Share

Bab 7

Haruskah Deisy menggugat cerai suaminya?

Tidak. Deisy sudah mengorbankan segalanya. Pekerjaan, mental hingga kebahagiaannya. Ia  tak akan membiarkan orang-orang itu bersenang-senang di atas kesedihannya. Ia turun ke lantai 1 untuk mengisi perut. Ia mendengar suara tawa dari kamar Bu Risa. Ia mendekat ke arah pintunya. Mendengar ocehan mereka yang sangat kejam.

“Mama lebih setuju kalau Leo cerai saja dari Deisy.”

“Mama serius? Bukannya mama suka sama Kak Deisy?”

“Dulu iya. Tidak setelah tahu dia mandul. Nikah sudah mau 4 tahun tapi gak hamil juga. Intinya mama tidak masalah jika ganti menantu.”

“Ya, masuk akal sih ma. Kita memang belum kenal sama Kak Rindi. Tapi kata Mas Leo, dia perempuan yang baik.”

“Tuh kan. Besok kita diskusi sama mas-mu. Biar masalah ini cepat selesai.”

Baik suami maupun keluarga suaminya sama-sama orang jahat. Deisy menggenggam jemarinya. Rasanya ingin langsung membuat perhitungan. Menjambak rambut Bu Risa dan menampar Icha. Andai dia bisa melakukan itu dengan mudah. 

Tapi tidak. Dia tidak akan pergi begitu saja. Dia bukan perempuan lemah. Dia wanita yang pintar dan bisa menyelesaikan masalah itu. Diambilnya susu dan roti. Dibawanya ke kamar. Leo tidur di kamar tamu. Deisy tidak mau melihatnya malam ini. Deisy membuka jendela dan membiarkan angin dingin itu menguasai ruang kamarnya. 

Ia ingin merasakan dinginnya udara malam itu. Seperti apa rasanya setelah ia merasakan sakit paling parah di dalam hidupnya? Apakah sakit hatinya sedikit berkurang dengan udara dingin itu? Tidak. Sakit dihatinya masih terasa. Begitu membekas sampai tidak bisa hilang.

“Aku harus bagaimana?”gumamnya lirih. Kecemasannya semakin meningkat seiring waktu berjalan. Dia tak punya siapa-siapa. Harus kemana dia mengadu? 

Saat mengingat fakta yang menghancurkan rumah tangganya, ia menangis lagi. Ditahannya suara dengan menutup mulut. Tangannya memukul dirinya sendiri. Menyalahkan dirinya yang begitu bodoh. Sangat bodoh sampai bisa terjebak di dalam jeruji pernikahan ini. 

Sampai seseorang mengetuk pintu kamarnya. Membuka pintu itu dan menemuinya. Memeluknya dengan wajah penyesalan. Benarkah dia menyesal? Deisy tidak yakin.

“Sayang! Maafkan aku. Maafkan aku sayang!!”ucapnya.

“Hiks!”

Leo menemaninya sampai tidur. Pria itu disampingnya dengan kerelaan hati. Entah tulus atau tidak, Deisy tidak peduli. Dan Deisy tahu betul sifat Leo. Dia sangat mencintai Bu Risa. Wanita itu bisa mengubah Leo sedemikian rupa dalam waktu singkat. Desakan keluarga soal hamil saja bisa membuat Leo bergerak cepat untuk check up ke rumah sakit. Leo akan melakukan apapun yang disuruh Bu Risa.

Ya, dia berlindung di bawah ketiak ibunya.

***

Rumah sakit Cinta Kasih, tempat dimana Pak Amran dirawat. Pria itu memilih tetap disana untuk menjaga kesehatan mentalnya. Ia juga harus di cek rutin agar tidak tumbang. Pria itu menderita penyakit berlapis. Ginjal dan diabetes yang lumayan parah. Setahu Deisy, dia tidak suka serumah dengan istrinya. Wanita itu membuatnya tersiksa secara mental. 

Siang itu, Deisy pergi untuk mengunjunginya. Kunjungan kedua selama ini menikah dengan Leo. Deisy tidak ingin mendekatkan diri dengan ayah mertuanya itu. Sebab perlu ada jarak antara mertua dan menantu. Tapi alasan utamanya adalah dia benci bau rumah sakit. Dia ingat waktu ibu tirinya meninggal. Betapa menyakitkan hal itu. Ditambah, ia harus kembali ke panti asuhan. Saat-saat yang kejam dan penuh derita.

Tapi semua trauma itu ia tahan dan pendam. Ia berjalan perlahan setelah mengisi buku tamu. Dibukanya pintu itu setelah diketuk beberapa kali. 

“Pa, apa kabar?”ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Kabar baik, Dei. Kamu gimana?”

