Share

Mampu Menghangatkan Rinai

"Kalau kamu kangen tidur bareng Rinai..."

Rinai mendongak agar bisa menatap suaminya dengan mata memicing. "Kamu nggak bisa ya kalau nggak menghinaku di depan orang lain?!" komentar Rinai atas pertanyaan yang Kala ucapkan kepada Rakha, sementara pria itu memilih untuk mendengus ketimbang menjawabnya.

"Loh, kan aku cuma tanya… apa mantan FWB-an kamu ini lagi kangen tidur bareng istriku atau gimana," balas Kala menahan tangan Rinai yang ingin menjaga jarak dengannya saat ini. Ia pun menyipitkan mata sebagai pertanda ketidaksukaannya dengan perubahan sikap Rinai, Kala ingin pernikahannya terlihat baik-baik saja, setidaknya di depan Rakha.

Sepertinya Kala tidak bisa untuk tidak membuat Rinai sedih dan kecewa, barang sehari saja… Hal itu pun membuat Rinai mulai merasa lelah untuk tetap menjaga rasa sabarnya.

"Bagaimana pun kalian pernah—koreksi, bagaimana pun kalian sering tidur bareng dan wajar kalau aku tanya," ucap Kala lagi, seolah tidak peduli dengan perasaan Rinai ketika dia mengungkit sisi kelam dari masa lalunya.

Rakha dan Rinai saling bertukar pandang untuk beberapa saat, dan tentu saja itu semua tidak luput dari perhatian Kala yang makin geram dan terbakar rasa cemburu.

Tapi menurut Rakha, sekecil apa pun aib masa lalu seorang istri, bukankah suami harus tetap menutupnya dengan baik? Bukan justru bertanya dan seolah-olah merelakan istrinya dirindukan oleh pria lain, kan?

Itulah alasannya, kenapa Rakha memilih untuk diam serta tidak menyuarakan kerinduannya—toh jika Rakha katakan bagaimana dia merindukan Rinai setiap detik pun, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa Rinai adalah istri pria lain.

Selagi Rakha sibuk dengan pikirannya sendiri, Rinai dan Kala pun terdengar mulai berdebat.

"Aku bahkan tidur bareng banyak pria di masa lalu," jelas Rinai berusaha untuk menjaga suaranya agar tidak bergetar. Bagaimana pun, Rinai telah bertekad untuk menanggalkan semua label tentang masa lalunya, ia kubur sedalam mungkin. "Nggak sekalian aja kamu kumpulin semua pria itu dan tanya, apakah mereka kangen buat dengar desahanku? Kamu nggak lupa kan, gimana rating-ku aplikasi itu? Kamu juga ingat dong... Rinai adalah pelacur termahal waktu itu dibanding rekanku yang lain?"

"Terus kamu merasa bangga dengan semua itu?" balas Kala mendelik kesal pada Rinai. "Kamu anggap itu sebagai prestasi, gitu?!"

Tentu saja perdebatan itu berhasil menarik perhatian Rakha yang langsung menggemeretakkan giginya, menatap Kala dengan marah. Dalam hatinya, Rakha mengumpat sejadi-jadinya atas semua ucapan Kala sore itu. Andaikan Kala tahu, justru ayah kandungnya lah yang membuat Rinai memilih jalan gelap tersebut.

Apakah Kala akan berlutut di kaki Rinai meminta maaf atas semua dosa Angkasa, juga meminta maaf karena telah mengecewakan istrinya ini.

"Istrimu mantan pelacur yang aku harap... kamu nggak lupa, kamu pernah hampir membunuh dan dibunuh hanya untuk merebut kesempatan untuk tidur bareng aku malam itu," ungkap Rinai mulai terbawa emosi. "Aku ini pelacur, jadi jangan tanya apakah pria yang pernah tidur bareng aku akan—"

"Cukup, Nai…" Rakha menarik bahu Rinai agar merapat ke dadanya yang bidang, tubuh kekarnya bergerak refleks untuk memberi sandaran ternyaman untuk perempuan itu. Satu tangannya mengelus punggung Rinai, satunya lagi menahan dada Kala yang ingin memisahkan mereka. "Kamu nggak perlu merendahkan dirimu di depan dia," bisik Rakha lagi.

Tentu saja adegan di depan matanya ini membuat Kala makin kesal. Tapi tatapan Shakira dari seberang ruangan tersebut membuat Kala terpaksa mengalah dan menahan diri untuk tidak menghajar Rakha yang masih saja memeluk istrinya, tepat di depan matanya sendiri.

