Home / Romansa / Jerat Pesona Wanita Panggilan / Mampu Menghangatkan Rinai

Share

Mampu Menghangatkan Rinai

Author: Dwina
last update Last Updated: 2023-07-11 09:08:45

"Kalau kamu kangen tidur bareng Rinai..."

Rinai mendongak agar bisa menatap suaminya dengan mata memicing. "Kamu nggak bisa ya kalau nggak menghinaku di depan orang lain?!" komentar Rinai atas pertanyaan yang Kala ucapkan kepada Rakha, sementara pria itu memilih untuk mendengus ketimbang menjawabnya.

"Loh, kan aku cuma tanya… apa mantan FWB-an kamu ini lagi kangen tidur bareng istriku atau gimana," balas Kala menahan tangan Rinai yang ingin menjaga jarak dengannya saat ini. Ia pun menyipitkan mata sebagai pertanda ketidaksukaannya dengan perubahan sikap Rinai, Kala ingin pernikahannya terlihat baik-baik saja, setidaknya di depan Rakha.

Sepertinya Kala tidak bisa untuk tidak membuat Rinai sedih dan kecewa, barang sehari saja… Hal itu pun membuat Rinai mulai merasa lelah untuk tetap menjaga rasa sabarnya.

"Bagaimana pun kalian pernah—koreksi, bagaimana pun kalian sering tidur bareng dan wajar kalau aku tanya," ucap Kala lagi, seolah tidak peduli dengan perasaan Rinai ketika dia mengungkit sisi kelam dari masa lalunya.

Rakha dan Rinai saling bertukar pandang untuk beberapa saat, dan tentu saja itu semua tidak luput dari perhatian Kala yang makin geram dan terbakar rasa cemburu.

Tapi menurut Rakha, sekecil apa pun aib masa lalu seorang istri, bukankah suami harus tetap menutupnya dengan baik? Bukan justru bertanya dan seolah-olah merelakan istrinya dirindukan oleh pria lain, kan?

Itulah alasannya, kenapa Rakha memilih untuk diam serta tidak menyuarakan kerinduannya—toh jika Rakha katakan bagaimana dia merindukan Rinai setiap detik pun, itu tidak akan mengubah kenyataan bahwa Rinai adalah istri pria lain.

Selagi Rakha sibuk dengan pikirannya sendiri, Rinai dan Kala pun terdengar mulai berdebat.

"Aku bahkan tidur bareng banyak pria di masa lalu," jelas Rinai berusaha untuk menjaga suaranya agar tidak bergetar. Bagaimana pun, Rinai telah bertekad untuk menanggalkan semua label tentang masa lalunya, ia kubur sedalam mungkin. "Nggak sekalian aja kamu kumpulin semua pria itu dan tanya, apakah mereka kangen buat dengar desahanku? Kamu nggak lupa kan, gimana rating-ku aplikasi itu? Kamu juga ingat dong... Rinai adalah pelacur termahal waktu itu dibanding rekanku yang lain?"

"Terus kamu merasa bangga dengan semua itu?" balas Kala mendelik kesal pada Rinai. "Kamu anggap itu sebagai prestasi, gitu?!"

Tentu saja perdebatan itu berhasil menarik perhatian Rakha yang langsung menggemeretakkan giginya, menatap Kala dengan marah. Dalam hatinya, Rakha mengumpat sejadi-jadinya atas semua ucapan Kala sore itu. Andaikan Kala tahu, justru ayah kandungnya lah yang membuat Rinai memilih jalan gelap tersebut.

Apakah Kala akan berlutut di kaki Rinai meminta maaf atas semua dosa Angkasa, juga meminta maaf karena telah mengecewakan istrinya ini.

"Istrimu mantan pelacur yang aku harap... kamu nggak lupa, kamu pernah hampir membunuh dan dibunuh hanya untuk merebut kesempatan untuk tidur bareng aku malam itu," ungkap Rinai mulai terbawa emosi. "Aku ini pelacur, jadi jangan tanya apakah pria yang pernah tidur bareng aku akan—"

"Cukup, Nai…" Rakha menarik bahu Rinai agar merapat ke dadanya yang bidang, tubuh kekarnya bergerak refleks untuk memberi sandaran ternyaman untuk perempuan itu. Satu tangannya mengelus punggung Rinai, satunya lagi menahan dada Kala yang ingin memisahkan mereka. "Kamu nggak perlu merendahkan dirimu di depan dia," bisik Rakha lagi.