“Baik juga, pah. Oh ya, aku potongin apel ya, Pa. Maaf banget baru bisa datang sekarang. Selama ini, aku sibuk.”

“Iya. Papa paham kok. Kamu pasti sibuk kerja juga. Pekerjaanmu juga berat kan?”balas Pak Amran. Jadi selama ini Pak Amran gak tahu kalau dirinya sudah resign dari kantor. Deisy tambah marah pada Bu Risa. Dia bergegas mencari pisau untuk memotong buah itu. 

“Pa, sebenarnya kabarku sedang buruk banget. Aku bingung harus bagaimana. Makanya pengen minta tolong sama papa.”ucap Deisy setelah menyajikan potongan buah apel itu. Dia menangis untuk menambah kesan tragis dalam ceritanya.

“Deisy, ada apa? Bilang sama papa. Apa Leo nyakitin kamu?”

Sambil terisak, ia menceritakan semua yang terjadi. Dan tentu saja, Pak Amran belum tahu apa-apa. 

“Dan papa harus tahu kalau aku sedang hamil sekarang.”ucap Deisy. Air muka pria itu berubah. Kalau seandainya dia punya pikiran untuk membiarkan Deisy dan Leo bercerai, maka hal itu akan langsung gagal. Deisy akan menggunakan anak dalam kandungannya untuk balas dendam. Kejam? Memang. Sekejam perlakuan Leo dan keluarganya.

“Ka-kamu lagi hamil?”ucap Pak Amran syok.

“Pa, aku percaya sama papa. Aku harus bagaimana? Apa aku harus cerai dari Mas Leo?”balas Deisy dengan wajah sedihnya.

“Gila! Ini gak masuk akal.”gumam pria itu. Dia terlihat sangat syok. Dan Deisy tidak peduli.

“Papa orang pertama yang tahu kalau aku hamil. Aku ingin minta pendapat papa. Sebab–semua orang ada di pihak Mas Leo.”seru Deisy. 

Balas dendam pertama. Membuat Pak Amran disisinya. Semua juga tahu kalau pria itu pemegang tahta tertinggi dalam keluarga Prasesa. Dia adalah pria yang bijak dalam bersikap. Makanya, Prasesa Group meningkat performanya ketika pria itu yang jadi direktur utama. Dia jatuh sakit dan terpaksa mundur dari jabatan itu. Dan sekarang, Leo yang menggantikannya.

Setelah bicara dengan Pak Amran, ia menikmati makanan di restoran. Ia tidak ingin pulang ke rumah. Pasti Bu Risa dan Icha menghujaninya dengan kata-kata yang menyakitkan. Saat sendiri, air matanya mengalir lagi dan lagi. Masih tidak bisa menerima dirinya diselingkuhi.

Ekspektasinya tentang pernikahan sangatlah tinggi. Bagaimana dua orang terikat dan saling menyayangi. Berbagi cinta untuk menguatkan satu sama lain. Dan Leo sudah memberikan itu di tiga tahun pernikahan mereka. Meski polemik dengan ibu mertua dan adik iparnya, Deisy tidak masalah. Selagi Leo mencintainya, tak akan ada yang membuatnya putar balik. 

Sayangnya, Leo juga melakukan hal yang sama. Bahkan lebih sakit dan menyiksa dibanding perlakuan Bu Risa dan Icha. Orang yang ia percaya tiba-tiba menghunusnya dengan pedang tajam. Merobek hatinya sampai penuh darah. Ini sangat memilukan.

“Mbak, tidak apa-apa?”ucap pelayan itu dengan mimik wajah khawatir.

“Ah, i-iya.”

Dia menaruh tisu di atas meja. Bahkan orang asing saja begitu menghargainya. Tapi kenapa Leo, suaminya sendiri, tega melakukan itu? 

Mbak Gina

: Bu Deisy, saya dengar perempuan itu akan datang malam ini. Bu Deisy dimana? Ibu baik-baik saja kan? 

Deisy menerima pesan dari Mbak Gina. Pesan yang membuatnya berdiri tegak. Dia tak akan gentar. Dia akan kuat melewati setiap rintangan. Dia pasti akan berhasil. Jika jatuh, dia tidak akan jatuh sendiri. Sudah cukup semua sikap baiknya selama ini. Kesabaran itu ada batasnya. Dan ketika sudah melewati batas, dia berhak marah. Dia berhak melakukan apapun sesuai logikanya.

Dia membayar dan segera berangkat untuk pulang. Jika malam ini mereka membawa perempuan itu, maka malam ini, Deisy akan menghancurkan setiap angan yang sudah mereka buat. Perceraian? Tidak. Deisy tidak akan mau. Itu hanya akan membuat mereka tertawa dan berpuas diri. Sebab, itulah yang mereka mau.



Udangkece

Tinggalkan komentar

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status