Brak!
Tubuh Prita terlihat membusung saking kagetnya.
"Bikin kaget aja!" Prita mengelus dada.
Ada yang aneh dengan sikap Jali yang hanya terdiam dengan mata sembab.
Cowok itu sepertinya sedang marah besar pada Prita. Namun di sisi lain juga ada rasa takut.
Prita tidak bisa menerjemahkan apa yang sedang meninpa Jali.
"Kenapa Zai?" lirih Jali.
"Maksud lo?" Heran Prita menautkan kedua alisnya.
"Kenapa anak-anak Zaggar bisa tahu masalah gue?" Kedua tangan Jali terlihat mengepal. Namun sesaat kemudian kembali melemas.
"Apa?" Prita terkesiap mendengar itu. Sekarang Prita mengerti kenapa Jali membuka pintu secara tiba-tiba. Cowok itu sedang curiga padanya.
"Bukan gue Jal. Sumpah gue gak beritahu siapa pun!" Prita mengangjat kedua tangannya dan membentuk hirup V.
"Terus siapa? Yang tahu masalah gue cuma lo!" sentak Jali sekarang nadanya terdengar sarkas.
"Tapi gak mungkin kan gue menjerumuskan teman sendiri.
"Pagi, Mas ganteng," sapa Resti saat Joan masuk ke dalam kedai. Seperti biasa, di hari minggu cerah Joan orang pertama yang mengunjungi kedai Yumarijomblo."Pagi, Bu," sahut Joan yang langsung terduduk."Mau pesan sekarang?""Ngga dulu Bu, udah sarapan lagian masih pagi juga."Resti tersenyum dengan sebuah anggukan kefil, lalu wanita itu pergi ke ruangan sebelah untuk menurunkan kusri.Zain keliar dari dapur dengan sebuah lap yang menggantung di bahu kirinya.Melihat cewek itu tengah melaksakan aktivitas paginya, membuat Joan cepat-cepat menghampiri gadis itu."Boleh aku bantuin?" kata Joan membuat Zain cukup kaget. Is menoleh secara sepontan pada Joan yang tiba-tiba sudah ada di sebelahnya."Aduh ni si Joan ngagetin gue aja! Pagi-pagi udah ada di sini aja nih cowok. Kayaknya apa yang gue pikirkan emang bener, si Joan kayaknya punya perasaan sama si Prita," batin Zain. Matanya tak terlepas dari wajah Joan sehingga cowok i
Sebetulnya telinga Prita cukup lelah, karena sedari tadi Letta terus saja berbicara tanpa membuarkan dirinys ikut menyahut.Letta merengek meminta untuk bermain boneka koin. Boneka yang ada di dalam lemari itu."Zain kok diam aja? Lagi sariawan yah?""Gimana gue mau ngomong, dari tadi lo nuerocos mulu," gerutu Prita di dalam hati. Ia mengembuskan napas perlahan dan mencoba mengukir senyum. Meaki senyyman yang terlihat itu adalah sebauh senyuman yang dipaksakan."Ngga kok gue sehat. Yaudah kita ke sana."Mendengar itu, Letta meloncan kegirangan. Prita benar-benar dibuat tepuk jidat. Orang yangsedang kencan dengannya ini tak lebih bak anak kecil umur lima tahunan."Ayo Zain sedikit lagi!" teriak Letta saat boneka monyet hampir terangkat di dalam sana.Akan tetapi sayang beribu sayang, bonekanya terjatuh kembali membuat Letta mendesis kecewa."Ah, masa jatuh lagi bonekanya.""Ayo Zain daptein boneka monyet itu, Letta kepeng
Dengan hati yang amat mendung, Jali melangkah masuk ke dalam rumah.Namun stelah ia sampai di dalam, tak ada siapa-siapa. Jali memutuskan untuk ke kamar sang adik. Dan benar dugaannya, di sana ada seorang gadis kecil tengah meringkuk sambil memeluk lutitnya dengan kedua tangannya."Bang Jali?" Farah mendingak kala mendmegar seseorang membukakan pintu.Wajah anak itu terlihat sembab. Matanya sayu seperti kelamaan habis menangis."Farah kamu kenapa nangis?" Jali berjongkok seraya menghimpit kedua pipi Farah yang gembul."Bang, Ayah dibawa ke rumah sakit," ucap Farah kembali menangis.Sebelum Jali datang ke rumah. Dafa ditemukan pingsan di kamar mandi oleh Farah. Gadis kecil itu langsung berteriak meminta pertolongan. Pak Wira—tetangganya segera membawa Dafa, sedangkan Farah disuruh tetap diam di rumah sampai Jali datang."Apa? Kapan Far?" Wjaah Jali terlihat cengo."Barusan, tadi ayah jatuh di kamar
Entah kemana Prita perginya, Yudi sudah suntuk menunggu Prita hampir satu jam di rumahnya. Sejurus kemudian Yudi mendengar suara msin motor dan segera pergi ke luar. Sebelum itu ia terlihat pamit pada Bi Yem. "Lo ke mana aja si, Zai?" Prita mendongak. "Yudi?" "Em, gue ditahan sama keluarganya si Letta, Yud," terang Prita. Kening Yudi membentuk guratan-guratan. "Ditahan?" "Iya, jadi tadi ceritanya gue kencan sama Letta dan gue diminta dia buat nganterin dia ke rumahnya. Eh, pas gue di sama gue malah gak dibolehin balik sama si Letta dan nyokapnya. Tapi untung aja ada bokapnya si Letta yang masih normal, akhirnya gue bisa balik deh," jelas Prita panjang lebar. "Btw, tumben lo ke sini?" Prita bertanya. "Gue ada kabar buruk, Zai," balas Yudi. "Hah?" "Bokapnya Jali masuk rumah sakit." "Apa?!" Kaget Prita. Otaknya langsung berpikir ke arah penyakit yang Pak Dafa derita.
