankan.

Nagita mundur perlahan, mulai menyadari bahwa ia kini terancam. "Jordan, jaga batasanmu. Aku akan—"

Sebelum sempat Nagita melanjutkan ucapannya, Jordan meraih pergelangan tangan Nagita, mencengkeramnya kasar.

"Ah ... sssaaakiiitttt ...," rintih Nagita.

"Sakit?" ulang Jordan. "Ini belum seberapa, Nagita. Aku akan membuatmu merintih penuh kenikmatan."

Dengan kasar Jordan mengempaskan tubuh calon istrinya di atas ranjang. "Kau milikku, Nagita."

Jordan menatap Nagita seperti predator yang siap menerkam mangsa.

"Jangan mendekat!" Nagita merangkak mundur dari atas kasur, panik mulai menjalar ke seluruh tubuh.

Wajah pucat Nagita membuat Jordan semakin bergairah.

Nagita menjerit ketika Jordan telah menindih tubuhnya, mengurungnya telak.

"Lepaskan aku, Jordan ...," mohon Nagita berusaha melawan. Ia mendorong dada bidang Jordan, tapi usaha itu terasa sia-sia. Tenaga Jordan jelas lebih kuat dari Nagita.

Melihat Nagita tak berdaya, Jordan terkekeh dengan tatapan yang semakin liar. "Aku begitu mendambakan tubuhmu ...." Jordan mengelus pipi Nagita. Ia semakin mendekatkan wajahnya sampai kening mereka bersentuhan.

Nagita rasanya ingin berteriak kencang, tapi suaranya seakan tertahan. Ia begitu ketakutan dan rasa takut itu seolah melumpuhkan dirinya.

Tanpa pikir panjang, Jordan melumat paksa bibir ranum calon istrinya.

"Hmmpttthh ...." Nagita memberontak. Ia kembali mendorong dada bidang Jordan. Namun, dorongan yang Nagita berikan justru melemah, semakin tak bertenaga. Mental dan fisiknya benar-benar kelelahan.

Air matanya mulai berjatuhan. Pemaksaan ini membuatnya terluka.

Setelah ciuman panas itu terlepas, keduanya lantas terengah-engah.

"Sekarang buka bajumu, Nagita."

Nagita menggeleng lemah. "J-jangan .... aku mohon ....," pinta Nagita dengan suara bergetar.

Jordan justru semakin bersemangat, mencoba merobek bajunya.

"Aku mohon, Jordan ...," pinta Nagita lagi. "Cukup ...."

Seakan semesta ikut mendengar permohonan Nagita, pertolongan itu datang menghampirinya. Aksi Jordan terpaksa terhenti ketika ponsel pria itu berdering.

"Sial!" maki Jordan kesal.

Merasa terganggu dengan dering ponsel yang terus berbunyi nyaring, pria itu terpaksa beranjak dari kasur dan melupakan sejenak aktivitasnya.

Kesempatan itu lantas diambil baik oleh Nagita. Kesibukan Jordan menjawab panggilan adalah kesempatan Nagita untuk kabur sekarang juga. Dengan langkah hati-hati agar tidak menimbulkan suara gaduh dan diketahui Jordan, Nagita berhasil keluar dengan selamat.

Nagita akhirnya sampai di lobby apartemen. Ia melangkah tertatih sembari menangisi nasibnya. Dadanya terasa sesak sampai perempuan itu menepuknya berulang.

Tidak lama dari situ, ia menemukan dirinya dalam hujan yang sekalipun tak mampu menyamarkan tangisan. Ia menjerit, meraung-raung penuh kepedihan.

Langkah Nagita terhenti sejenak saat Daniel datang, yang tiba-tiba muncul dengan sebuah payung di tangan, melindungi Nagita dari tetesan air hujan yang menjadi saksi bisu atas rasa sakit Nagita.

Daniel melihat ekspresi hancur di wajah Nagita.

"Apa yang terjadi?" Daniel bertanya lembut, ikut merasakan kesedihan Nagita. "Apa dia melukaimu?"

