Share

Jerat Sang Mantan (Saat Mantan Gagal Move On)
Jerat Sang Mantan (Saat Mantan Gagal Move On)
Author: Amih Lilis

Anak siapa?

*Happy Reading*

William tersentak kaget saat sesuatu menubruk kakinya. Hampir saja dia terjatuh. Bukan karena besarnya dorongan yang menabraknya barusan, melainkan karena tak siap dengan hal itu. Beruntung dia lumayan sigap. Juga, yang menumbruknya hanya hal kecil. Atau, lebih tepatnya tubuh kecil setinggi pahanya, yang kini memeluk erat kakinya sambil menangis.

"Papa! Papa!"

Hah?! Apa katanya? Papa? Siapa yang bocah ini maksud?

"Astaga, Angel! Kamu ngapain, Nak? Jangan sembarangan peluk orang!"

Tak lama, seorang perempuan menghampiri dengan tergopoh-gopoh. Tidak muda, tidak juga tua. Katakanlah dewasa menjelang tua. Perempuan itu lalu berusaha menarik bocah yang kini masih memeluk kaki William dengan erat sekali.

Mungkin wanita ini ibunya.

"Gak mau! Gak mau! Angel mau sama Papa! Sama Papa!" Namun, gadis kecil yang sepertinya bernama Angel itu menolak. Menggeleng dan malah makin mengeratkan pelukannya pada kaki William.

Sama halnya dengan William, wanita itu pun mengerut bingung. Dia mengerjap, melirik William takut-takut, lalu kembali ke arah si bocah.

"Jangan gitu, Angel. Papa Angel kan lagi kerja jauh. Yuk, kita ke Mama lagi. Mama nungguin, loh." Wanita itu berusaha membujuk.

Tetapi, gadis kecil dibawah tubuh William tetap menolak. Menggeleng cepat sambil memeluk kaki William. Terus menangis dan memanggilnya 'Papa'.

Awalnya, William biarkan saja. Menunggu wanita tadi berhasil dengan bujukannya. Akan tetapi, lama menunggu ternyata tak ada berubah sedikitpun. Hal itu lumayan membuat William lama-lama gemas.

Pria itu harus segera kembali ke kantor. Ada meeting penting yang menunggunya. Dia tidak bisa terjebak lebih lama dalam drama anak kecil yang ... entah siapa? William tidak kenal sama sekali.

Akhirnya, karena tidak bisa menunggu lagi. William pun berdehem lumayan keras, seakan meminta fokus dua wanita yang ada di sana. William lalu melerai lembut belitan tangan kecil di kakinya, sebelum berjongkok demi menyamakan tinggi dengan si bocah.

Berdehem sekali lagi, William mencoba tersenyum pada gadis kecil yang masih terisak di tempatnya. "Hai, cantik. Boleh tahu siapa namamu?" William membuka obrolan.

"Angel, Pa."

Okeh, itu tadi memang sekedar basa basi saja. Akan tetapi, entah kenapa William mulai tidak nyaman terus dipanggil Papa oleh bocah ini. Siapa sebenarnya dia?

"Angel, ya? Nama yang bagus. Cantik seperti orangnya," puji William. "Tapi, Nak. Maaf ya sebelumnya. Kamu ... sepertinya salah orang, Sayang. Saya ini bukan Papamu."

"Nggak!" sahut bocah bernama Angel itu dengan cepat. Menggeleng dan menghambur kepelukan William. Kembali memeluk erat. "Kamu Papa Angle! Papa Angel!"

William mendesah berat di tempatnya. Membujuk anak kecil memang sulit. Harus sabar dan tenang. Jujur, William bukan ahlinya di sini.

"Tapi, Nak. Saya memang bukan Papa kamu. Saya--"

"Mama pernah liatin photo Papa. Dia bilang ini Papa. Angel gak mungkin salah mengenali. Ini memang Papa Angel," selanya cepat. Membuat kerutan di dahi William makin dalam.

Apa maksudnya, ibunya bocah ini mengenal William? Siapa?

"Mamamu bilang begitu?" William memastikan. Terasa anggukan dari belakang leher William

"Kalau begitu di mana Mamamu?"

Okeh, anggaplah memang ibu anak ini mengenal William. Siapa dia, mari kita tanyakan. Gadis kecil itu pun menunjukan satu arah. Kepala William sontak mengikuti arah tangannya, tapi lagi-lagi mengerut bingung karena tak menemukan petunjuk apa pun.

Masalahnya gadis ini hanya menunjuk begitu saja satu arah. Di mana banyak orang berlalu lalang di sana. Maklum, ini memang di rumah sakit.