Tentu saja adegan di depan matanya ini membuat Kala makin kesal. Tapi tatapan Shakira dari seberang ruangan tersebut membuat Kala terpaksa mengalah dan menahan diri untuk tidak menghajar Rakha yang masih saja memeluk istrinya, tepat di depan matanya sendiri.

"Aku istri orang, Kha," lirih Rinai saat sadar kalau tubuh yang menguarkan aroma maskulin ini bukanlah suaminya—tapi Rinai tidak bisa memungkiri kalau dia nyaman dan seperti ada beban yang perlahan hilang di kepalanya.

Perempuan berparas cantik itu mengangkat kepalanya dari dada Rakha, sedikit mendongak agar tatapan mereka bertemu sejenak.

Apakah berdosa, jika Rinai ingin tetap berada di tempat nyaman seperti ini? Tempat di mana dirinya diterima apa adanya? Hati yang begitu lembut dan terus berusaha menenangkannya, sejak dulu hingga kini? Apakah salah, jika Rinai ingin membandingkan perlakuan suaminya dengan pria lain?

Ah, pikiran Rinai makin kacau. Tatapan mata Rakha selalu menghangatkan jiwanya. Andai saja Rinai tidak bertemu Kala dan jatuh cinta pada suaminya itu, mungkin saat ini Rinai berada di keluarga yang menerimanya dengan baik, bahkan dengan masa lalunya yang seperti ini.

"Akhirnya sadar juga kalau kamu itu istri orang," ketus Kala menatap tidak suka ke arah Rinai. "Nggak baik berbuat mesum di depan suami sendiri. Dosa kamu, Nai."

"Pendosa teriak dosa mah susah, Kal," komentar Rakha bermaksud untuk membela Rinai.

Tanpa Kala dan Rakha ketahui, Rinai setuju dengan ucapan Rakha barusan. Sebab, bagaimana Kala mencium Lisa beberapa hari lalu masih teringat jelas olehnya. Kalau mau dibandingkan, apa yang Rina lakukan belum seimbang dengan apa yang dilakukan oleh suaminya tersebut.

Tidak ingin terus berdebat tentang kehidupan pribadi, Rakha pun berdehem pelan dan menyudahi situasi sengit ini.

"Ehem… mending sekarang kita bahas tentang pekerjaan, sebelum aku berubah pikiran untuk bantu perusahaan keluargamu," kata Rakha dengan arogan dan kembali dingin, seperti dirinya yang biasa. Dia pun menepuk pelan sofa di sampingnya, meminta Kala untuk duduk di sana. "Aku udah meluangkan waktu untuk datang ke sini soalnya. Bisa kita mulai pembahasannya sekarang?"

Berlagak seperti orang yang cukup berkuasa seperti sekarang, tentu saja hal itu membuat Kala merasa terhina dan sakit hati karenanya. Kala yakin seribu persen, kedatangan Rakha bukan semata-mata untuk membicarakan bisnis—Rakha mencuri kesempatan untuk bertemu Rinai, itulah hal yang ada di dalam pikiran Kala saat ini.

Di tengah kesibukannya yang luar biasa, mana mungkin Rakha bela-belain datang ke kediaman Shakira. Rakha tipikal pria yang menghargai waktu, baginya waktu adalah uang. Makanya pria itu bisa berada di puncak kesuksesan di usia tiga puluh tahun ini.

Berhubung mereka akan mulai membicarakan urusan pekerjaan, Rinai pun memilih untuk pamit dan meninggalkan dua pria itu, juga meninggalkan Shakira yang baru saja ikut bergabung di sana.

"Kamu tetap di sini, Nai," pinta Rakha mengangguk ramah, matanya mengamati reaksi Kala yang tentu saja mengerlingkan matanya dengan kesal.

"Aku kan nggak terlibat di Stay Entertainment," kata Rinai kebingungan.

Kala pun mengangguk setuju dengan jawaban Rinai, setidaknya ia merasa lega untuk saat ini. Tapi siapa sangka, komentar Rakha justru mengagetkannya.

