Raline : Marigold Love

Raline : Marigold Love

By:  Maanovpy  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
16 ratings
9Chapters
1.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Raline Alvira (18) harus menggantikan saudara kembarnya yang terbaring koma, Ralina Annisa. Kuliah di jurusan Lina dengan kehidupannya yang dikenal banyak orang. Sementara nama Raline Alvira, harus rela terkubur dalam universitas lamanya di kota sebelah. Termasuk menjadi kekasih dari tunangan kakaknya, Muaz Anggara (19). Lelaki yang juga disukai Raline. “Kenapa lo gak nolongin Lina waktu itu?” tanya Muaz dingin. “Percuma gue jawab, gak akan ngubah sedikit pun pandangan lo tentang gue.” “Lo cuma cemburu, ‘kan? Lina bisa dapetin segalanya termasuk gue, cowok yang lo suka. Sementara lo gak bisa.” “Gue punya alasan, tapi bukan itu. Gak akan make sense buat orang keras kepala kayak lo.” Raline dibenci semua orang yang menyangka dia mencelakai Ralina. Namun, sebagai Ralina, Raline mendapatkan banyak hal. Muaz contohnya—walau dalam konteks tak menyenangkan.Apakah Muaz akhirnya akan menerima Raline sebagaimana Ralina? Apakah Ralina akhirnya akan terbangun dan merebut semuanya dari Raline atau Raline akan berkeras mempertahankan satu untuknya, Muaz?

View More
Raline : Marigold Love Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Nunu nana
mangats Thor updatenya cuma kehalang kunci
2021-09-25 15:47:33
1
default avatar
Nunu nana
Thor updatenya mana ni
2021-09-10 23:15:22
1
user avatar
Anna an
Sukaaa... mangstts ya thorrr
2021-09-04 00:15:07
2
user avatar
Ailana Misha
Arti dari bunga Marigold sendiri sudah sedih, dan ceritanya Raline yg banyak orang buruk sangka padanya jg menyedihkan... Be wise ya Muaz, because hurtful words akan terus membekas... Awesome book, kak... Love it!
2021-08-10 13:24:57
1
user avatar
Maanovpy
...............
2021-08-07 22:22:47
1
user avatar
Audreynatasha20
Keren banget ceritanya. semangat thor ...
2021-08-07 12:02:10
1
user avatar
youarestarsx
menarik ceritanya thor, next yaa
2021-08-07 12:01:56
1
default avatar
Nunu nana
Cepetan dong Thor updatenya
2021-08-06 21:49:28
1
user avatar
Jeon Juliet
Ditunggu next partnya
2021-08-06 17:56:45
1
user avatar
Eluna
Seru, Thor. Alurnya menguras emosi.
2021-08-06 16:55:18
1
default avatar
Nunu nana
...............
2021-07-29 18:59:27
2
user avatar
N Mustika
Haaaiiiiii... Nilam Hadiiiir
2021-07-24 14:40:51
1
user avatar
Ris Manice
Keren banget ceritanya ❤️ luvv luv
2021-07-23 11:23:41
1
user avatar
Kyna
Si Muaz jahat banget pen nampol.
2021-07-23 07:35:38
1
user avatar
Mardiana
Keren ceritanya kk Jangan lupa mampir di ceritaku ya k
2021-07-23 00:18:43
1
  • 1
  • 2
9 Chapters
1. Hanya aku yang tahu
“Han, lo harus jelasin ke mereka yang sebenarnya terjadi,” lirih Hana. Dia ingin sekali mendampingi Hani di dalam sana, menguatkannya agar bertahan dalam masa koma. Namun, keluarganya melarang, bahkan Hana baru diberi izin menengok setelah dua hari Hani masuk rumah sakit. Ada begitu banyak alat yang menunjang kehidupan Hani, ada banyak cairan yang diatur untuk memenuhi kebutuhan tubuh gadis itu agar tetap stabil. Hana sebagai saudara kembarnya merasakan sedih yang luar biasa. Dia adalah orang terakhir yang bertemu Hani sebelum koma. Dan karena itu semua, keluarganya menyalahkan Hana sebagai penyebab Hani koma. “Han, tega banget lo gue jauh-jauh ke sini malah tidur.” Jika boleh, Hana juga ingin menangis. Akan tetapi, orang tuanya sedang rapuh. Kesedihan Hana tak akan ada apa-apanya dibandingkan kesedihan mereka. Hana mendengar ketukan langkah kaki mendekatinya, tapi dia tak mau menoleh. Tahu kalau orang itu akan menyuruh Hana pergi, selalu begi
Read more
2.  Tidak Selamanya Baik
