Home / Romansa / Jeratan Cinta Mantan / Bab 04 - Jangan Lama-lama Menunda

Share

Bab 04 - Jangan Lama-lama Menunda

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2024-10-29 11:55:10

04

Pertemuannya dengan Sitha kemarin sore, ternyata membekas dalam hati Emris. Minggu pagi dia kembali mengajak putranya jalan-jalan dan mengarahkan kereta ke blok tempat Sitha tinggal. 

Seunit mobil MPV hitam yang terparkir di depan rumah perempuan tersebut, menyebabkan Emris bertanya-tanya dalam hati tentang siapa tamu itu.

Emris hendak berbelok kala seorang pria keluar dari pintu depan rumah dua lantai bercat krem. Mereka sempat saling menatap dan Emris merasa pernah melihat pria berkacamata yang mengenakan t-shirt hijau. Namun, dia tidak dapat mengingat nama orang yang tengah melenggang memasuki mobil. 

"Om!" pekik Inggrid yang telah berada di teras. Dia lari mendatangi Emris dan langsung merunduk untuk menyapa bayi lucu berkaus oren. 

"Ehm, Kak. Itu siapa?" tanya Emris sambil mengarahkan dagu ke kendaraan yang tengah memutar, sebelum kemudian menjauh.

"Papa." 

"Oh, ya." Emris manggut-manggut. Akhirnya dia bisa mengingat laki-laki tadi. "Mamanya lagi apa?" tanyanya. 

"Masak." 

"Om boleh ke teras?"

"Ya, tapi aku mau gendong Dedek." 

"Kakak duduk di kursi itu, nanti Om bantu ngangkat Dedek." 

Kedua insan berbeda generasi melangkah bersama menuju teras. Inggrid berteriak memanggil Sitha yang datang dengan tergopoh-gopoh bersama Asmi. Perempuan berkaus biru muda spontan mengulaskan senyuman yang dibalas Emris dengan hal serupa.

"Kang, mau ngopi?" tanya Sitha.

"Aku udah ngopi tadi. Kalau boleh, aku minta teh aja," sahut Emris.

"Boleh, dong. Tapi secangkirnya lima belas ribu."

"Aku cuma bawa sepuluh ribu. Lima ribunya ngutang dulu." 

"Dirut, kok, ngutang?" 

"Penghematan, Tha.  Harga susu Kayden mahal. Belum diapers." 

Sitha menyunggingkan senyuman. Sifat humoris pria di hadapannya sejak dulu tidak berubah, dan itu yang pernah memikatnya di masa silam. "Bentar, kusiapin," ucapnya. 

Kala Sitha menjauh, Gyan datang sambil membawa mobil pemadam kebakaran dalam bentuk mini. Dengan santainya lelaki kecil yang mengadopsi paras menawan sang mama, hendak mengajak Kayden bermain. 

Emris tersenyum mendengarkan percakapan satu arah kedua bocah yang sibuk mendongeng buat bayi berpipi montok, yang memandangi Inggrid dan Gyan penuh minat. Emris terkejut ketika Inggrid menagih janji agar diperbolehkan menggendong Kayden. 

"Mama, aku bisa gendong Dedek," ujar Inggrid yang sedang bersila di lantai sambil memangku bayi. 

Sitha meletakkan nampan ke meja, kemudian mengambil selimut tebal dari kereta dan menghamparkannya ke lantai. "Dipegangin, Kak. Biar adiknya nggak gelindingan," tukasnya sembari duduk bersila di sebelah kiri putrinya. 

Emris turun dan ikut duduk di lantai. Keempatnya berbincang santai sambil bercanda dengan Kayden yang tampak senang memiliki teman main. Belasan menit berlalu, sang bayi mulai gelisah dan akhirnya merengek. 

"Mau nyusu, ya?" tanya Sitha saat Emris berdiri untuk mengambil botol susu yang sudah disiapkan tadi. 

"Ya, kayaknya dia juga udah ngantuk," sahut Emris sembari mengangkat putranya. 

"Di dalam aja, Kang. Ada kasur lipat di ruang tengah." 

"Aku masuk, nggak apa-apa?" 

"Ya." 

Keempatnya berpindah ke area dalam rumah. Emris membaringkan putranya ke kasur, kemudian dia membiarkan Inggrid yang membantu memegangi botol susu, sesuai arahan sang mama. 

