Navisha dan William pernah bersama saat di bangku sekolah menengah atas. Tapi, bukan cinta monyet penuh dengan romantika remaja, seperti pada umumnya. Navisha hanya seorang gadis bodoh yang terlalu mengagumi William, dan selalu mengalah walau disakiti seperti apapun. Hingga saat menjelang kelulusan. Navisha mendengar kabar pertunangan William dengan anak rekan bisnis orang tuanya. Navisha pun menyadari, mungkin sudah saatnya menyerah untuk hubungan penuh toxic itu. Akhirnya Navisha pun pergi, tanpa mengucapkan kata perpisahan pada sang pujaan hati. Lima tahun berlalu. Mereka pun di pertemukan kembali oleh sang takdir. Sayangnya, hati Navisha masih terlalu sakit untuk menerima William lagi. Luka itu bahkan masih kerap berdarah kembali hanya dengan melihat wajah William. Nahasnya, pada saat bersamaan. Navisha terlibat kasus hukum, yang mengharusnya segera mempunyai pendamping hidup, agar bisa mempertahakan hak asuh anaknya. "Aku rela melakukan apapun untukmu, Nav. Asal kau mau memaafkanku, dan kembali bersamaku," ucap William dengan sungguh-sungguh. "Termasuk mengalihkan seluruh hartamu atas namaku?"
View More*Happy Reading*
William tersentak kaget saat sesuatu menubruk kakinya. Hampir saja dia terjatuh. Bukan karena besarnya dorongan yang menabraknya barusan, melainkan karena tak siap dengan hal itu. Beruntung dia lumayan sigap. Juga, yang menumbruknya hanya hal kecil. Atau, lebih tepatnya tubuh kecil setinggi pahanya, yang kini memeluk erat kakinya sambil menangis."Papa! Papa!"Hah?! Apa katanya? Papa? Siapa yang bocah ini maksud?"Astaga, Angel! Kamu ngapain, Nak? Jangan sembarangan peluk orang!"Tak lama, seorang perempuan menghampiri dengan tergopoh-gopoh. Tidak muda, tidak juga tua. Katakanlah dewasa menjelang tua. Perempuan itu lalu berusaha menarik bocah yang kini masih memeluk kaki William dengan erat sekali.Mungkin wanita ini ibunya."Gak mau! Gak mau! Angel mau sama Papa! Sama Papa!" Namun, gadis kecil yang sepertinya bernama Angel itu menolak. Menggeleng dan malah makin mengeratkan pelukannya pada kaki William.Sama halnya dengan William, wanita itu pun mengerut bingung. Dia mengerjap, melirik William takut-takut, lalu kembali ke arah si bocah."Jangan gitu, Angel. Papa Angel kan lagi kerja jauh. Yuk, kita ke Mama lagi. Mama nungguin, loh." Wanita itu berusaha membujuk.Tetapi, gadis kecil dibawah tubuh William tetap menolak. Menggeleng cepat sambil memeluk kaki William. Terus menangis dan memanggilnya 'Papa'.Awalnya, William biarkan saja. Menunggu wanita tadi berhasil dengan bujukannya. Akan tetapi, lama menunggu ternyata tak ada berubah sedikitpun. Hal itu lumayan membuat William lama-lama gemas.Pria itu harus segera kembali ke kantor. Ada meeting penting yang menunggunya. Dia tidak bisa terjebak lebih lama dalam drama anak kecil yang ... entah siapa? William tidak kenal sama sekali.Akhirnya, karena tidak bisa menunggu lagi. William pun berdehem lumayan keras, seakan meminta fokus dua wanita yang ada di sana. William lalu melerai lembut belitan tangan kecil di kakinya, sebelum berjongkok demi menyamakan tinggi dengan si bocah.Berdehem sekali lagi, William mencoba tersenyum pada gadis kecil yang masih terisak di tempatnya. "Hai, cantik. Boleh tahu siapa namamu?" William membuka obrolan."Angel, Pa."Okeh, itu tadi memang sekedar basa basi saja. Akan tetapi, entah kenapa William mulai tidak nyaman terus dipanggil Papa oleh bocah ini. Siapa sebenarnya dia?"Angel, ya? Nama yang bagus. Cantik seperti orangnya," puji William. "Tapi, Nak. Maaf ya sebelumnya. Kamu ... sepertinya salah orang, Sayang. Saya ini bukan Papamu.""Nggak!" sahut bocah bernama Angel itu dengan cepat. Menggeleng dan menghambur kepelukan William. Kembali memeluk erat. "Kamu Papa Angle! Papa Angel!"William mendesah berat di tempatnya. Membujuk anak kecil memang sulit. Harus sabar dan tenang. Jujur, William bukan ahlinya di sini."Tapi, Nak. Saya memang bukan Papa kamu. Saya--""Mama pernah liatin photo Papa. Dia bilang ini Papa. Angel gak mungkin salah mengenali. Ini memang Papa Angel," selanya cepat. Membuat kerutan di dahi William makin dalam.Apa maksudnya, ibunya bocah ini mengenal William? Siapa?"Mamamu bilang begitu?" William memastikan. Terasa anggukan dari belakang leher William"Kalau begitu di mana Mamamu?"Okeh, anggaplah memang ibu anak ini mengenal William. Siapa dia, mari kita tanyakan. Gadis kecil itu pun menunjukan satu arah. Kepala William sontak mengikuti arah tangannya, tapi lagi-lagi mengerut bingung karena tak menemukan petunjuk apa pun.Masalahnya gadis ini hanya menunjuk begitu saja satu arah. Di mana banyak orang berlalu lalang di sana. Maklum, ini memang di rumah sakit."Di sana. Sakit, habis di pukul Om-Om jahat," ucap gadis itu lagi.Oh, okeh. Berarti maksudnya, ruangan ibunya arah sana. Begitu, kan?"Makanya Papa jangan pergi lagi. Kasian Mama sendirian terus. Sering di ganggu om jahat."Baru saja William ingin berucap. Si bocah sudah kembali bersuara, sambil melingkarkan tangan di leher William lagi. William menduga, mungkin ibu anak ini adalah janda, atau semacamnya. Bahkan mungkin, malah anak ini lahir diluar pernikahan. Buktinya saja, ibunya sering diganggu orang jahat."Uhm ... Bagaimana kalau kita temui Mamamu saja? Mungkin, dia punya penjelasan khusus untuk hal ini."William pun mencoba mengalah. Akan mengantarkan gadis kecil ini pada ibunya saja. Karena biasanya, seorang anak itu akan lebih menurut apa kata ibunya. Benarkan?Gadis kecil itu mengangguk setuju. William tersenyum riang sebelum dengan baik hati menggendong anak itu dan meminta ditunjukan jalan.Ruang UGD-lah yang ternyata mereka tuju. Meski ranjang pasien tak sampai terisi semuanya. Tetapi, lumayan rame untuk ukuran hari biasa. Karena itulah, William kembali bertanya di mana tempat ibu sang bocah."Di sana." Bocah itu menunjuk pada satu ranjang pasien di pojok. Di tutupin tirai pembatas yang menyembunyikan setengah tempat tidur.Dengan santai William pun kembali melangkahkan kakinya. Masih menggendong gadis kecil bernama Angel itu. Yang juga masih memeluk lehernya dengan posesif.Tidak ada kecurigaan atau perasaan apa pun saat itu pada William. Niatnya ke sana hanya untuk mengembalikan Angel pada sang ibu dan memintanya membujuk gadis kecil itu untuk berhenti memanggilnya 'Papa'.Rasanya benar-benar tidak nyaman jika ada seorang bocah asing terus memanggilnya dengan sebutan itu. Apalagi, William juga belum menikah, juga merasa tak melakukan kekhilafan apa pun di masa lalu. Kekhilafan seorang pria atau apalah namanya. Jadi tidak mungkin rasanya dia akan tiba-tiba memiliki anak seperti dalam Novel yang sering kalian baca.Itu mustahil!"Mama?"Degh!Tubuh William pun seketika menegang. Saat akhirnya bisa melihat sosok yang masih terbaring di balik tirai tersebut. Itu kan ... tidak mungkin!"Angel, kamu ke mana saja?"Seorang perempuan lain di sana lalu menghampiri, mencoba meraih Angel. Namun, lagi-lagi bocah itu menolak. Malah menyusupkan wajahnya ke ceruk leher William.Sementara itu, William sendiri masih terpaku di tempatnya. Menatap tak percaya pada wanita cantik