Share

Bab 4

Author: Jus Pir
Jawaban Zola membuat Boris seketika bungkam. Namun, mata pria yang dalam dan diselimuti rasa tidak senang itu terus menatapnya. Zola tidak ingin menghadapi Boris lagi. Oleh karena itu, dia melangkahkan kakinya naik ke lantai atas. Akan tetapi, saat dia melewati Boris, tangan Zola dicekal dengan erat.

“Zola, kamu lagi atur-atur aku?” tanya pria itu dengan suara serak.

“Aku hanya berharap kamu bisa bersikap adil.”

“Demi dia, kamu jadi berlidah tajam begini? Biasanya kamu selalu bersikap lembut, penurut dan pengertian terhadap aku. Jadi semua itu hanya dibuat-buat?”

Zola mengerahkan tenaga untuk menarik tangannya. Namun, Boris begitu kuat, Zola sama sekali tidak berdaya untuk melawannya.

Melihat Zola yang terus meronta, Boris pun langsung menarik perempuan itu dengan kuat ke dalam pelukannya. Napas pria yang menyejukkan menerpa wajah Zola, membuat Zola spontan tidak berani bergerak lagi.

“Zola, jawab pertanyaanku, oke? Demi dia?” tanya Boris lagi.

Zola mengerutkan bibirnya. Mereka terlalu dekat, ditambah lagi postur mereka saat ini sangat ambigu. Itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Namun, diam saja bukan solusinya. Pria itu tidak akan menyerah sebelum mencapai tujuannya.

Oleh karena itu, Zola hanya bisa menjawab dengan suara pelan, “Bukan, nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku dan dia hanya berteman.”

“Benar-benar hanya sebatas teman?”

“Kalau kamu nggak percaya, kenapa masih tanya padaku?”

“Zola, Mahendra dan kamu bukan orang dari dunia yang sama. Jadi kamu harus jaga jarak dengannya, oke?” Boris mengungkapkan pandangannya dari sudut pandang seorang pria.

Namun, Zola justru merasa kesal. Dia tersenyum sinis dan berkata, “Kita sebentar lagi akan bercerai. Kamu bisa suruh aku jaga jarak dengannya sekarang. Tapi setelah kita cerai, itu urusanku sendiri. Nggak peduli aku berteman dengan siapa, mau berhubungan dengan siapa, itu nggak ada hubungannya denganmu lagi. Kamu tahu itu ....”

“Uhk ....”

Setelah melihat bibir merah muda Zola yang terus komat-kamit berbicara tanpa henti, Boris hanya ingin segera menutup bibir yang sangat mengganggu itu. Oleh karena itu, tanpa berpikir dia langsung membungkuk dan menutup bibir itu dengan bibirnya.

Mata Zola seketika melebar. Seluruh tubuhnya menjadi kaku, dia bisa merasakan dengan jelas bibir tipis pria itu menempel di bibirnya. Selama setahun pernikahan mereka, tak terhitung lagi berapa kali mereka telah melakukan hubungan intim. Akan tetapi, mereka tidak pernah berciuman seperti ini.

Hal ini terasa begitu asing bagi Zola, membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Dia segera mengangkat tangannya untuk mendorong Boris menjauh darinya. Namun, dia tidak tahu kalau dalam situasi seperti itu, tindakannya hanya akan membangkitkan hasrat pria itu.

Boris terus mencium Zola dengan agresif. Napas hangat keduanya terjalin satu sama lain. Sikap Boris yang kuat dan mendominasi membuat mata Zola basah. Selain itu, dia juga kehilangan kekuatannya karena dicium dengan semena-mena sehingga dia hanya bisa membiarkan tubuhnya bersandar di dalam pelukan Boris.

Tepat ketika ciuman itu berangsur-angsur menjadi kian tak terkendali, ponsel di saku Boris tiba-tiba berdering. Pada detik itu juga, Boris berhenti. Dia melepaskan tautan bibirnya, napas berat seperti sedang menahan sesuatu. Dia menempelkan keningnya di kening Zola, matanya yang dalam menatap langsung mata Zola. Sampai suara dering ponsel hampir berakhir, Boris baru mengeluarkan ponselnya dari saku lalu mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon.

“Halo.”

“Boris, aku takut ....”

