Share

Semakin penasaran

*Happy Reading*

"Mama, kenapa kita pulang sekarang? Kenapa gak tunggu Papa?"

Navisha tersenyum lembut menanggapi tanya sang anak. Tangannya lalu terulur mengusap sayang kepala si buah hati, yang memang selalu cerewet dan banyak bertanya.

"Mama kan udah sembuh, makanya sudah boleh pulang kata dokter." Navisha menjawab sebisanya.

"Tapi kenapa gak tunggu Papa?"

"Kan Papa kerja."

"Tapi nanti Papa nyariin, gimana?"

"Kenapa harus nyariin. Kan kita pulangnya ke rumah. Kalau Papa mau mencari, pasti datang ke rumah." Navisha masih berusaha menjawab setenang mungkin. Berbanding terbalik dengan hati dan otaknya yang penuh dengan rasa was-was.

Masalahnya, Angel itu anaknya cukup kritis. Kalau sudah menuntut jawaban, sebisa mungkin harus detail dan masuk logikanya. Kalau tidak, pasti akan terus di cecarnya.

"Memang Papa tahu rumah kita?" Angel masih mencecar.

"Tahu." (Semoga tidak) Navisha menambahkan dalam hatinya.

"Kalau misal Papa gak datang, gimana?" Angel sepertinya belum mau melepaskan ibunya.

"Itu berarti, Papa kembali sibuk dan harus pergi keluar kota."

Seketika wajah Angel pun berubah sendu mendengar jawaban sang Mama. Sedih membayang di wajah cantiknya. Hatinya seakan tak ingin menerima alasan sang ibu.

"Kenapa sih, Papa harus kerja jauh. Kan kerja dekat juga bisa," keluhnya kemudian.

"Ya kan Papa ikut kata Bos-nya."

"Tapi Angel masih kangen Papa. Baru juga ketemu." Anak itu mulai merajuk.

"Eh, gak boleh gitu Angel. Papa kerja juga kan buat kita. Buat sekolah Angel dan buat beli mainan-mainan Angel. Makanya, Angel gak boleh kayak gitu, ya? Kasian Papa. Nanti kerjanya gak tenang."

"Ya tapi kan, Angel masih kangen, Mah. Angel baru liat Papa hari ini. Sebelumnya, Papa gak pernah keliatan."

Diam-diam Navisha menggigit bibir bawahnya. Mulai bingung harus berbohong seperti apa lagi pada Angel. Bukan Navisha tak mengerti perasaan Angel, tapi ia pun tak tahu lagi harus bagaimana menghindari pertanyaan Angel tentang sang ayah. Juga ingin agar gadis kecilnya tak terpengaruh pada ucapan pria yang selama ini mengejarnya.

Salahnya memang melibatkan William, sang mantan terindah di masa lalu. Waktu itu Navisha pikir karena William jauh di luar kota. Maka kebohongannya akan aman. Akan tetapi, siapa sangka ternyata pria itu hadir di kota ini. Bertemu dengan Angel dan kini .... entah bagaimana lagi Navisha harus mempertahankan kebohongannya.

Navisha juga tidak bisa membayangkan bagaimana bingungnya William menghadapi hal ini. Karena faktanya, meski William jahat dan selalu melukai hati Navisha di masa lalu. William bukanlah seorang brengsek yang suka merisak wanita.

"Namanya juga sibuk, Nak. Kita harus memakluminya."

"Ah, begitu terus. Angel bosen sama jawaban Mama!" Pada akhirnya bocah itu pun ngambek. Merengut lalu menyembunyikan wajah pada pangkuan wanita yang memang Navisha bayar sebagai Baby Sitter untuk anaknya.

Melihat Angel merajuk. Navisha membiarkannya. Paling juga sebentar lagi tidur. Dari pada itu, lebih baik memikirkan hari esok. Navisha benar-benar berharap, Angel ataupun dirinya tak pernah bertemu dengan William lagi. Navisha tidak tahu harus bersikap bagaimana jika sampai itu terjadi.

"Nav, jadi ... Bapaknya Angel itu sebenarnya siapa? Pria tadi atau ...." Melihat Angel sudah tertidur di belakang bersama penjaganya. Nisa yang hari ini kebagian menjaga dan menjemput Navisha pun memberanikan bertanya.

"Pria tadi gak ada hubungannya sama sekali dengan Angel." Navisha memjawab malas.

"Lalu? Kenapa Angel memanggilnya Papa? Kata dia, lo yang bilang." Nissa makin menuntut.