"Aku istri orang, Kha," lirih Rinai saat sadar kalau tubuh yang menguarkan aroma maskulin ini bukanlah suaminya—tapi Rinai tidak bisa memungkiri kalau dia nyaman dan seperti ada beban yang perlahan hilang di kepalanya.

Perempuan berparas cantik itu mengangkat kepalanya dari dada Rakha, sedikit mendongak agar tatapan mereka bertemu sejenak.

Apakah berdosa, jika Rinai ingin tetap berada di tempat nyaman seperti ini? Tempat di mana dirinya diterima apa adanya? Hati yang begitu lembut dan terus berusaha menenangkannya, sejak dulu hingga kini? Apakah salah, jika Rinai ingin membandingkan perlakuan suaminya dengan pria lain?

Ah, pikiran Rinai makin kacau. Tatapan mata Rakha selalu menghangatkan jiwanya. Andai saja Rinai tidak bertemu Kala dan jatuh cinta pada suaminya itu, mungkin saat ini Rinai berada di keluarga yang menerimanya dengan baik, bahkan dengan masa lalunya yang seperti ini.

"Akhirnya sadar juga kalau kamu itu istri orang," ketus Kala menatap tidak suka ke arah Rinai. "Nggak baik berbuat mesum di depan suami sendiri. Dosa kamu, Nai."

"Pendosa teriak dosa mah susah, Kal," komentar Rakha bermaksud untuk membela Rinai.

Tanpa Kala dan Rakha ketahui, Rinai setuju dengan ucapan Rakha barusan. Sebab, bagaimana Kala mencium Lisa beberapa hari lalu masih teringat jelas olehnya. Kalau mau dibandingkan, apa yang Rina lakukan belum seimbang dengan apa yang dilakukan oleh suaminya tersebut.

Tidak ingin terus berdebat tentang kehidupan pribadi, Rakha pun berdehem pelan dan menyudahi situasi sengit ini.

"Ehem… mending sekarang kita bahas tentang pekerjaan, sebelum aku berubah pikiran untuk bantu perusahaan keluargamu," kata Rakha dengan arogan dan kembali dingin, seperti dirinya yang biasa. Dia pun menepuk pelan sofa di sampingnya, meminta Kala untuk duduk di sana. "Aku udah meluangkan waktu untuk datang ke sini soalnya. Bisa kita mulai pembahasannya sekarang?"

Berlagak seperti orang yang cukup berkuasa seperti sekarang, tentu saja hal itu membuat Kala merasa terhina dan sakit hati karenanya. Kala yakin seribu persen, kedatangan Rakha bukan semata-mata untuk membicarakan bisnis—Rakha mencuri kesempatan untuk bertemu Rinai, itulah hal yang ada di dalam pikiran Kala saat ini.

Di tengah kesibukannya yang luar biasa, mana mungkin Rakha bela-belain datang ke kediaman Shakira. Rakha tipikal pria yang menghargai waktu, baginya waktu adalah uang. Makanya pria itu bisa berada di puncak kesuksesan di usia tiga puluh tahun ini.

Berhubung mereka akan mulai membicarakan urusan pekerjaan, Rinai pun memilih untuk pamit dan meninggalkan dua pria itu, juga meninggalkan Shakira yang baru saja ikut bergabung di sana.

"Kamu tetap di sini, Nai," pinta Rakha mengangguk ramah, matanya mengamati reaksi Kala yang tentu saja mengerlingkan matanya dengan kesal.

"Aku kan nggak terlibat di Stay Entertainment," kata Rinai kebingungan.

Kala pun mengangguk setuju dengan jawaban Rinai, setidaknya ia merasa lega untuk saat ini. Tapi siapa sangka, komentar Rakha justru mengagetkannya.

"Kamu akan segera terlibat."

"Terlibat?!" komentar Shakira dan Kala serentak.

Rakha pun mengangguk penuh antusias sebelum menjawab, "Tante, aku bakal bantu Stay Entertainment yang nyaris bangkrut ini—asal Rinai terlibat di dalam kerja sama ini."

"Maksudnya?!" Kala terkejut dan menelik bingung ke arah Shakira.

"Rinai harus bekerja untuk Langit Group, aku mau Rinai jadi asisten pribadiku. Kalau tante dan Kala setuju, aku bakal siapkan kontrak kerja sama kita hari ini juga."

"HAH?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status