Beranda / Romansa / Jodoh Dikejar, Kau Kudapat / Alasan Macam Apa Ini?

Share

Jodoh Dikejar, Kau Kudapat
Jodoh Dikejar, Kau Kudapat
Penulis: Ayda Harada

Alasan Macam Apa Ini?

Penulis: Ayda Harada
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-23 08:32:12

"Mama nggak setuju kamu nikah sama Gala!"

Blaaarrrr...

Kalimat itu bagai petir yang menyambar di siang bolong bagi Gendis. Bagaimana tidak, saat ia mengutarakan niatnya untuk menikah malah ditentang keras oleh mamanya, Fatmala. 

"Kenapa, Ma? Bukannya selama ini Mama juga suka-suka aja sama Mas Gala?" tanya Gendis dengan penasaran. 

Perempuan yang kerap dipanggil Fatma itu menghela napas panjang. Ia menatap putrinya dengan intens, seolah ingin mengatakan sesuatu yang penting dan mendalam. 

"Mama memang membiarkan kamu pacaran sama Gala, tapi bukan berarti Mama setuju kalau kamu sampai menikah sama dia," ucap Fatma lugas. 

Kening Gendis berkerut. Tentu saja ia masih tak paham dengan apa yang dibicarakan mamanya. Pasalnya, selama ini Fatma terlihat menyukai Gala dan membiarkan dirinya menjalin hubungan hingga berjalan tiga tahun lamanya. 

Lantas, mengapa mamanya tak memberi restu padanya dan Gala?

"Mama juga mengira kalau hubungan kamu juga nggak sampai sejauh ini, Dis." Ucapan Fatma mengembalikan Gendis dari pikirannya, perempuan berusia 25 tahun itu menatap mamanya lamat-lamat. Berharap akan mendapat kejelasan dari ibunya. 

Namun, sepuluh menit berlalu Gendis yang tak kunjung mendapat jawaban pun merasa risau. Kedua tangannya saling meremas, gesture yang kerap ia lakukan saat hatinya merasa tak tenang. 

"Mas Gala itu orangnya baik lho, Ma."

"Mama tau kalau Gala itu anaknya baik."

"Terus kenapa Mama nggak setuju kalau Gendis nikah sama Mas Gala?" cecar Gendis tak sabaran. 

"Gala itu lahirnya Selasa Wage sedangkan kamu Kamis Pon. Weton kalian itu nggak cocok kalau buat berumah tangga," tandas Fatma. 

Hati Gendis mencelos mendengar penjelasan Fatma. Apa kata mamanya tadi? 

Weton? 

Oh, Tuhan. Apa Gendis tak salah mendengar? Ini sudah tahun 2021, bukan? Lalu bukankah hal semacam itu hanya di zaman dulu? Rasanya terlalu primitif jika di tahun yang sudah serba canggih ini masih memikirkan hal semacam itu. 

"Astaga, Ma. Ini udah zaman modern lho, emang harus ya pakai 'hal' semacam itu?" tutur Gendis yang merasa ucapan Mamanya tak masuk akal. 

"Ini itu bukan perkara zaman modern atau bukan, Dis," sentak Fatma tegas hingga membuat Gendis sedikit terperanjat. Selama ini ia tak pernah mendengar Mamanya berkata tegas seperti tadi. 

Fatma adalah sosok perempuan yang lembut. Tak sekalipun Gendis mendengar sang mama marah ataupun mengomel. Namun, bukan berarti hal tersebut membuat anak-anak Fatma tak patuh terhadapnya. 

"Ini adalah tradisi turun temurun yang harus dijaga," imbuh Fatma lagi, "kalau Eyangmu masih ada, mereka pasti juga akan sependapat dengan Mama. 

"Kalau hal semacam itu dilanggar nanti nggak akan baik untuk kehidupan rumah tanggamu sama Gala dan Mama nggak mau hal itu sampai terjadi."

Gendis menggeleng pelan. Ia masih tak percaya akan 'hal' semacam itu. Bagi Gendis jika terjadi sesuatu yang buruk pada kehidupannya kelak, itu memang karena sudah digariskan oleh Tuhan. Bukan dari hal-hal yang diluar nalar manusia. 

"Tapi Gendis nggak mau pisah sama Mas Gala, Ma. Gendis cuma mau nikah sama Mas Gala," beritahu Gendis pada mamanya. Berharap mamanya bisa berubah pikiran. 