Jarak mereka begitu dekat. Zola bisa mendengar suara perempuan yang lemah lembut dengan jelas. Saat itu juga dia menyadari apa yang baru saja Boris lakukan padanya. Dia telah menandatangani surat cerai, tidak lama lagi mereka akan bercerai. Bagaimana Boris bisa melakukan hal seperti itu?

Raut wajah Zola menjadi dingin. Saat pria itu sedang menelepon, dia pun mengambil kesempatan untuk mendorong pria itu menjauh. Kemudian, dia langsung berlari ke lantai atas. Boris menyadari wajah Zola yang sedikit memucat. Dia menatap punggung ramping yang semakin menjauh itu dengan sorot mata gelap. Wajahnya juga tampak sangat tegang.

Boris mengernyitkan kening dan berkata dengan tenang, “Ada apa, Ra? Perawat nggak temani kamu?”

“Boris, aku takut. Aku merasa seperti ada orang yang mondar-mandir di luar. Jangan-jangan ada yang mau lukai aku lagi? Kamu bisa datang ke sini dan temani aku, nggak?”

Boris diam seribu bahasa. Tyara menjadi panik, “Boris, sepertinya aku tiba-tiba ingat kejadian malam itu. Sepertinya aku ingat penampilan pria itu ....”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
PNsalsyabila
Basi basi basi basi koq muncul lg ni novel sdah dihapus
goodnovel comment avatar
PNsalsyabila
Yaah pasti perempuan korban nih
goodnovel comment avatar
Rhizna Wati Sikang
iiihh ganggu banget sih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 661

    Namun, karya desain bagus saja tidak cukup. Harus memiliki nuansa desain dan gaya yang unik juga agar dapat meninggalkan kesan yang mendalam sekali dilihat orang. Zola membantu revisi dan memberi mereka arah inspirasi baru. Draf desain saat ini sepenuhnya dipoles berulang kali, buat lagi, dipoles lagi.Zola sibuk sampai jam pulang kerja. Dia memeriksa ponselnya, berencana makan di luar bersama Jeni sebelum pulang. Sejak pindah kembali ke apartemen, si bibi belum pernah datang untuk menyiapkan makanan. Zola tidak ingin bertanya dulu. Sedangkan dia sendiri malas mau masak. Jadi dia memilih makan di luar.Namun, baru saja Zola dan Jeni masuk ke mobil dan hendak berangkat ke restoran, ponsel Zola tiba-tiba berdering. Telepon dari Boris.Zola memegang erat ponselnya dan tertegun sejenak, tidak langsung mengangkat telepon, lalu Jeni berkata, “Angkat saja.”Jeni langsung menepikan mobilnya dan menunggu Zola mengangkat telepon. Zola menekan tombol jawab, lalu suara Boris datang dari ujung tele

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 660

    “Memang medan perang, kan? Bahkan medan perang di dalam sana jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada yang di luar,” goda Jeni.Zola tersenyum, lalu dia keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah. Akhir-akhir ini Jerico sedang memulihkan diri di rumah. Setelah mengetuk pintu, Zola membuka pintu dan masuk. Begitu melihat Zola, Jerico langsung bertanya, “Kenapa kamu datang ke sini?”Sikap dingin Jerico membuat Zola diam sejenak, tapi dia sudah terbiasa. Jadi, Zola merasa tidak apa-apa. Dia menatap ayahnya dan berkata, “Ada yang ingin aku tanyakan pada Papa.”Jerico melihatnya sekilas. “Mau tanya apa?”Zola mengerutkan bibirnya. Pada akhirnya, dia segera bertanya, “Aku ingin tanya soal Budi. Budi sudah jadi sekretaris Papa bertahun-tahun. Kenapa dia tiba-tiba berkhianat? Selama ini Papa selalu baik padanya. Apakah dia ada kesulitan atau rahasia yang nggak bisa dikatakan?”Begitu Zola selesai bicara, raut wajah Jerico langsung berubah. Dia memelototi Zola dengan tidak senang.“Zol

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 659

    Usai berkata, Boris berjalan keluar sambil berkata, “Aku panggil dokter dulu untuk periksa kamu. Nanti sudah boleh keluar dari rumah sakit.”Mata Zola mengikuti sosok Boris. Kata-kata Boris terulang-ulang terus di dalam otaknya. Dibandingkan Sandra yang cerdas, Zola lebih cocok menjadi istri Boris? Maksud Boris, Zola kurang cerdas?Zola yang sedang hamil sama sekali tidak menyadari kalau dirinya sedang melalui proses otak tidak bisa berpikir dengan cepat selama kehamilan. Setelah berpikir lama, dia masih tidak mengerti maksud Boris. Apakah Boris sedang memujinya? Namun, sepertinya itu tidak sepenuhnya memuji.Setelah melalui pemeriksaan, dokter memastikan Zola tidak apa-apa. Semuanya stabil. Dia pun dipulangkan. Boris yang mengantarnya kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pulang, Zola dan Boris tidak bicara. Karena Boris menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengangkat telepon.Boris tampak sangat sibuk, tapi Boris tetap menemani Zola. Zola memperhatikan wajah Boris dari sam

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 658

    Zola juga tercengang. Sandra ingin memberi Boris saham? Dia semakin fokus memperhatikan Boris, tidak ingin melewatkan ekspresi apa pun di wajah pria itu. Apakah Boris akan terharu?“Kamu jangan salah paham. Aku nggak ingin lakukan apa pun. Ini bentuk ketulusanku. Kamu tahu, kelak aku akan ambil alih Gordi Group. Tapi aku tahu seberapa besar persaingan dalam dunia bisnis. Aku butuh penopang. Aku tahu kamu nggak ada perasaan apa pun padaku, juga nggak mungkin menikah denganku. Tapi aku butuh kerja sama jangka panjang dengan Morrison Group.”“Ini bukan masalah kecil. Aku belum bisa kasih jawaban.”“Kalau begitu, kamu pertimbangkan dulu.”Boris menutup telepon. Wajahnya tampak dingin. Zola tidak mendengar semua percakapan antara Boris dan Sandra, tapi Zola mendengar jelas setiap kata yang Boris ucapkan. Setelah panggilan telepon berakhir, Boris meletakkan ponselnya. Dia spontan melihat ke arah Zola. Tidak disangka, Zola sedang memperhatikannya. Saat mata keduanya bertemu, Zola sama sekali

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 657

    Zola menyadari kalau dirinya semakin tidak memahami Mahendra, bahkan boleh dibilang dia merasa seperti tidak pernah memahami pria itu sebelumnya. Apa tujuan Mahendra melakukan hal ini?Zola tidak bisa menemukan jawaban yang masuk akal. Jadi dia tidak menanggapi pertanyaan Boris. Suasana pun menjadi sunyi senyap. Sesaat kemudian, ponsel Boris berdering. Sandra yang meneleponnya.“Kamu nggak di kantor?”“Ada urusan?”“Iya, ada sedikit urusan. Soal proyek kerja sama. Aku baru saja dapat kabar, ada perusahaan real estate asing yang berencana datang ke Kota Binru untuk berinvestasi. Kalau kita bisa dapatkan kerja sama ini, itu akan sangat membantu untuk go public nanti. Jadi kamu mau pertimbangkan, nggak?”Meskipun Morrison Group merupakan sebuah perusahaan besar, sampai saat ini Morrison Group belum mendaftarkan diri ke bursa efek. Baik Boris maupun keluarganya tidak peduli dengan hal itu. Jika Morrison Group mau go public, pasti sudah go public sejak kepemimpinan Hartono. Namun nyatanya t

  • Jeratan Mantan Suami   Bab 656

    Setiap kali memikirkan hal itu, Boris pasti berpikir kalau Zola ingin berpisah dengannya demi Mahendra. Akan tetapi, pesan Guntur terngiang kembali di benaknya. Sekarang Zola tidak boleh emosi, harus tetap dalam suasana hati yang baik. Sehingga kata-kata yang sudah sampai di ujung bibirnya akhirnya ditelan kembali.Zola menatap Boris, mengira pria itu ingin mengatakan sesuatu lagi. Jadi dia menatap Boris dalam diam. Kata-kata Boris barusan membuat Zola merasa hatinya seperti dicengkeram dengan erat hingga membuatnya sulit bernapas.Namun, beberapa saat berlalu. Boris tak kunjung bicara. Zola menatapnya dengan bingung dan berkata, “Mau ngomong apa ngomong saja.”Sikap Boris melembut, tidak sekeras tadi. Dia menatap Zola sambil berpikir keras. Kemudian, dia menanyakan keraguan yang selalu Boris sembunyikan di dalam hatinya.“Aku hanya mau tanya satu hal. Katakan padaku, apakah kamu pernah pacaran dengan Mahendra?”Zola mengerutkan kening, tampak semakin bingung. “Boris, sebenarnya apa ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status