"Di sana. Sakit, habis di pukul Om-Om jahat," ucap gadis itu lagi.

Oh, okeh. Berarti maksudnya, ruangan ibunya arah sana. Begitu, kan?

"Makanya Papa jangan pergi lagi. Kasian Mama sendirian terus. Sering di ganggu om jahat."

Baru saja William ingin berucap. Si bocah sudah kembali bersuara, sambil melingkarkan tangan di leher William lagi. William menduga, mungkin ibu anak ini adalah janda, atau semacamnya. Bahkan mungkin, malah anak ini lahir diluar pernikahan. Buktinya saja, ibunya sering diganggu orang jahat.

"Uhm ... Bagaimana kalau kita temui Mamamu saja? Mungkin, dia punya penjelasan khusus untuk hal ini."

William pun mencoba mengalah. Akan mengantarkan gadis kecil ini pada ibunya saja. Karena biasanya, seorang anak itu akan lebih menurut apa kata ibunya. Benarkan?

Gadis kecil itu mengangguk setuju. William tersenyum riang sebelum dengan baik hati menggendong anak itu dan meminta ditunjukan jalan.

Ruang UGD-lah yang ternyata mereka tuju. Meski ranjang pasien tak sampai terisi semuanya. Tetapi, lumayan rame untuk ukuran hari biasa. Karena itulah, William kembali bertanya di mana tempat ibu sang bocah.

"Di sana." Bocah itu menunjuk pada satu ranjang pasien di pojok. Di tutupin tirai pembatas yang menyembunyikan setengah tempat tidur.

Dengan santai William pun kembali melangkahkan kakinya. Masih menggendong gadis kecil bernama Angel itu. Yang juga masih memeluk lehernya dengan posesif.

Tidak ada kecurigaan atau perasaan apa pun saat itu pada William. Niatnya ke sana hanya untuk mengembalikan Angel pada sang ibu dan memintanya membujuk gadis kecil itu untuk berhenti memanggilnya 'Papa'.

Rasanya benar-benar tidak nyaman jika ada seorang bocah asing terus memanggilnya dengan sebutan itu. Apalagi, William juga belum menikah, juga merasa tak melakukan kekhilafan apa pun di masa lalu. Kekhilafan seorang pria atau apalah namanya. Jadi tidak mungkin rasanya dia akan tiba-tiba memiliki anak seperti dalam Novel yang sering kalian baca.

Itu mustahil!

"Mama?"

Degh!

Tubuh William pun seketika menegang. Saat akhirnya bisa melihat sosok yang masih terbaring di balik tirai tersebut. Itu kan ... tidak mungkin!

"Angel, kamu ke mana saja?"

Seorang perempuan lain di sana lalu menghampiri, mencoba meraih Angel. Namun, lagi-lagi bocah itu menolak. Malah menyusupkan wajahnya ke ceruk leher William.

Sementara itu, William sendiri masih terpaku di tempatnya. Menatap tak percaya pada wanita cantik yang kini terpejam di atas ranjang.

Itu ... Navisha!

Benar! Dia Navisha!

Gadis yang selama ini William cari dan--

"Eh, Angel kok, gitu? Kok, main peluk orang sembarangan? Gak boleh, Sayang. Nanti Mama marah, loh." Wanita itu kembali bersuara. Memberi teguran halus. "Lagian itu siapa, Angel? Emang Angel kenal?" imbuh Wanita lagi.

"Ini Papa Angel!" beritahu Angel dengan tegas. Kali ini sukses membuat hati William tak karuan.

Antara bingung, sedih, bahagia dan kecewa semua campur aduk jadi satu. Menghadirkan gemuruh hebat dalam hati William yang benar-benar menyesakan.

"Papa?" beo wanita dihadapannya tak kalah kaget dan bingung.

"Iya, ini Papa Angel!" Bocah itu kembali menegaskan. Membuat hati William mencelos sedih.

Ini tidak mungkin!

Navisha .... tidak mungkin! Rasanya William tak ingin mempercayai hal ini. Navisha memang mantannya di masa putih abu-abu. Tetapi, William yakin pasti belum pernah menyentuh gadis itu sedikit pun. Demi Tuhan, William tak sebrengsek itu!

Lalu, .... Angel? Anak siapa dia?

Comments (3)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
masih ikut ceritanya Cece yg selalu keeeeennnn semangat ce
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jadi William selama ini mencari Navisha? Apa hubungan William & Navisha?
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
apa mungkin william mirip sama suaminya navisha
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status