Percakapan berlanjut dan Emris terkesan dengan cara Sitha memperlakukan putranya. Perempuan bermata cukup besar membelai rambut tebal Kayden dengan pelan. Sekali-sekali dia merunduk dan mencium dahi lelaki kecil yang akhirnya terlelap. 

"Kang, kemaren malam aku bikin kue. Mau nyobain?" tanya Sitha dengan suara pelan. 

"Yakin bisa dimakan?" ledek Emris yang menyebabkan Sitha mencebik. 

"Aku udah jago masak dan bikin kue sekarang. Enggak kayak dulu lagi." 

"Aku masih ingat, kamu pernah bikinin aku dadar gosong." 

"Ya, ampun! Akang, nih, ngumbar aibku." 

Emris terbahak, sementara Sitha tersenyum lebar. Perempuan yang menjepit rambutnya tinggi-tinggi, berdiri dan beranjak ke dapur. Dia membuka pintu lemari pendingin dan mengecek isinya, kemudian mengeluarkan wadah makanan dan membawanya ke ruang keluarga. 

Mereka menikmati hidangan sambil berbincang dengan suara pelan. Sitha menyelimuti Kayden dengan kain tipis yang diambilnya dari kamar. 

Berulang kali perempuan berhidung bangir mengibas-ngibaskan tangan untuk menghalau nyamuk ataupun lalat. Tanpa menyadari jika dirinya sedang diperhatikan Emris.

***

Hari berganti. Inggrid dan Gyan berkali-kali menanyakan pada Sitha, kenapa Kayden tidak datang. Perempuan berkulit kuning langsat berusaha menerangkan dengan bahasa sesederhana mungkin agar kedua anaknya bisa mengerti. Namun, rengekan keduanya akhirnya meluluhkan hati dan Sitha terpaksa mengantarkan mereka ke kediaman keluarga Purwa sore itu. 

Rahmi menyambut kedatangan ketiganya dengan penuh sukacita. Dia senang dengan kehadiran Sitha yang ternyata telah didekati putranya selama akhir pekan kemarin. 

Rahmi mengantarkan Kayden pada Sitha yang spontan menggendong dan mengayun bayi bersetelan kaus merah, sambil mengoceh bersama kedua anaknya. 

Perempuan paruh baya berjilbab hitam merasa terenyuh menyaksikan kedekatan Sitha, Inggrid dan Gyan pada Kayden. Rahmi berdoa setulus hati agar Sitha-lah yang menjadi menantunya sekaligus Ibu sambung buat Kayden.

Rahmi memvideokan peristiwa itu dan mengirimkannya pada Emris yang tengah bekerja. Sang direktur utama EDS Grup menimbang-nimbang dalam hati sebelum akhirnya mengemasi meja kerjanya dan bergegas pulang, meskipun pekerjaannya belum tuntas. 

Tiga puluh menit kemudian Emris tiba di rumah dan langsung disambut teriakan kedua bocah yang lari ke teras. Senyuman Emris spontan tercipta dan lesung pipinya tercetak kian dalam. 

Pria berkemeja cokelat muda keluar dari mobil dan menyalami Inggrid serta Gyan terlebih dahulu. Hatinya menghangat kala keduanya mencium punggung tangannya dengan takzim. 

"Kamu nggak ngasih tahu mau ke sini. Kalau tahu, aku pasti pulang awal," tutur Emris sembari bersalaman dengan Sitha yang sedang duduk di kursi ruang tamu sambil memangku Kayden. 

"Ngedadak ini, Kang. Anak-anak nanyain adiknya. Terus ngerengek minta anterin ke sini," terang Sitha.

"Aku tiga hari kemarin ke Surabaya, baru pulang tadi malam. Rencananya besok sore mau ngajak Kayden main ke rumahmu." 

"Boleh. Nanti aku buatin makanan kesukaan Akang." 

Emris menaikkan alis. "Masih ingat?" tanyanya. 

"Hu um. Akang suka teci bumbu kacang sama mi leor."

Emris mengacungkan dua jempol seraya tersenyum. Demikian pula dengan Rahmi yang senang menyaksikan kedekatan putranya dengan Sitha.

Langit senja telah menggelap saat Sitha dan kedua anaknya berpamitan. Emris memandangi perempuan berambut panjang yang kian menjauh. Pria beralis tebal mengulum senyum, sebelum berbalik dan beradu pandang dengan ibunya. 