Nagita tidak mampu menjawab, suaranya tercekat. Ia tidak tahu lagi harus bercerita dari mana. Semua rasa sakit ini begitu membuatnya kehilangan harapan.

Daniel lantas merengkuh tubuh Nagita yang begitu rapuh, mencoba menguatkan Nagita.

Kelelahan, perempuan itu lantas ambruk di pelukan Daniel. Matanya terpejam damai.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 32 : Mulai Memupuk Dendam

    Nagita diam-diam melangkah menuju apartemen Jordan. Ini sudah larut malam, lorong apartemen sudah lenggang, menjadi kesempatan untuk Nagita lebih leluasa masuk dengan tenang. Jordan yang masih terkapar di rumah sakit adalah suatu kesempatan emas untuk Nagita. Ia bisa lebih leluasa mengobrak-abrik ruangan Jordan sampai ponselnya ditemukan. Setelah memencet tombol angka password apartemen Jordan, pintu lantas terbuka. Nagita melesat masuk, lalu menutup pintu dengan pelan agar tidak menimbulkan suara. Nagita nekat kembali menyelinap masuk, mengingat ia belum sepenuhnya menyusuri ruangan Jordan. Nagita belum puas sampai ponselnya berada tepat di tangannya. Sekarang ia harus fokus menemukan benda pipih itu hingga ketemu. Dengan langkah pelan tapi pasti, ia bergerak menuju ruang tengah. Ia menyapu ke seluruh ruangan, mencoba berpikir keras. Di mana pria itu menyembunyikan ponselnya? Apa berada di laci meja kerja? Nagita mengingat-ingat, ia pernah memeriksa sekilas saat itu. Dan seingatn

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 31 : Penangkapan Daniel

    Di ruang kerja Daniel yang luas dan tertata rapi, pria itu menatap layar ponselnya dengan perasaan tak karuan. Laporan yang ia terima dari Gilbert membuat ia spontan menggebrak meja. Jordan sialan! Apa pria itu belum puas mengusik Nagita? Rasanya kepala Daniel mendidih mengetahui kabar tersebut. Terlebih, ia terbakar cemburu saat Nagita masih menunjukkan kepedulian pada pria seberengsek Jordan. Hatinya tercabik panas saat tahu Nagita masih berbaik hati menemani Jordan di rumah sakit padahal pria itu jelas berniat jahat. Namun, yang membuat Daniel sedikit tenang adalah Nagita baik-baik saja. Perempuan itu aman berada di bawah pengawasan Gilbert dan Lucas. 'Aku segera menyusul.'Daniel segera mengirim pesan itu pada Gilbert. Rasanya Daniel tidak puas jika tidak melihat Nagita di depan matanya. Rasa rindu yang kian membesar tidak bisa lagi Daniel tahan. Daniel bisa gila jika rindu ini hanya sebatas rindu belaka. Ia perlu menyalurkan rindunya dengan menemui Nagita. Ia akan terus men

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 30 : Siapa Yang Nagita Cintai?

    Nagita mencium bau khas rumah sakit yang menyengat hidung. Ditemani Gilbert dan Lucas, Nagita berada dalam salah satu ruang rawat inap, berdiri di sisi ranjang kamar Jordan. Nagita menatap dalam layar monitor yang berbunyi pelan, menandakan bahwa Jordan masih hidup walaupun pria itu entah kapan akan terbangun. Ia terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Lengannya telah dipasangi selang infus. Luka lebam yang Jordan terima terlihat membiru. "Kau terlalu baik pada pria tidak tahu diri itu, Nona," simpul Gilbert sembari bersender di dinding dengan tangan bersedekap. Ada rasa kesal dalam hatinya melihat pria seberengsek Jordan masih bernyawa dan dilarikan ke rumah sakit atas permintaan Nagita. Nagita menghela napasnya, menatap Jordan sembari mengingat kenangan yang sempat mereka ukir bersama. "Dia mungkin pantas mendapatkan ini, tapi dia pernah menjadi bagian dalam hidupku. Aku tidak setega itu jika meninggalkannya terluka." "Jadi Nona masih mencintai Jordan ...," Luca

