Share

Tuduhan yang Menyakitkan

"Bagaimana dengan tawaran mamamu kemarin lusa?"

Langkah Rinai terhenti di ujung tangga saat mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut Angkasa, ayah mertuanya.

Rinai baru saja pulang dari rumah sakit dan dia pikir, tidak ada seorangpun di rumah ini. Toh juga Rinai pulang menggunakan taksi tanpa ada yang menghiraukan kepulangannya. Rinai membalikkan badan dengan ragu dan juga sedikit canggung, khawatir kalau Shakira tiba-tiba datang dan kembali menghajarnya seperti empat hari yang lalu.

Sejujurnya, ada luka dan trauma di hati Rinai. Membayangkan bagaimana Shakira memukulnya tempo hari, masih bagai mimpi buruk baginya.

"Nai," panggil Angkasa dengan lembut.

Rinai memejamkan matanya untuk beberapa detik, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bertemu tatap dengan Angkasa. "Saya nggak mau ada salah paham lagi," lirih Rinai pelan.

"Saya minta maaf, Nai." Angkasa mendekat ke arah Rinai dan menatap perempuan itu dengan teduh. Terlihat ketulusan dari pancaran matanya saat ini. "Maaf untuk semuanya—maaf untuk masa lalu yang ternyata membuatmu jadi menderita dan juga maaf untuk kejadian kemarin."

Rinai tak menanggapinya sama sekali.

"Maaf karena kegilaan saya, kamu jadi kehilangan banyak hal dalam hidupmu. Saya benar-benar menyesal dan—"

"Andaikan permintaan Anda bisa mengembalikan Ibu saya… andai ucapan maaf itu bisa menghidupkan kembali anak saya… mungkin saya akan memaafkan Anda, Pak Angkasa…"

Angkasa terbelalak kaget. Meskipun telah empat tahun berlalu, tapi Angkasa tidak pernah tahu bagaimana nasib Rinai setelah terjebak skandal dengannya dan mereka kembali dipertemukan saat Kala mengenalkan perempuan ini sebagai calon istrinya, enam bulan yang lalu.

Angkasa kembali mendekat dan berniat untuk meraih jemari Rinai, namun ditepis oleh menantunya dengan cepat. "Nai, lebih baik kamu terima tawaran Shakira. Tinggalkan Kala dan kamu bisa mulai hidup yang lebih baik di luar sana. Setidaknya, kamu nggak akan disakiti lagi."

Mendengar penuturan Angkasa, Rinai langsung tergelak dan menjawab, "Agar Anda merasa bebas dari semua rasa bersalah? Ingat ya… saya kehilangan Ibu dan anak saya karena ulah Anda, saya nggak akan—"

"Tapi saya menyukai kamu, Nai." Angkasa berkata dengan lugas dan tegas, berusaha meyakinkan Rinai. "Bahkan sejak pertama kali kita bertemu lima tahun yang lalu. Nggak ada yang berubah sama sekali, kalau pun dulu saya sengaja jebak kamu di ruang kokpit, ya karena saya nggak tahu lagi harus melakukan apa agar bisa memiliki kamu. Tapi bukan berarti kamu justru jadi milik anak saya, Nai…"

Rinai menggelengkan kepalanya berulang kali. Entah kenapa, Rinai rasanya begitu jijik mendengar pengakuan yang keluar dari mulut lelaki paruh baya di hadapannya ini.

Entah untuk keberapa kalinya juga, Rinai mengutuk pertemuannya dengan Kala. Siapa sangka, lelaki yang membuatnya jatuh cinta ternyata anak dari bajingan yang telah merenggut segalanya dari hidup Rinai. Bahkan, ketika Rinai menyangkal perasaannya dan kabur dari Kala—semesta menyatukan mereka kembali dengan segala drama yang ada di dalamnya.

