Membahas hal itu membuat Shinta melihat perut Yuna, dengan suara pelan dia berkata, "Kamu jarang sekali berpakaian santai, apa terjadi sesuatu?"Mata Yuna berkaca-kaca dengan senyuman tipis di wajahnya, lalu dia mengangguk pelan.Shinta membuka mulutnya karena terkejut, "Benarkah? Apa Pak Wano sudah tahu?""Aku belum memberitahunya.""Belum memberitahunya, atau kamu nggak mau? Apa kamu memang mau putus dengannya? Apa kamu tahu Malik bahkan nggak pulang di hari kalian putus? Dia bilang nggak pernah lihat Wano semabuk itu karena marah."Mata Yuna memerah ketika mendengar ucapan Shinta, hatinya merasa tersentil.Mana mungkin Qirana tidak tahu betapa sedihnya Wano?Wano pergi mengunjungi rumah Yuna setiap malam sepulang kerja.Terkadang Wano bahkan masuk ke rumah untuk berbincang-bincang dengan Yudha dan memeriksa keadaan Yuna, atau bahkan dirinya hanya akan diam menunggu di luar sambil merokok jika sudah terlalu larut malam.Beberapa kali Yuna bahkan ingin berlari keluar dan melempar diri
"Kenapa kamu perlu buku panduan kehamilan?"Wano merasa jantungnya sekan-akan berhenti berdetak pada saat itu.Dia bahkan memegang tangan Tisa begitu erat.Sebuah sinyal yang kuat terus-menerus mengguncang kesadarannya.Dia langsung menarik Yuna dan menatapnya penuh selidik. "Yuna, apa kamu membunyikan sesuatu dariku? Kenapa kamu butuh buku-buku itu? Apa kamu sedang hamil?"Dia melemparkan bertubi-tubi pertanyaan kepada Yuna.Yuna pun sampai kewalahan dibuatnya.Dia menghindar sedikit ke belakang dengan agak kesal, "Wano, apa sih yang kamu pikirkan? Bagaimana mungkin aku hamil?""Kalau begitu, ngapain kamu butuh buku-buku tentang kehamilan?"Wano memperhatikan setiap ekspresi di wajah Yuna dengan saksama, khawatir melewatkan informasi sepenting apa pun.Pada saat itu, tiba-tiba telepon Yuna berdering.Yuna segera menjawabnya.Terdengar suara rendah dan serak Yanuar dari seberang."Yuna, Zanny hamil anak siapa?"Yuna sedikit mengerutkan keningnya, lalu berkata, "Dokter Yanuar, karir Zan
"Kamu memang nggak akan mati, tapi bagaimana dengan si kecil, hah?"Meskipun Yanuar sangat enggan menerima kenyataan ini, hal ini tetap saja sudah terjadi. Dia tidak ingin Zanny mengalami lebih banyak penderitaan lagi.Barulah saat itu Zanny mengerti apa yang dimaksud Yanuar.Ternyata, dia pikir Zanny tengah hamil.Dia khawatir Zanny akan jatuh dan mengalami keguguran.Zanny benar-benar ingin menghajar pria kurang ajar ini di hadapan umum.Ternyata, dia selalu menganggap Zanny sebagai wanita sembarangan.Zanny kemudian menggertakkan giginya dengan kesal, "Ini bukan anakmu, jadi kenapa kamu khawatir?"Selesai mengatakannya, dia mendorong Yanuar dan kembali ke hadapan kamera untuk syuting.Yanuar kesal dan mengepalkan tinjunya.Baginya, Zanny benar-benar sosok kecil yang tidak memiliki hati nurani.Niat baiknya benar-benar tidak dihargai!Meskipun hatinya penuh dengan rasa kecewa, dia tetap memberikan makan malam yang dipegangnya kepada asisten Zanny, lalu pergi.Sebentar lagi, malam tah
Ketika Yuna membuka matanya, langit sudah gelap gulita.Dalam keadaan setengah sadar, dia bisa mencium aroma dari tubuh Wano dan mendengar suaranya.Dia bahkan bermimpi telah berciuman dengan Wano.Seberapa besar kerinduannya sampai bermimpi seperti itu.Dari luar jendela, terdengar suara petasan tiada henti, dengan warna-warni kembang api yang melayang menghiasi langit.Suasana malam tahun baru terasa semakin kuat.Kerinduannya pada Wano juga terasa kian mendalam, dadanya seolah-olah seperti ditusuk oleh rasa sakit yang tak tertahankan.Yuna tak bisa menahan tangannya untuk mengusap perutnya sambil diam-diam berucap dalam hati."Sayang, tunggu sampai kamu lahir dengan selamat. Nanti kita akan merayakan tahun baru bersama ayah, oke?"Saat Wano mendekat, dia melihat mata Yuna yang setengah terpejam tampak berkabut oleh air mata.Kabut air mata itu semakin tebal, hingga akhirnya membentuk tetesan air mata yang mengalir turun dari sudut matanya.Wano kemudian berjongkok dan menyeka air ma