"Em ... aku berangkat ya Bu!""Heh! Kamu belum jawab pertanyaan ibu!" teriak Resti, tetapi anak itu sudah lebih dulu melesat meninggalkan pekarangan rumah.Zain tidak tahu sudah berapa lama ia tidak lagi bermain dengan leluasa semenjak jiwanya menempati raga Prita. Bahkan Zain pun sudah lama tidak melihat Zeno—sepupunya.Pria itu hanya bisa menghela napas dengan apa yang terjadi saat ini. Zain benar-benar masih tidak percaya kehiduoannya seperti di novel-novel—kemustahilan terjadi di dunia nyatanya.Usai sampai di tempat tujuan, Zain lekas memarkirkan motornya dan segera masuk ke dalam gedung rumah sakit yang dipenuhi lampu.Setelah bertanya pada sister mengenai kamar ayahnya Jali, Zain langsung mendatangi tempat tersebut. Dan benar saja sudah banyak orang yang berkunjung di sana."Prita?" lirih Joan.Zain mengambil tempat di sebelah Jali dan memeluknya. Zain menepuk bahu Jali dan membisikan sesuatu.Ten
Saat pergi kencan, mereka malah memilih bermain. Zain tidak akan sudi mengajak Prita makan bersama atau berbelanja, ia memilih mengajak Prita ke tempat permainan basket di alam terbuka."Ini kan ...." Tempatnya sedikit dejavu. Prita menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal."Kenapa?" Zain melirik pada gadis itu. Mungkin saja Prita terpanah dengan suasananya yang adem ayem juga sejuk."Ini kan tempat yang gue kunjungi kemarin sama Joy," celetuknya yang kini sudah sadar akan tempatnya. Ya, baru saja kemarin ia ke sini bersama dengan Joy Astella.Ada yang diam-diam memgawasi mereka. Siapa lagi jika bukan y. Meski Joy tidak bisa mendengar percakapan mereka. Akan tetapi ia melihat gerak-gerik mereka dari kejauhan. Ya, yang penting ia bisa memantau a saja yang sedang mereka lakukan.Sesekal Joy akan pindah kohkn satu ke pohin yang lainnya. Saat ini Joy sedang menjadi detektif untuk mengawasi Zain dan Prita."Apa?" kaget Zain.
Prita menjamah bibirnya. Is teringat ketika Zain secara tiba-tiba menciumnya, bahkan saat posisinya begitu intim."Ih!" Prita melempar bantal ke sbarang tempat. Ia jadi tak karuan sendiri. Meskipun alasannya hanya ingin membuat Joy pergi menjauh, tetapi cara Zain terlalu berlebihan. Pria itu sudah mengambil ciuman pertama Prita."Seharusnya dia ngga perlu kayak gitu!""Ah, gue kenapa sih!" Prita mengacak-acak rambutnya sendiri secara prustrasi.***"Kamu taruh balonnya di pojok sana. Jangan lupa di depan pintu juga ya," seru Resti pada Cici, sedangkan dirinya akan bersiap mengambil kue yang telah dibuatnya."Ok, tante." Cici mengangkat tangannya dan membentuk huruf o—pertanda ok.Kebetulan sekali sang anak sedang pergi dannpulang sore. Ini dijadikan kesempatan bagi Resti untuk membuat kejutan.Setiap tahun Resti memang selalu memberikan suprose untuk Prita, dan anak itu selalu terkwjut dengan suprise yang sang
"Kak Joy?" Pink menghampiri Joy yang terlihat terus bergerutu.Joy terduduk di bangku koridor, Pink pun ikut duduk di sana dan mulai menanyai Joy. Seharusnya Joy masih berada di gudang dan menikmati penderitaan yang sedang Prita alami."Kok, Kak Joy ada di sini? Bukannya seharusnya—"Joy mendelik memperlihatkan matanya yang membulat tajam."Zain tiba-tiba ada di sana!" sunggut Joy merasa kesal. Jika saja Zain tidak datang ke sana, pastilah Prita sudah habis di tangannya. Joy tidak peduli jika Prita memang akan benar-benar mati nantinya, toh Prita sulit sekali untuk dihancurkan."Zain datang ke sana? T—tapi giamna bisa? Siapa yang ngasih tahu dia?" Pink juga tidak menyangka sepupunya itu akan tahu dengan posisi Joy dan Prita di gudang."Menurut lo? Siapa lagi kalo bukan temanya itu." Joy menjawab dengan ketus. Suasana hati Joy sedang tidak bagus saat ini. Anak itu memang tumbuh menjadi gadis yang egois dan pemarah dan mungkin ini