"Terima tawaran Shakira ya, Nai," bujuk Angkasa sekali lagi. Ia raih kedua tangan Rinai dan menggenggamnya dengan erat. "Hiduplah dengan tenang di luar sana, soalnya kamu nggak akan pernah menang melawan Shakira. Dia bukan lawan yang sepadan untukmu, percaya sama saya."

Rinai menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. "Saya nggak pernah mundur, apalagi setelah istri Anda membu—"

Angkasa langsung memotong kalimat Rinai, "Pergi dari sini dan tinggalkan Kala selamanya. Saya ngomong begini, karena saya menyayangi kamu. Saya mencintai—"

"Mencintai Rinai, maksudnya?!"

Spontan, Rinai memejamkan kedua matanya dengan kuat ketika telinganya menangkap suara Kala dari arah pintu utama rumah itu. Derap langkah tergesa-gesa dari arah sana juga terdengar jelas olehnya, membuat Rinai sudah bisa menerka apa yang akan terjadi.

"Pa!" bentak Kala melepas genggaman tangan Angkasa dari tangan Rinai. "Jawab aku, Pa!" tambahnya lagi dengan nada tinggi dan ada kilatan emosi di wajahnya. "Papa mencintai istriku? Kalian saling mencintai?!"

Perlahan, Rinai memberanikan diri untuk menatap kenyataan yang ada di hadapannya dan secara bersamaan Kala pun melirik ke arahnya dengan kening mengkerut. Rinai pun menggeleng untuk membantah ucapan suaminya.

"Menyayangi dan mencintai… apa maksud semua ini, Nai?" lirih Kala menatap kecewa ke arah istrinya. "Ada apalagi yang aku nggak tahu di rumah ini, hm?" Kala menatap Angkasa dan Rinai secara bergantian, tatapan yang menuntut jawaban dari dua orang di hadapannya.

Belum sempat Rinai dan Angkasa menanggapi, mata Kala terpaku pada perut Rinai. Kala terkejut. Perlahan, tangannya bergerak untuk memastikan apa yang ia lihat.

"Nai, anak kita…" Suaranya terdengar berat dan juga bergetar. Kala berdiri dengan kedua lututnya di depan Rinai, tangannya masih meraba untuk memastikan tidak ada lagi calon buah hatinya di sana.

Lirikan pada Rinai mengiringi gerak tangan Kala dan saat itulah tangisnya kembali pecah.

"Kamu sengaja menggugurkan anak kita, Nai?" tuding Kala menatap nanar ke arah perut istrinya, sebelum akhirnya mendongak agar tatapannya dan Rinai saling bertemu. "Bisa-bisanya kamu nggak kasih kabar apapun ke aku—bahkan setelah dengan sengaja kamu bunuh anak aku, Nai?" Ia guncang tangan Rinai sekuat tenaga, tidak peduli dengan suara isak tangis istrinya.

Rinai makin meraung dan tangisnya tidak bisa dikendalikan lagi.

"Kamu aborsi setelah usia kandungan sebesar itu, Nai? Kenapa, Nai? Kenapa?!" desak Kala yang terus mengguncang tubuh Rinai hingga perempuan itu kehilangan keseimbangan. Rinai terhenyak di lantai, tapi Kala terus meremas bahunya dengan keras.

"Kal, ini bukan salah Rinai. Ini salah papa," ucap Angkasa menarik lengan Kala yang langsung melotot ke arahnya. "Semua nggak seperti yang kamu pikirkan."

Kala makin tersulut emosi saat mendengar ucapan sang ayah. Kedua tangannya dengan refleks berpindah ke kerah kemeja Angkasa. "Jadi kalian sepakat untuk menggugurkan bayi itu? Hubungan kalian sudah sejauh mana, hah?!"

"Kal…"

"Jangan bilang kalau kalian berdua udah lama selingkuh di belakang aku dan juga mama," tuduh Kala dengan geram, menoleh ke belakang dan menatap Rinai dengan marah. "Tega banget kamu, Nai…"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status