"Kamu akan segera terlibat."

"Terlibat?!" komentar Shakira dan Kala serentak.

Rakha pun mengangguk penuh antusias sebelum menjawab, "Tante, aku bakal bantu Stay Entertainment yang nyaris bangkrut ini—asal Rinai terlibat di dalam kerja sama ini."

"Maksudnya?!" Kala terkejut dan menelik bingung ke arah Shakira.

"Rinai harus bekerja untuk Langit Group, aku mau Rinai jadi asisten pribadiku. Kalau tante dan Kala setuju, aku bakal siapkan kontrak kerja sama kita hari ini juga."

"HAH?!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Kecemburuan Dua CEO

    "Kita kan nggak bisa memilih, pada siapa hati ini akan jatuh."Rakha menatap mata Rinai dengan lekat. "Ya, kita nggak pernah bisa memilih tentang jatuh cinta. Tapi kita bisa memutuskan, siapa yang akan menetap dan bertahan di hati kita. Dan aku tahu, aku nggak cukup berarti untukmu kan, Nai?""Hm?""Karena pada akhirnya kamu memilih untuk pergi dan meninggalkanku tanpa penjelasan," jawab Rakha dengan tenang."Untuk kebahagiaan kamu, Kha.""Untuk kebahagiaanmu, bukan aku."Rinai mengulas senyum tipis seraya mengangguk pelan. Seakan tengah mengiyakan pernyataan Rakha barusan. "Kamu harus melepaskan sesuatu agar kamu bisa memulai hal yang baru.""Seperti kamu yang memulai semua dengan Sambara?" tembak Rakha."Mungkin," dusta Rinai yang sebenarnya belum memulai hubungan dengan siapa pun.Mendengar jawaban Rinai, tentu saja itu membuat pikiran Rakha langsung menggila. Ia condongkan wajahnya pada perempuan itu, lebih dekat dan lebih rapat lagi. Rakha tancapkan tatapan matanya, tepat di mani

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Tidak Adil Rasanya, Nai...

    "Nai…" Langkah Sambara terhenti di ambang pintu masuk hotel mewah, tempatnya akan bertemu klien penting hari ini. Tangannya bergerak cepat menahan pergelangan Rinai, lalu tersenyum bimbang ke arah perempuan yang justru mengerutkan keningnya dengan heran. "A—aku boleh minta tolong, nggak?""Hm? Kenapa? Tolong apa?" balas Rinai dengan balik bertanya. "Kamu sakit? Pusingnya kumat? Atau gimana? Diare lagi? Panic attack-nya kumat-kah?" todong Rinai dengan cemas, mengusap-usap lengan dan bahu Sambara dengan khawatir.Di tempatnya, Sambara mengangguk samar. Meminta Rinai menggenggam jemarinya—seperti biasa setiap kali dia panik—hanya saja, kali ini Sambara tidak benar-benar sedang mengalami gejala panic attack seperti biasa.Dengan cemas, Rinai menautkan jemari mereka tanpa ragu sedikitpun. "Tenang, Sam… Ada aku di sini, kamu nggak sendiri kok. Tenang ya, tarik napas dalam dan lepaskan perlahan," ucap Rinai berusaha menenangkan Sambara yang mengikuti ucapan wanita itu tanpa pikir panjang.Beb

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Cintaku Tertinggal di Masa Lalu

    Tiga tahun telah berlalu…"Jangan takut membuka hati hanya karena masa lalumu. Trauma bisa dipulihkan, jadi jangan abaikan orang-orang yang ingin mendekatimu hanya karena ketakutanmu mengulang kisah pahit di masa lalu."Rinai tetap fokus pada layar laptopnya, mengabaikan pria yang sedari tadi berdiri di sampingnya—bahkan, berada di sisinya puluhan bulan terakhir."Rinai… semua orang ada masanya, setiap masa, pasti ada orangnya. Kamu pernah dengar itu, kan?" bisiknya lagi meksipun dia tahu, Rinai akan tetap mengabaikannya. "Nai, biarkan aku menjadi orang yang akan menghapus jejak-jejak luka di hatimu. Siapa tahu, akulah orang yang dijadikan Tuhan sebagai jawaban dari doa-doa yang selalu kamu minta."Suara tawa Rinai memecahkan keheningan yang sedari tadi berusaha diciptakan olehnya. Beberapa kali pukulan pelan melayang ke lengan lelaki yang ikut terkekeh melihat bagaimana kedua mata Rinai terpicing karena tawanya. Meskipun berulang kali menyatakan cinta, dan berulang kali juga diabaika