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 29: Dalam Sebuah Pengejaran

    "Aku tidak ingin anak dari Claudia. Aku hanya ingin punya anak darimu, Nagita." Bualan yang Jordan lontarkan membuat Nagita spontan menjaga jarak. Nagita mundur beberapa langkah saat matanya menangkap sorot penuh hasrat dari mata Jordan. "Menjauh dariku!" Nagita terus mundur, sampai akhirnya pergerakannya terhenti karena dinding yang membatasi. Jordan melangkah lebih dekat, menempelkan telapak tangannya ke dinding, mengurung Nagita dengan senyuman miring. "Aku hanya menginginkanmu, Nagita. Hanya kamu satu-satunya." Nagita benci situasi ini. Saat Jordan mengatakan omong kosong itu, membuat hatinya jelas teriris. Apa yang Jordan katakan sebagai satu-satunya? Nagita justru menyadari bahwa ia hanyalah salah satunya. Tanpa pikir panjang, Nagita mendorong dada Jordan sekuat tenaga. "Berengsek!" Nagita mulai berlari mendekati pintu. Jordan yang menyadari Nagita berniat kabur, dengan cekatan mengejar Nagita, mencengkeram pergelangan tangan Nagita dengan kuat. "Mau lari ke mana, Saya

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 28

    Nagita terbangun dengan nuansa yang nampak berbeda. Tidak ada lagi kamar putih gading yang luas tapi terasa seperti penjara saat ia membuka mata. Namun, meski begitu, ini juga bukan kamar lama Nagita setelah ia memutuskan pergi dari mansion Daniel. Ini kamarnya yang baru. Nagita membeli apartemen baru dengan black card milik Daniel. Entah Daniel menyadari ini atau tidak, yang jelas Nagita terpaksa bertahan hidup dengan kartu hitam yang berharga itu. Semua kebutuhannya bisa terpenuhi hanya dengan memegang kartu yang diberikan oleh Daniel. Mereka memang tidak lagi tinggal bersama, tapi kartu ini menjelaskan bahwa keduanya masih terikat. Tidak banyak yang Nagita lakukan di apartemen barunya. Aktivitasnya hanya merenungi nasib. Ia kehilangan semangat, menutup diri dari berbagai aktivitas. Untuk keperluan makan pun, ia lebih memilih gofood. Beberapa hari ini hanya kegiatan monoton dan memuakkan itu yang Nagita lakukan. Keluarganya pun tidak mencarinya. Ini semakin membuat Nagita kecewa

  • Jerat Pesona Mantan Posesif   Bab 27 : Pergi Menemui Ibu

    Semua barang milik Nagita berada di apartemen, dan sayangnya ia tidak punya akses untuk masuk ke dalam sana. Nagita merasa buntu, terjebak tanpa tahu jalan keluar. Nagita bahkan baru menyadari satu hal, ia tidak punya ongkos untuk pergi menemui keluarganya. Nagita merasa sendirian, seperti anak tersesat yang tidak tahu jalan pulang. Nagita lalu iseng meraba tas yang ia bawa, yang di dalamnya ia masukkan wig dan juga kacamata. Nagita merasa ... kedua benda itu akan ia gunakan di lain kesempatan. Firasatnya mengatakan benda itu penting untuk Nagita simpan. "Hah?" Dan betapa terkejutnya Nagita saat menemukan black card terselip di dalamnya. Daniel rupanya diam-diam memasukkan benda itu ke dalam tas Nagita. Perempuan itu sontak bernapas lega. Meski Daniel melepasnya pergi, tapi pria itu masih menunjukkan kepedulian yang nyata untuk Nagita. Namun .... Nagita ragu untuk menggunakan kartu eksklusif itu. Bukankah ia tak ingin terlibat lagi? Bukankah ia bertekad untuk tak mau merepotk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status