yang kini terpejam di atas ranjang.Itu ... Navisha!Benar! Dia Navisha!Gadis yang selama ini William cari dan--"Eh, Angel kok, gitu? Kok, main peluk orang sembarangan? Gak boleh, Sayang. Nanti Mama marah, loh." Wanita itu kembali bersuara. Memberi teguran halus. "Lagian itu siapa, Angel? Emang Angel kenal?" imbuh Wanita lagi."Ini Papa Angel!" beritahu Angel dengan tegas. Kali ini sukses membuat hati William tak karuan.Antara bingung, sedih, bahagia dan kecewa semua campur aduk jadi satu. Menghadirkan gemuruh hebat dalam hati William yang benar-benar menyesakan."Papa?" beo wanita dihadapannya tak kalah kaget dan bingung."Iya, ini Papa Angel!" Bocah itu kembali menegaskan. Membuat hati William mencelos sedih.Ini tidak mungkin!Navisha .... tidak mungkin! Rasanya William tak ingin mempercayai hal ini. Navisha memang mantannya di masa putih abu-abu. Tetapi, William yakin pasti belum pernah menyentuh gadis itu sedikit pun. Demi Tuhan, William tak sebrengsek itu!Lalu, .... Angel? Anak siapa dia?*Happy Reading*"Adek lagi apa?""Gambal""Gambar apa?"Bocah dua tahun itu pun menatap sang ibu sejenak, lalu mengarahkan jari telunjuk mungilnya ke arah gambar yang ia buat di sebuah batu di dekat sebuah nisan. "Ini Papa, ini Atta, ini Mama, ini tata," terangnya dengan riang dan bahasa yang belum sempurna, memperkenalkan satu persatu gambar abstrak yang ia buat. "Badus nda Mah, gambal adek?"Bagus. Adek pintar, ya?" Senyum sang anak lelaki itu pun semakin lebar dengan mata yang berbinar indah. "Tata nanti cuka nda?""Pasti suka.""Yeaayy! Adek mau tambah buna uat tata."Bocah dua tahun itu semakin semangat membuat gambar dengan crayon yang sengaja ia bawa dari rumah, di dekat nisan yang bertuliskan nama 'Angel'.Ya! Anak dan ibu itu adalah Navisha dan anaknya dengan William, yang sebentar lagi berusia dua tahun. Namanya Attala Malik Arsenio. Navisha tersenyum bahagia melihat keriangan sang anak. Lalu melirik nisan putrinya yang kini sudah tidak suram. Banyak gambar-gambar lucu y
*Happy Reading*"Kamu yakin akan hadir?"William melirik perut Navisha yang semakin membuncit. Usia kandungan istrinya kini telah menginjak sembilan bulan. William sangat khawatir, tapi istrinya ini sangat keras kepala dengan bersikukuh ingin menghadiri pernikahan Aida, salah satu rekan kokinya di cafe. Navisha yang sedang mematut diri di cermin menoleh. Mengangguk yakin penuh semangat. "Sangat yakin!"Navisha kembali mengalihkan tatapannya ada cermin dan mengambil lipmate warna nude yang amat ia suka. Wanita hamil itu memang dari dulu tidak suka memakai apa pun yang berwarna mencolok. "Sebagai ketua tim, aku harus hadir, Will. Apalagi Aida mengundang langsung aku waktu itu. Jadi nggak enak kalau sampai gak datang," terang Navisha lagi setelah polesan di bibirnya sempurna. "Tapi kandungan kamu--""Aku gak papa, Will. Percayalah!"Kehamilan memang membuat Navisha keras kepala. Semakin di larang, pasti akan semakin berontak. Entahlah, mungkin karena bawaan bayi mereka yang katanya be
*Happy Reading*"Jadi, berapa usianya?" tanya William sambil mengusap sayang perut Navisha yang sebenarnya masih rata. Saat ini mereka sudah berbaring berdua di atas brankar tempat William. Setelah tadi William langsung memeluk dan menghujani wajahnya dengan ciuman sekembalinya Navisha mencari seorang cleaning service untuk membersihkan muntahan William. Navisha sampai harus mencubit kengan William saking malunya pada si CS. Suaminya ini kalau skinship gak tahu tempat. Navisha merasa tak punya muka karena ulahnya. "Aku belum periksa ke dokter. Baru pake alat itu aja." Navisha menjawab seadanya. "Ya udah, besok kita periksa, ya? Aku gak sabar pengen liat dia. Kira-kira dia jagoan atau princess, ya?""Ya belum kelihatan lah!" Navisha memutar matanya malas. "Biasanya kalau untuk itu, minimal usia kandungan harus empat bulan dulu.""Oh, begitu ..." gumam William mengerti. "Ya udah gak papa. Tapi besok kita tetep periksa ya? Aku ingin tahu kondisinya."Navisha pun mengangguk setuju unt