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Dia Mati, Tapi Tidak Dengan Traumaku

    "Nai.""Hm?" Rinai bergumam pelan, tanpa menoleh ke arah Rafko yang berdiri tepat di belakangnya.Tampak ragu, tapi akhirnya Rafko menceritakan apa yang baru saja ia temukan di layar gawainya. Sembari mengarahkan portal berita yang sejak tadi ia baca. "Angkasa ditemukan tewas di kamarnya," jelas Rafko.Awalnya Rinai terlihat enggan untuk mengamati layar ponsel yang Rafko sodorkan ke arah matanya, tetapi kalimat sepupunya itu berhasil menyita perhatian Rinai hingga dia bergerak refleks untuk meraih benda pipih itu dan menggulir layarnya.Keningnya mengerut, lantas menggigit ujung bibirnya berulang kali. Jemarinya terus mencari-cari berita yang berkaitan dengan insiden tersebut."Pihak kepolisian sudah menyatakan kalau Angkasa bunuh diri, tapi beberapa rumor aneh juga lagi beredar di Indonesia."Rinai mengangkat wajahnya, menatap Rafko dengan wajah bingung dan penuh tanda tanya.Seolah tahu maksud dari tatapan itu, Rafko pun segera mengatakan, "Ada rumor yang mengatakan kalau Angkasa se

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Menghamili Wanita yang Sama

    "Jawab pertanyaanku, Pa!" desak Kala setelah mendorong ayahnya ke arah balkon kamar pria tersebut. "Apa benar papa telah memerkosa Rinai dan membuatnya hamil?!"Sorot amarah dan kebencian tidak bisa dipungkiri dari tatapan mata Kala saat ini. Ia melotot, seolah akan memakan Angkasa hidup-hidup saat ini juga."Jawab!" hardiknya lagi."Omong kosong macam apa itu, Kal?" Angkasa berusaha untuk membantahnya. "Mana mungkin papa melecehkan istrimu sendiri. Kamu tahu sendiri kan kalau Rinai itu mantan pelacur, jadi—"Kala mencekik leher sang ayah, membuat pria paruh baya tersebut tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Papa melecehkan dia jauuuuh sebelum Rinai menjadi wanita panggilan," tuding Kala kembali berapi-api. "Dan papalah yang membuat Rinai terjerumus dalam dunia gelap itu. Papa yang menghancurkan hidup Rinai, sampai dia putus asa dan akhirnya memilih jalan untuk melacur. Karena papa, semua karena papa!"Mendengar bagaimana lantangnya suara putranya ketika menguak tentang dosa-dosanya, A

  • Jerat Pesona Wanita Panggilan   Pelacur Pribadi

    +628137232—Nai, kamu ke mana? Kamu kok nggak ngomong kalau kamu akan pergi?+628137232—Nggak begini caranya Nai… Aku nggak akan cegah kamu untuk meninggalkanku, tapi aku terlalu khawatir tentang keadaanmu. Kabari aku begitu kamu baca pesan ini. Kamu tahu kan, kamu adalah duniaku. Kamu adalah impianku, dan aku menunggumu tak peduli harus menghabiskan jutaan menit untuk bisa memilikimu.Rakha menghela napas panjang setelah mengirimi pesan yang tidak pernah mendapat respons, bahkan setelah sebulan berlalu dan Rakha masih terus melayangkan pesan itu pada Rinai.Lelaki itu mendekatkan gawai ke telinganya, dan tetap sama… Nomor Rinai di luar jangkauan dan bahkan whatsapp-nya pun tidak pernah aktif lagi. Membuat Rakha frustasi berulang kali, setiap hari."Kamu ke mana sih, Nai?" lirih Rakha melirik ke arah jendela ruang kerjanya. Menatap gedung menjulang tinggi yang sejajar dengan tempat duduknya saat ini, namun pikirannya tidak berada di tempat tersebut.Makin frustasi, Rakha mencengkram ke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status