"Meskipun kamu mengirim pengawal untukku, tetap saja aku masih bisa diserang dan diracuni.""Wano, bukannya aku nggak berpikir rasional. Tapi aku benar-benar ketakutan menghadapi semua bahaya ini.""Selama aku bersamamu, selalu ada bahaya yang mengintai. Demi melindungi diri dan keluarga, aku harus berpisah denganmu.""Jadi, tolong menjauhlah dariku, oke?"Pada akhir kalimat, mata Yuna tampak memerah, dengan tenggorokan yang rasanya tercekat.Dengan tekad yang begitu kuat untuk berpisah darinya, Yuna bahkan tidak berani memberitahu tentang kehamilannya. Yuna bertekad tidak akan mundur di tengah jalan.Yuna tak peduli dengan penderitaan yang harus dirinya alami. Akan tetapi, bagaimana dengan anaknya?Dia masih begitu kecil dan tak mungkin menanggung banyak tekanan.Sebuah kejadian kecil saja bisa langsung mengancam nyawanya.Dia tak berani bertaruh akan hal itu.Melihatnya begitu ketakutan dan cemas, Wano pun merasa prihatin sehingga mengelus kepalanya dengan penuh rasa sayang.Suara Wa
Meskipun suara ledakan kembang apinya sangat keras, ucapan Wano tetap terdengar jelas di telinga Yuna.Bibir dan lidah yang panas serta lembap itu memaksa menerobos gigi YunaCiuman itu terasa lembut dan penuh kasih sayang, aroma alkohol yang samar-samar menyapu Yuna.Membuat otaknya kosong sejenak dan jantungnya berhenti berdetak.Yuna mengakui bahwa dirinya memang ketagihan akan ciuman ini dan merindukan rasa ini.Hatinya bahkan terdorong untuk membalasnya.Namun, kesadarannya segera kembali.Dia pun mendorong Wano menjauh.Mata basahnya terlihat berwarna-warni oleh cahaya kembang api, seperti bintang-bintang yang bersinar di langit malam.Melihat bahwa Yuna akan marah, Wano buru-buru mengeluarkan sebuah patung Buddha berbahan giok dengan kualitas tinggi dari sakunya, lalu mengenakannya di leher Yuna.Wano berkata dengan serak dan lirih, "Yuna, aku sudah meminta seorang biksu untuk memberkati giok ini. Hadiah tahun baruku untukmu ini bisa menjaga keamananmu. Pastikan kamu selalu mema
"Bagaimana bisa kamu mau segampang itu jadi ayah angkat?"Sudut mulut Yanuar berkedut beberapa kali, "Jadi seorang ayah tanpa kerja keras sedikit pun juga bagus. Memangnya kamu, padahal sudah bekerja keras siang dan malam selama berbulan-bulan, tapi masih saja nggak bisa punya anak. Menurutku, ini bukan salah tubuh Yuna, melainkan memang kamu saja yang nggak mampu."Wano terkekeh tak habis pikir, "Kalau memang kamu mampu, kenapa malah mau jadi ayah angkat anak orang lain, hah?""Siapa yang mau jadi ayah angkat? Aku cuma peduli sebagai seorang teman. Nggak seperti kamu yang kejam dan nggak punya belas kasihan, yang bahkan nggak mengakui darah daging sendiri.""Kalau memang begitu, tetaplah di sini untuk memperhatikannya dengan baik. Aku pergi dulu, aku mau mencoba hadiah tahun baru dari istriku."Wano sengaja menggoyang-goyangkan sepasang kancing manset di depan mata Yanuar.Senyuman penuh kebanggaan tersungging pada wajahnya.Yanuar tertawa menghina, "Kamu mengatakannya seolah-olah mem
Ketika brankar itu hampir menabrak Yuna, tiba-tiba saja sebuah tangan besar mencengkeram brankarnya dengan kuat hingga terhentikan.Roger menatap perawat muda itu dengan marah sambil berkata, "Kamu sudah bosan kerja, ya?"Perawat muda itu langsung ketakutan dan segera minta maaf kepada Yuna, "Maaf, saya nggak bisa mengendalikannya dengan baik."Begitu Yuna berbalik, dia melihat bahwa brankar itu hanya berjarak sejengkal darinya. Langsung saja, punggungnya terasa berkeringat dingin.Di atas brankar itu terbaring seseorang, dengan dorongan sekuat itu, andai saja Roger tak bertindak cepat, Yuna pasti tertabrak dan jatuh.Akibatnya pasti sangatlah fatal.Baru saja dia selesai melakukan pemeriksaan dan hal semacam ini terjadi. Mungkinkah ini kebetulan, atau memang ada yang sengaja melakukannya.Yuna sengaja pura-pura tak mempermasalahkannya dan menarik lengan Roger, "Roger, itu nggak sampai melukaiku, jadi nggak apa-apa. Biarkan mereka pergi, jangan menunda penanganan pasien."Roger melepas