"Coba pendekatan lebih akrab lagi, Ris," ujar Rahmi. 

"Ehm, maksudnya gimana, Bu?" tanya Emris. 

"Jangan pura-pura. Kamu lagi nyoba ngedeketin Sitha, kan?" 

Emris menggaruk-garuk kepalanya seraya tersenyum miring. "Belum, Bu. Baru ... ehm ... sering ngobrol aja." 

"Yang serius juga teu nanaon. Ibu dan Ayah nggak keberatan kalau kamu berjodoh dengannya. Sudah kenal puluhan tahun dan cukup tahu dengan kepribadiannya yang nggak banyak tingkah."

"Nantilah, Bu. Biar kami berteman lagi kayak dulu." 

"Ya, tapi, jangan lama-lama menunda. Nanti dia dilamar orang, karena banyak ibu-ibu di sini yang mau menjadikannya menantu." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
waaaah restu udah di tangan nih gaskeiuun
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jeratan Cinta Mantan    Bab 40 - Until Jannah

    40Jalinan waktu terus bergulir. Minggu berganti menjadi bulan dengan kecepatan maksimal. Sabtu pagi, kediaman Emris yang sudah disatukan dengan rumah Sitha, dipenuhi banyak orang. Tenda putih campur hijau memenuhi pekarangan kedua bangunan yang menjadi luas, setelah tembok pembatasnya diruntuhkan. Sitha tidak jadi mengontrakkan rumahnya dan menuruti permintaan Emris untuk membongkar sekat antara 2 bangunan. Dengan begitu, ruang tamu dan ruang tengah menjadi lebih luas, dan mampu menampung puluhan orang dalam satu kesempatan. Persatuan istri anggota PC bergotong-royong menjadi panitia khusus bagian prasmanan. Sementara di area jalanan yang juga ditutupi tenda, hampir seratus pria duduk bersila untuk mendengarkan tausiah yang diberikan seorang Ustaz yang cukup terkenal di kota kembang. Emris dan Sitha duduk berdampingan di ruang tamu. Inggrid dan Gyan berada di ruang tengah bersama kedua Nenek dan Kakek. Sedangkan Kayden diungsikan ke lantai atas, karena sejak awal acara pengajian d

  • Jeratan Cinta Mantan    Bab 39

    39Malam itu, Emris tiba di rumah dengan raut wajah tegang. Dia baru mendapat kabar dari Inggrid, jika Sitha tengah sakit. Pria berlesung pipi akhirnya mempercepat kepulangannya dari Yogyakarta yang harusnya 2 hari lagi, menjadi saat itu. Emris memasuki rumah sembari mengucapkan salam. Dia disambut pekikan Kayden yang langsung mengangkat tangan hendak minta digendong. Seusai menciumi pipi putranya, Emris menyalami Inggrid, Gyan dan kedua pengasuh Sang ayah menanyakan kondisi Sitha yang dijelaskan Asmi dengan separuh kebenaran. Asmi yang sudah mengetahui kondisi Sitha, sengaja merahasiakan hal itu, sesuai dengan permintaan bosnya. Demikian pula dengan Nisa. Dia juga tutup mulut dan hanya tersenyum-senyum ketika Emris meletakkan Kayden ke sofa, lalu bergegas menaiki tangga untuk menuju kamar tidur utama. "Ma," panggil Emris, sesaat setelah menutup pintu kamar. Sitha yang tengah duduk menyandar ke tumpukan bantal, sontak membulatkan mata menyaksikan suaminya telah tiba. "Loh, kok, A

  • Jeratan Cinta Mantan    Bab 38

    38"Aku merinding," tutur Emris, sesaat setelah menonton video dari laptop milik Izra, yang menayangkan video kejadian kemarin malam di rumah Linda."Aku juga. Nyaris ngompol," keluh Riaz yang langsung diteriaki rekan-rekannya. "Bang, jadi ada berapa jin yang dipanggil?" tanya Fazwan. "Tiga. Ludwig, Haghen dan Rima," jelas Zein. "Mereka dari satu lokasi?" "Enggak. Dua tentara Belanda itu dari Sukabumi. Mess tempat aku kerja, dulu. Kalau Rima, dari Bandung sini. Tempat kos pertama, setelah aku mulai kerja." "Bentuk Rima, kayak gimana?" "Perempuan pakai gaun pengantin. Dia ditusuk laki-laki yang marah karena dia nikah sama tunangannya.""Maksudnya, Rima mendua?" Zein menggeleng. "Dia sudah tunangan sama Irwan selama setahun, lalu dia kenal Eric yang ternyata jadi suka sama dia. Rima sebetulnya sudah bilang ke Eric kalau dia mau nikah, tapi cowok itu ngotot mepet." "Pernikahan Rima sama Irwan akhirnya dimajukan dan dilakukan di tempat tersembunyi. Tapi, nggak tahu gimana caranya