Sayangnya, semua itu tak dapat merubah pemikiran seorang Fatmala. Perempuan yang masih cantik di usianya yang sudah memasuki setengah abad itu tetap teguh dengan pendapatnya. 

"Sudahlah, Dis," tekan Fatma jengah, "Mama nggak mau debat sama kamu. Jadi, lebih baik kamu akhiri saja hubunganmu sama Gala. Masih banyak laki-laki yang bahkan bisa jauh lebih baik dari Gala.

"Gala pasti juga bakal ngerti tentang semua ini."

"Tapi, Ma...." Ucapan Gendis tertelan kembali sebab Fatma sudah lebih dulu meninggalkan ruang tengah dan menghilang dibalik pintu kamarnya. 

Gendis terduduk lesu di sofa. Matanya terasa panas. Pun dengan kepalanya yang seketika terasa pening. 

Haruskah ia akhiri hubungannya dengan Gala? 

Sanggupkah Gendis jika berpisah dengan laki-laki yang sudah menjadi raja di hatinya selama tiga tahun ini? 

Tak sanggup menahan gejolak di hatinya seorang diri, Gendis berlari menuju kamar tuk mengambil kunci mobilnya. Tanpa berpamitan dengan orang-orang di rumahnya Gendis melajukan mobilnya dengan kecepatan standar menuju suatu tempat. 

Sekuat tenaga ia menahan diri untuk tak menambah kecepatan mobilnya. Meski sekarang pikirannya tengah berkecamuk tapi Gendis masih bisa berpikir dengan jernih. Nalarnya bisa bekerja dengan baik untuk tak membahayakan keselamatan dirinya dan orang lain. 

Setelah hampir 20 menit mengendarai mobilnya, Gendis tiba di tempat tujuannya. Gedung menjulang tinggi yang sudah familiar dengannya. Manggala Corporation. 

Setelah memarkirkan mobilnya dengan baik, Gendis meraih clutch dan keluar dari mobilnya. Saat memasuki gedung itu Gendis sudah dihadapkan dengan sapaan yang kerap yang terima seperti biasa. Dengan senyum mengembang Gendis mencoba membalas sapaan orang-orang tersebut. 

Tak ada yang tahu jika senyum Gendis adalah palsu. Perempuan itu sebisa mungkin menyembunyikan kegundahan hatinya. Ia tak mau menunjukkan sedihnya pada orang lain. 

Gendis masuk ke dalam lift yang kebetulan pintunya terbuka. Mencoba sabar, perempuan yang hari ini terlihat cantik dengan dress sabrina berwarna peach itu menarik napas panjang dan menghembuskan perlahan. 

Ting... 

Tanpa menunggu lama lagi, Gendis keluar dari lift saat benda berbentuk kubus itu berhasil membawanya ke lantai tujuannya. Perempuan itu segera berjalan menuju ruangan dimana ia bisa mencurahkan segala keluh kesahnya. 

Gendis yang sudah lupa adab bertamu pun langsung membuka pintu ruangan itu hingga membuat dua orang laki-laki yang ada di dalamnya terkejut. 

"Lho, Sayang, kok nggak ngabarin dulu kalau mau ke sini?" 

Gendis yang tak tahan pun berlari kecil dan menghambur ke pelukan Gala. Hingga tak berapa lama tangisnya pun pecah begitu saja dan tentunya membuat Gala menjadi bingung. 

Sadar akan hal tersebut, Gala memberi isyarat pada Angga–asisten pribadinya untuk keluar dari ruangannya. 

"Ssttt, kamu kenapa sih? Kok dateng-dateng langsung nangis?" tanya Gala dengan lembut. Lelaki itu mengusap punggung Gendis perlahan. Ia tak peduli jika kemejanya bisa basah akibat terkena air mata kekasihnya tersebut. 

"Aku sayang banget sama kamu, Mas."

Gala tersenyum tipis, ia menunduk tuk kemudian mencium puncak kepala Gendis dalam. Aroma strawberry dari rambut Gendis pun tercium oleh indra penciuman Gala. Aroma yang selalu menjadi favorit Gala. 

"Aku juga sayang banget sama kamu," ujar Gala tulus. Lelaki itu membiarkan Gendis menenangkan dirinya terlebih dulu. Meski sebenarnya, ia cukup penasaran dengan apa yang membuat pujaan hatinya menangis seperti ini. 