Jika Hana berpikir orang tuanya akan memperlakukan dia seperti Hani, jawabannya : salah besar. Heh, apa yang dia harapkan? Disiapkan baju kuliah dan disuguhkan makanan mewah? Atau dibangunkan pagi-pagi dengan suara lembut mengingatkan bahwa ini sudah pagi? Ironisnya, itu semua hanya sebatas mimpi. Di kamarnya yang dulu, Hana mengenang kembali semua ingatannya di tempat ini. Dulu kalau Hani mengadukan yang tidak-tidak dan Hana dimarahi, dia pasti akan menangis di pojokan. Saat Hana dihukum tidak boleh ke mana-mana, balkonlah yang jadi tempat pelariannya. Atau saat Hana kesulitan tidur, dia akan menyeHanip ke bathup dan tidur di sana. 9 tahun sudah berlalu. Hana merindukannya setiap saat. Di sela-sela mengenangnya itu, pintu dibuka tiba-tiba membuatnya terkejut. Hani menatapnya dingin, tidak tampak seperti seorang ibu yang sudah lama tidak bertemu anaknya. “Cepet turun. Owen udah tunggu di bawah,” katanya langsung pergi lagi. Han
Read more
3. I’m (Not) Okay
 Kelas berakhir sekitar 15 menit lebih lama dari jadwal seharusnya. Dosen memberikan sebuah kuis bagi mereka yang bisa menyelesaikan soal sepuluh orang paling cepat. Sayangnya Raline sama sekali belum mengerti tentang materinya, jadilah dia tidak termasuk ke dalam sepuluh orang itu. Padahal di kampusnya dulu, Raline termasuk murid pintar di jurusannya dan mendapatkan beasiswa. Mungkin karena Raline pintar di hitung-hitungan dan jurusan Ralina lebih ke soshum makanya gadis itu perlu lebih banyak waktu bersosialisasi. Raline yang duduk di jajaran bangku depan langsung membereskan buku-bukunya setelah dosen menutup kelas. Ingat dengan peringatan Muaz untuk langsung pergi saat kelas usai. Namun, baru saja Raline memasukkan sebagian bukunya, orang-orang yang tadi pagi menyapanya sudah berdiri di samping bangkunya. Raline mendesah pelan, malas juga direcoki orang-orang seperti mereka melulu. &
Read more
4. Still Bad
Ke mana perginya bintang di siang hari? Apakah tertutup dengan cahaya matahari yang begitu terang? Lalu ke mana perginya kebahagiaan yang pantas Hana dapatkan? Apakah mereka terkesima dengan Hani dan berbalik padanya? What can be asked? Hana is an ordinary person when compared to Hani. “Hush! Lagi-lagi mulai,” gerutu Hana menggelengkan kepala, mengenyahkan semua pikiran buruknya. Tak baik menyalahkan takdir, tapi apa boleh buat? Hana tak ingin membenci dirinya sendiri yang bernasib sedemikian buruk. Dia kembali meneguk minuman kaleng sambil menatap lurus ke depan, di antara rintik hujan tatapan dan pikirannya berkelana. Apakah benar ada akhir bahagia yang menunggunya di ujung garis finis? Kapan garis itu terlihat? Hana mulai lelah terjebak dalam kubangan putus asa. Sebuah tangan mengagetkan Hana, tiba-tiba menepuk pundaknya. Gadis itu refleks menyentak tangan yang masih bertengger di bahu, mendelik pada si pelaku. “Hana?” Hana
Read more
5. More Bad Luck
Hana terpaku menatap kertas di depannya, mendadak lemas dan tak percaya. Rasanya seperti dijatuhkan dari ketinggian dan membentur tanah hingga tulang-tulangnya remuk. Oke, terlalu hiperbola. Tapi Hana sungguhan tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Nilai E? C saja Hana tak pernah mendapatkannya. “Lin, tumben lo dapet E.” Hana tersentak, langsung membereskan semua buku-bukunya dan langsung pergi. Entahlah siapa tadi yang ngomong, yang jelas Hana sedang butuh menyendiri. Justru karena itu bukan nilainya Hana jadi kecewa pada dirinya sendiri. Ya ampun, mendengar kata orang tadi berarti Hani tidak sebodoh apa yang dibilang Chiko. Gadis itu berjalan tak tentu arah, lupa kalau dia harus ke mana-mana dengan Owen agar tak mengundang curiga. Akan tetapi, bersama lelaki itu hanya akan menambah buruk suasana hatinya. Entahlah mau ke mana di bawah terik matahari ini. Makin bingung dengan tujuannya, akhirnya Hana duduk di halte bis. Dia sudah berj
Read more
6. Part-time