"Gue gak punya pilihan, Nis," desah Navisha lelah. "Angel terus bertanya siapa Bapaknya. Sementara Bapaknya sendiri pun ... ya, lo tahu gimana pria itu, kan? Waktu itu gue cuma gak mau sampai Angel terpengaruh brengsek itu dan ... ninggalin gue. Makanya gue terpaksa bohong. Sampai kapan pun, gue gak akan biarin bajingan itu merebut Angel dari gue," ungkap Navisha akhirnya. Membuat Nissa ikut mendesah panjang penuh beban.

Hidup Navisha memang sulit dan rumit.

"Terus gimana sekarang? Gimana kalau pria tadi datang lagi dan nuntut penjelasan? Gue liat mukanya tadi shock banget soalnya."

Pastilah! Meski Navisha dan William pernah punya hubungan di masa lalu. Pacaran kata tepatnya. Tetapi, gaya pacaran mereka bersih. Tidak macam-macam dan keluar jalur seperti kebanyakan anak jaman sekarang.

Paling banter ciuman bibirlah. Itu pun tidak sering dan tidak pake nafsu. Lebih ke ciuman sayang. Selain itu ... ah, sialan! Kenapa coba Navisha malah diingatkan keintiman mereka? Kan, mereka udah putus. Udah punya jalan masing-masing juga. Bahkan Navisha yakin, saat ini William juga pasti sudah menikah. Bukankah, dulu William meninggalkannya karena menuruti perjodohan orang tuanya.

"Justru itu yang lagi gue pikirin sekarang." Navisha pun menutup obrolan begitu saja. Membuat Nissa tak bisa lanjut bertanya.

Sementara di tempat lain. William masih merenung di ruang kerjanya, sambil sesekali memijat keningnya yang tiba-tiba pusing memikirkan kejadian hari ini. Tepatnya pertemuan tak terduganya dengan Navisha dan ... Angel.

Angel? Benarkah dia anaknya? Tetapi, bagaimana bisa? Melakukannya saja dengan Navisha tidak pernah. Bagaimana bisa lahir Angel?

Mungkin Angel adalah anak Navisha bersama pria lain. Tetapi, kenapa harus William yang dikenalkan Navisha sebagai ayah anak itu? Ada apa dengan ayah kandungnya, sampai Navisha tak mau mengenalkannya pada Angel? Mungkinkah ...

"Malam, Pak?"

Lamunan William pun seketika buyar. Saat seorang pekerjanya meminta atensi begitu saja. Pekerja yang tadi dia tugaskan untuk mengawasi Navisha dan Angel di rumah sakit.

"Malam. Bagaimana? Apa perempuan itu sudah siuman?" William pun tak ingin berbasa basi.

"Maafkan saya, Pak. Tapi saya tidak bisa menemukan mereka," jawab pria itu menunduk dalam.

"Maksudnya?" tanya William tak mengerti.

"Saat saya sampai rumah sakit. Ternyata Nona Navisha sudah keluar, Pak. Beliau tidak jadi rawat inap di rumah sakit itu."

Apa? Tidak jadi rawat inap? Kenapa? Bukannya tadi kondisinya lumayan memperihatinkan. Kenapa Navisha tidak ingin rawat inap? Mungkinkah .... Batin William semakin bergulat.

"Kamu yakin? Atau mungkin, dia pindah rumah sakit?" William tak begitu saja menerima info barusan.

"Saya sudah mengecek rumah sakit lain dekat sana. Dan memang, tidak ada pasien dengan nama Navisha. Ataupun pasien pindahan dari rumah sakit lain. Karena itulah, saya yakin Nona Navisha memang memilih pulang ke rumahnya. Bukan pindah rumah sakit."

Ini semakin aneh! Kenapa Navisha bertidak seolah sengaja menghindarinya? Apa yang sebenarnya gadis itu sembunyikan?

"Tapi, Pak. Ada hal lain yang ingin saya sampaikan." Suruhannya kembali bersuara.

"Apa?" tanya William mencoba tetap tenang, meski sebenarnya, dalam hati sangat penasaran.

"Menurut informasi yang saya dapatkan dari salah satu perawat di sana. Dalam kartu identitas Nona Navisha, tertulis bahwa beliau single dan belum menikah."

Apa?!

Bagaimana bisa?

Lalu ... Angel? Anak siapa sebenarnya?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
s angel anak siapa mih atau jangan" anak saudara navisah mungkin
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
William...kenapa kau tadi tak langsung bertanya pada Navisha?
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
jdi sebenernya siapa ayahnya angel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status