  • Jeratan Cinta Mantan    Bab 37

    37Suasana gelap menyambut kedatangan Linda di rumahnya. Perempuan bersweter biru memasuki bangunan dari pintu depan, lalu dia menyalakan lampu teras dan carport, sebelum jalan ke toilet. Perutnya masih terasa tidak nyaman, meskipun sudah diobati sang guru. Linda menuntaskan hajat, kemudian membuka pakaiannya dan mandi sebersih mungkin. Jerawat yang muncul di wajah dan leher sudah berkurang. Namun, nyerinya masih terasa, terutama di jerawat terbesar yang berada di bawah rahang kiri. Sekian menit berlalu, Linda telah berada di kamarnya. Tidak ada lampu lain yang dinyalakan, kecuali yang di depan dan di toilet. Linda menjalankan arahan gurunya, supaya perlindungan magis bisa dimaksimalkan.Malam kian larut. Linda tidur sambil mengenakan pakaian lengkap. Hal itu dilakukannya supaya bisa langsung melaksanakan aksi lanjutannya beberapa jam lagi. Suasana hening di sekitar kediaman Linda, nyaris tidak terganggu dengan kehadiran lima orang pria berpakaian serba hitam. Mereka memakai topi

  • Jeratan Cinta Mantan    Bab 36

    36Izra tiba di kediaman Emris, saat matahari sudah hampir mencapai puncak kepala. Dia langsung ditanyai sang pemilik rumah dan keempat pengawal. "Rumah dukunnya sudah kufoto dan dikirim ke Bang Zein yang lagi di tempat guru," jelas Izra. "Semoga bisa segera dihancurkan semua teluh mereka. Pusing aku. Kerja juga jadi nggak tenang," cakap Emris. "Ya, Pak. Kami paham. Terutama, ngeri jika serangan itu kena ke anak-anak." "Ehm, Iz, aku penasaran. Apa reaksinya saat lihat teluh kirimannya dikembalikan ke mobil, ya?" "Ah, ya! Aku lupa ngambil kamera yang kuselipin di dekat pot bunga." Izra berdiri, kemudian dia mengalihkan pandangan ke Fazwan. "Antar aku ke sana pakai motor, Wan. Kalau pakai mobil, susah mutarnya. Jalan di sana kecil," bebernya. Tanpa menyahut, Fazwan langsung berdiri dan jalan keluar. Tidak berselang lama terdengar bunyi motor menjauh. Riaz mengambil ponselnya dari meja dan menghubungi Abang angkatnya untuk melaporkan situasi. Wirya memberikan instruksi lanjutan, y

  • Jeratan Cinta Mantan    Bab 35

    35Waktu terus merambat naik. Beberapa menit sebelum hari berganti, seunit mobil melintas di jalan blok kediaman Emris. Pengemudi tidak menyalakan lampu dan hanya mengandalkan penerangan dari lampu jalan, serta cahaya dari teras ataupun carport setiap rumah. Mobil sedan itu tidak berhenti di depan rumah Emris. Pengemudinya berbelok ke kanan, lalu terus melajukan kendaraan ke blok D. Dia sedang mengintai situasi untuk memastikan informasi dari orang yang dibayarnya tadi sore. Tidak berselang lama mobil itu kembali melewati blok C. Beberapa meter sebelum rumah Emris, sopir menghentikan kendaraan dan mematikan mesin. Dia mengecek penampilan di cermin, kemudian dia keluar sambil membawa bungkus plastik hitam, dan jalan cepat menuju kediaman Emris. Tiba di sudut kiri pagar rumah, orang yang mengenakan tutup kepala itu melemparkan bungkusan ke halaman. Saat benda itu pecah, bau busuk seketika menguar. Orang itu berbalik dan lari hingga tiba di dekat mobil. Dia memasuki kendaraan dan men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status