[Mau ke mana lo?] Mau tak mau Hana mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe, memastikan bahwa orang yang meneleponnya itu tak ada di sana. Agak menyesal sih membuka blokiran nomor Owen kalau tidak dipaksa lelaki itu. “Gue ada urusan sama Chiko,” balas Hana. Kini dia dan Chiko sudah ada di salah satu kafe daerah Tanjung Duren Utara. Hana disuruh menunggu sementara Chiko ke belakang bersama teman yang katanya bekerja di sini juga, membantu Hana mendapatkan pekerjaan atas nama sohib antar lelaki Chiko dengan entah siapa itu. [Apa yang gue bilang soal selalu sama gue?] Hana berdecak. “Gue pake topi, gue pake kemeja, dan gue pake masker. No one will realize that i’m your fucking girlfriend. Puas lo?” [Sialan lo! Berani lo ngomong kasar tentang Hani gue hajar lo.] “Cari aja orang yang peduli. Yang jelas itu bukan gue.” Selalu, setiap Owen menelepon pastilah Hana yang pertama kali memutuskan sambungannya. Habisnya lelaki itu punya
Read more
7. Lil Care
HARI pertama Hana bekerja part-time terhitung menyenangkan, apalagi pengalamannya bisa bertemu dengan banyak orang. Tidak ada hambatan baik dari pekerjaannya atau pelanggan kafe. Dulu dia juga pernah bekerja via online dan tak bertahan lama karena neneknya tahu dan melarangnya melanjutkan, fokus saja pada sekolahnya. Ya, saat itu umurnya masih muda untuk mulai bekerja. Sekarang? Selain umurnya yang sudah beranjak dewasa, perbedaannya adalah dia tidak tinggal lagi bersama neneknya. Hanya ada keluarganya yang tak akan peduli. Dia baru selesai sekitar jam setengah 8 malam, itu juga tidak membantu menutup kafe karena para seniornya menyuruhnya pulang saja, hitung-hitung keringanan hari pertama. Sampai di depan rumah diantar Chiko, jujur saja Hana rada deg-degan masuk ke rumah. Ini kali pertamanya pulang larut dan mungkin akan begitu setiap hari. Memantapkan tekad, Hana masuk ke rumah dengan muka temboknya yang datar. Shit, keluarganya sedang berkumpul di ruang ke
Read more
8. Lil Fight
Sesudah kelas selesai, Owen buru-buru ke ruang TBK kampus setelah salah satu temannya memberi tahu tentang Hana yang berulah sebagai Hani. Gadis itu dipanggil ke ruang bimbingan dan konseling karena membuat keributan. Entahlah, Owen tidak ada waktu mendengarnya dan langsung berlari ke gedung inti kampus. Di depan ruangan TBK, beberapa mahasiswa curi dengar ada yang sedang terjadi di dalam dan mengintip melalui kaca. Owen merangsek di antara kerumunan dan masuk ke dalam ruangan. Hana dan seorang gadis yang Owen kenal sebagai Rachel duduk di kursi yang berjauhan. Rachel mendelik tajam pada Hana yang membalasnya dengan tatapan santai. “Pak, ada apa ini?” tanya Owen pada Pak Ridwan, dosen konselor yang membawa keduanya ke ruang itu. Pak Ridwan menggeleng-geleng. “Tanya saja pacar kamu,” jawabnya sarat akan kelelahan. Kelihatan sudah lelah dengan keduaya. “Ada apa?” tanya Owen menggeram kecil. Saudari tunangannya itu sangat mengetes kesabarannya be
Read more
9. Bantuan Reno
Jam 4 sore Hana mondar-mandir di kamar, bergerak gelisah dengan ekor mata terus melirik jam dinding. Jarum panjang itu terus mendetik seolah mengejeknya yang tak bisa apa-apa. Meski terancam tak bisa pergi, Hana tetap bersiap untuk pergi kerja. Putus asa, tiba-tiba Hana dapat ide. Dia menyambar ponselnya, mencari nama Chiko di daftar kontak. [Halo.] “Chik, plis bilang lo ada di rumah.” [Kenapa emangnya?] “Aduhh, Chik, gue butuh banget bantuan lo.” [Iya, lo bilang dulu, ada apaan?] Gadis itu mengatur napasnya agar detak jantungnya ikut stabil. Terlalu gugup dan takut nantinya ditegur jika telat atau tidak bisa masuk kerja. “Jadi gue dihukum soal bogem kemarin, nah gue gak boleh keluar rumah. Plis, anterin gue kerja,” mohon Hana. [Lah, katanya gak boleh keluar rumah.] “I know, tapi masa baru kerja udah bolos sih? Plis, lo tunggu aja di deket rumah gue.” [Duh, gimana ya, Lin? Gue lagi gak di rumah. Ada acar
Read more
DMCA.com Protection Status