*Happy Reading*Sepertinya Navisha memang terlalu menutup telinga selama ini. Sampai-sampai ia tidak tahu jika ternyata, Sonya tidak bisa melewati masa kritisnya. Ia meninggal beberapa hari setelah Angel tiada. Sementara Pak Jarwo, sejak menghadapi kebangkrutan ia stress. Apalagi kondisi anaknya pun tak kunjung membaik. Tak kuat menghadapi semua tekanan, Pak Jarwo pun nekad mengakhiri hidup. Sedangkan Gerald sendiri baru siuman dua bulan lalu dan langsung di adili. Navisha mendapat semua info tersebut dari Nissa. Sekembalinya dari makam Angel, Navisha memang langsung bertanya perihal ucapan Gerald saat itu, dan Nissa pun menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Kini, Navisha perasaan Navisha seperti dilema. Bingung harus senang atau sedih atas nasib Gerald saat ini. Akan tetapi yang jelas, ia merasa miris. Tidak pernah menyangka jika akhirnya semuanya akan seperti ini. "Nav?" Nissa menghampiri saat Navisha tengah fokus menghias sebuah kue tart pesanan seorang pelanggan. Wajahnya namp
*Happy Reading*Hubungan Navisha dan keluarga William semakin membaik setiap harinya. Ia kini bahkan menjadi kesayangan sang nenek. Mengambil alih posisi yang selama ini William tempat di hati sang nenek. Akan tetapi, William tidak cemburu sama sekali. Pria itu malah turut bahagia karena hal itu membuat sang kakek makin tidak bisa berulah lagi. Bukan maksud meragukan niat tobat kakek Wirya. Namun, William masih tak bisa percaya begitu saja setelah apa yang ia alami selama ini. Hubungan Navisha dan William pun berbanding sejalan dengan hubungan sang istri dan keluarganya. Mereka semakin hari semakin harmonis dan lengket. Meski terlambat, William benar-benar menepati janjinya yang ingin mengganti semua kenangan pahit saat pacaran dengan kenangan baru yang membahagiakan. Mereka pacaran lagi, tapi versi halal. Mengulang moment penting yang pernah sangat Navisha idamkan tapi William abaikan. Mengunjungi tempat-tempat yang dulu menjadi goresan luka di hati sang wanita, menggantinya denga
*Happy Reading*"Kok malah jadi tegang gitu kalian? Gak suka ya nenek datang ke sini?" Suara Mariam, nenek William memecah keheningan yang seketika terjadi di sana. Navisha yang masih kaget karena kedatangan kakek dan nenek yang tiba-tiba, melirik William refleks. Ternyata pria itu pun melakukan hal sama dengannya. Yaitu melirik Navisha dengan raut kaget dan bingung.Beruntung William cepat menguasai diri. Setelah berdehem pelan satu kali. Pria itu segera menghampiri sang nenek sambil tersenyum. "Mana ada, Nek," bantahnya. "Kami senang kok dengan kedatangan nenek." William menyalami tangan nenek Mariam dengan khidmat, tapi tidak melakukan hal yang sama pada si Kakek. Mungkin pria itu masih menyimpan dendam. Melihat hal itu, Navisha pun turut mendekat dan melakukan hal yang sama. Yaitu mencium punggung tangan wanita itu dengan sopan. Namun berbeda dengan William, Navisha tidak mengabaikan sang kakek. Istri William mencium punggung tangan Kakek Wirya dengan sopan. Dan hebatnya kali
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments