Luke yang refleks, entah kenapa justru membantu Selena lebih dulu di bandingkan Anna. Dan lihat akibat ulahnya sekarang. Anna pergi dengan raut wajah kecewa, dan sungguh, dia menyesal.
“Tuan?”
“Jangan sentuh aku!” tegas Luke, saat Selena beraninya memegang tangannya. “jangan mengharap lebih. Aku menolongmu karena sisi kemanusiaan dan aku menyesal!” ucapnya dengan tegas kemudian menyusul Anna yang lari entah ke mana.
Luke pergi dari sana dengan wajah gusar. Anna pasti akan semakin murung setelah melihatnya menolong wanita lain di bandingkan Anna. Tentu saja Anna akan cemburu, karena Anna mencintainya.
“Anna, berhenti!” teriak Luke begitu melihat punggung Anna yang berlarian di depan sana. “Please, dengarkan aku dulu Anna!” teriaknya lagi walaupun tak Anna hiraukan.
Luke berlari se kencang mungkin. Anna tidak mungkin menghindarinya seperti ini, jika wanita itu tidak menangis.
“Anna! Please!” ujarnya, begitu berhasil men
Anna memarkir mobilnya di depan pusat perbelanjaan itu. Kawasan elite yang diresmikan pada abad 20 itu memang sangat unik. Letaknya ada di bawah tanah, dan bentuknya yang seperti labirin akan membuat pengunjung seperti sedang berpetualang. Kawasannya juga sangat luas, dan pengunjung bisa menemukan apa pun di sana.“Binar, kamu mau main petak umpet ngajak aku ke sini?” canda Anna saat mereka mulai memasuki kawasan mall itu.Binar tersenyum kilas. Matanya berkedip—menggoda Anna. “Mau jalan-jalan Anna. Kalo main petak umpet di sini, yang ada, aku bisa masuk dalam daftar orang kesasar.”“Hahaha ... “ Anna kembali tertawa lebar. Binar selalu sukses membuatnya tertawa. “mau makan dulu, apa jalan-jalan dulu kita?” lanjutnya.“Jalan-jalan dulu lah, biar lapar. Ntar pas kamu traktir, aku makannya sedikit dong kalo gak lapar,” celetuk Binar.“Ish, awas anaknya r
Anna terus berlari sambil memeluk perutnya dengan erat. Semua kenyataan ini, benar-benar menghancurkannya. Luke ternyata masih berhubungan dengan wanita itu di belakangnya, dan sayangnya, dia tak mengetahuinya sehingga mempercayai Luke begitu mudah.Anna merasakan perutnya sedikit nyeri. Dia terlalu cepat dan terlalu jauh juga berlari. Seakan dengan berlari jauh, semua kenyataan itu akan hilang, dan kenyataan pahit tadi seolah hanya mimpi semu seiring jarak yang dia tempuh. Tapi bodohnya dia, karena sejauh apa pun dia mencoba untuk tak mempercayainya, kenyataan itu akan tetap terpampang jelas di depan mata.Anna duduk di pinggir jalan sambil mengusap perutnya dan mencoba mengatur perbatasannya yang tersengal. Jika kondisinya seperti ini, dia bisa membahayakan janinnya. “Maafkan, Ibu Nak. Maaf,” lirih Anna sambil terus mengusap perutnya dengan lembut.Seseorang berhasil menyusulnya, dan orang itu adalah Binar. Binar juga duduk di samping Anna dan menarik wa
Ekstra Part 1Luke tertawa sumbang. Bagaimana dia bisa se bodoh ini? Dia yang sejatinya seorang pria arogan, malah tak bisa berkutik sama sekali hanya karena sebuah fakta yang bahkan belum dia ketahui kebenarannya.Dengan sekali tarikan napas, Luke mengambil ponselnya kemudian menghubungi seseorang yang bisa dia ajak untuk menemukan jalan keluar permasalahannya.“Halo, Dad. Bisa kita bertemu?” ucap Luke begitu panggilannya di angkat.“Baiklah. Lagi pula, aku memang Ingin mengunjungi perusahaanmu.”Klik! Sambungan itu mati. Luke meletakkan ponselnya, kemudian bangkit dari kursi kebesarannya lantas dia pun melangkah ke arah lemari dan mengambil sesuatu di sana.“Maaf, aku mengecewakanmu lagi ... “ lirihnya pelan.Luke mengusap cincin berlian yang tak sengaja dia beli saat mengaja Anna ke toko emas beberapa bulan yang lalu. Cincin berwarna putih dengan satu berlian besar yang menghiasinya, membuat Luke rela mengeluarkan ua
Luke mengedarkan pandangannya. Rumah berukuran kecil itu, jauh dari kata nyaman. Entah bagaimana Selena menjalani hari-harinya dengan kondisi seperti itu?Sepatunya yang hitam mengkilat, melangkah memasuki rumah begitu pintunya terbuka. “Selena?” panggilnya begitu sampai di ruang tamu yang hanya berisikan meja dan sofa panjang.“Maaf—Tu—tuan?” Selena yang kebetulan memakai baju tidur dengan serat kain tipis, membuat perutnya menonjol karena kehamilannya. Tentu saja, pemandangan itu membuat pandangan mata Luke teralih ‘kan.Selena tidak berbohong. Sekali lagi dia melihat, jika Selena memang benar-benar hamil.“Tuan, hiks ... hiks ...” Selena tiba-tiba menangis terisak. Tangis yang dia persembahkan, karena berbahagia. Bahagia, karena ladang kemewahannya mendatanginya—lagi.Luke berdecih muak. Jika saja, dia tidak dibayangi oleh kekalutan dan menderitanya Anna saat bersama dengannya, mungkin dia sudah membuat Selena memasuk
Ke esokan harinya.Luke membuka pintu kamarnya dengan pelan. Sorot matanya yang biasanya tajam, dan penuh keangkuhan, kini menyorot sendu, bak mayat hidup yang sudah mati ratusan tahun lalu.Sangat terlihat jelas, kantung mata menghitam yang menghiasi kelopak mata bawahnya. Rambutnya yang berantakan, dan wajahnya yang sembab, menjadi tanda jika Luke tidak baik-baik saja sejak semalam. Terbukti juga, dari kemeja lusuh dengan bercak darah yang masih Luke pakai.Apa Luke akan kembali tak waras?Luke menuruni tangga dengan langkah seperti di seret. Rupanya, sandiwaranya untuk membuat Anna terluka kemudian pergi, sangat berimbas buruk kepada dirinya sendiri. Dia tak pernah menyangka, pengaruh Anna akan se hebat ini.Pandangan matanya yang terasa perih saat bola matanya bergerak, mengerjap beberapa kali saat dia melihat keheningan yang tercipta. Rumahnya sudah benar-benar kosong. Kini, hanya tinggal kesunyian dan kegelapan,
Bagian 1 – Tetap Bertahan3 bulan kemudianWanita cantik itu dengan penuh semangat menggerakkan selang air untuk menyirami bunga-bunga yang selalu dirawatnya dengan baik. Sesekali, senandung kecil terdengar dari gerak bibirnya yang mungil. Nyatanya, kebersamaannya dengan bunga-bunga itu membuat rasa sakitnya sedikit berkurang, terbukti dari senyumnya yang tak henti-hentinya mengembang.Tangannya yang lentik sesekali meremas pinggangnya yang terasa nyeri. Kehamilannya sudah menginjak usia 7 bulan. Dan kehidupannya masih tetap begitu-begitu saja. Tidak ada sedikit pun perubahan. Roda kehidupan memang terus berputar, tapi hidupnya saat ini, mungkin masih tetap berada di titik terendah.Wanita itu menyeka keringat yang membasahi pelipisnya. Senyuman di wajahnya kembali mengembang saat merasakan beberapa gerakan lincah yang terasa di dalam perutnya. Tentu saja kondisi bayinya di dalam sana sudah sempurna dan bergerak aktif karena usia kehamilannya yang hampir gena
Anna memasuki kamarnya dengan air mata yang tiada hentinya mengalir. Luke yang se berengsek itu, entah kenapa masih membuatnya tak ingin pergi. Dia masih ingin terus bertahan, untuk menjaga Luke dan membuat Luke mengetahui kebohongan Selena. Sayangnya, dia masih belum memiliki bukti untuk membuka semua kebusukan wanita itu.Selena adalah seorang jalang. Tidak menutup kemungkinan, jika bayi yang berada dalam kandungan Selena adalah benih pria lain. Lagi pula, saat itu Luke sudah membuang Selena dan menjalani rumah tangga bahagia bersama dengannya. Lalu, tiba-tiba saja Selena datang dengan kehamilannya dan mengatakan jika bayi dalam kandungannya adalah anak Luke. Dan Luke? Luke malah dengan bodohnya percaya begitu saja.“Eh?” suaranya menggantung dengan alis mengerut begitu melihat sebuah bungkusan yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya.Aneh. Perasaan dia tidak menaruh apa-apa di tempat itu. Lalu? Siapa yang menaruhnya?Anna mengambil bu
“Kamu sakit,” ucap Anna saat melihat suaminya, pulang dengan wajah pucat. “duduklah. Aku akan mengompresmu.”Luke menoleh kilas. “Tidak perlu. Selena akan merawatku.”Anna menarik nafasnya pelan. Dia sudah berjanji pada Jasmine, untuk menghadapi Luke dengan kepala dingin dan meruntuhkan hatinya dengan kesabaran. Lagi pula, sudah menjadi tugasnya sebagai seorang istri untuk merawat suaminya, se berengsek apa pun suaminya itu.“Tidak bisa!” Koreksi Anna, tetap mempertahankan pendiriannya.“Kenapa tidak?!” sergah Luke dengan suara meninggi. Dia benar-benar merasa lemah, dan Anna masih terus saja mengusiknya. Please, dia ingin berbaring di ranjangnya dan melupakan rasa sakit yang tiba-tiba mendera.Anna bersikukuh memegang lengan Luke, walaupun Luke terus menolaknya. Tapi dia tak peduli dengan penolakan itu. Yang terpenting, dia bisa melakukan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik.“Selena yang akan merawatku, Anna.” kukuh Luke meski nyaris s