Hanya pada Manggala Yudha–kerap dipanggil Gala itu Gendis menunjukkan perasaan sedihnya. Perempuan itu tak peduli bagaimana raut jeleknya saat menangis terlihat oleh Gala. Ya, hanya pada lelaki itu Gendis membagi semuanya. 

Rasa sukanya, cemasnya, marahnya, pun dengan sedihnya. 

"Sekarang bisa ceritain ke aku kenapa kamu nangis kayak gini?" tagih Gala sambil mengusap jejak air mata di wajah cantik Gendis. 

Bukannya langsung menjawab, Gendis kembali memeluk tubuh tegap Gala. Bahkan kali ini lebih erat seakan-akan ia memang tak bisa kehilangan lelaki itu. Saat dirasa hatinya kuat untuk bercerita Gendis membuka suaranya. Memberi jawaban yang membuat Gala diserang rasa penasaran. 

Jawaban yang membuat jantung Gala sempat berhenti untuk beberapa saat. 

"Mama nggak setuju kalau kita nikah, Mas."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Bahagia itu Sederhana

    "Bisa nggak kalau permintaan kamu nggak aneh-aneh kayak gitu?"Gendis mengerucutkan bibirnya saat Gala mengatakan jika permintaannya aneh-aneh. Padahal menurutnya permintaannya cukup sederhana. Pergi bersama Gala sepertinya adalah hal lumrah. Tapi Gala malah menyebutnya seolah adalah hal yang tak bisa dikabulkan."Permintaanku itu simpel tahu, Mas," elak Gendis tak mau disalahkan. "Emangnya kamu beneran bisa terima kenyataan kalau aku nikah sama orang lain?"Pertanyaan Gendis begitu sarat akan ancaman. Semua itu bukanlah gertakan Gendis belaka. Nyatanya, perempuan itu memang akan menikah dengan laki-laki lain yang merupakan pilihan ibunya.Gala tahu itu. Lantas Gala bisa apa? Gala memang pernah mendengar pepatah yang mengatakan jika sebelum janur kuning melengkung seseorang masih milik semua orang. Namun, apakah Gala bisa berbuat suatu hal yang menurutnya sangat menyimpang dari prinsipnya.Sekalipun rasa sakit menghujam hatinya, mau tak

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Pengin Pergi Jauh

    "Bukannya kamu tahu semuanya tentang aku bahkan lebih dari diriku sendiri?"Perkataan itu terus saja terngiang di kepala Gendis. Apa yang dikatakan Gala memang tak sepenuhnya salah. Namun, Gendis tak mau termakan oleh pemikiran yang bisa saja salah. Sekalipun Gala masih menunjukkan rasa perhatiannya. Pun dengan panggilan sayang yang Gala berikan untuknya. Semua itu tak serta merta membuat Gendis bisa membumbungkan rasa kepercayaan diri jika Gala.... masih menginginkannya. Dalam hal ini, Gendis ingin jawaban yang konkret. "Aku memang tahu semuanya tentang Mas Gala tapi aku kan nggak selamanya bisa tahu isi hatimu, Mas," kata Gendis setelah sekian lama terdiam. Sejak Gala memberi jawaban yang cukup ambigu, keduanya memang tak terlibat dalam percakapan apapun. 15 menit setelah mereka selesai makan, Gala mengajak Gendis dan mengatakan jika akan mengantar perempuan itu. Selama itu pula Gendis hanya menurut kemauan Gala dan Gala hanya akan berbicara seper

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Kamu Tahu Aku Lebih dari Diriku Sendiri

    (Hollaaa, maaf banget buat yang udah baca bab sebelumnya dan menemukan banyak kata yang keulang. Tapi udah aku revisi pas ngerasa ada yang aneh sama bab yang aku upload) ***Gala tak menyangka Gendis masih mengingat apa yang ia suka dan apa yang tak ia suka. Rasanya ia seperti dihadapkan pada waktu ketika hubungan mereka masih terasa hangat. Saling memiliki satu sama lain dan terasa membahagiakan. Gala sadar jika Gendis memahami semua tentang dirinya melebihi diri Gala sendiri. "Kamu... gimana kabarnya, Dis?" tanya Gala setelah hanya tinggal mereka berdua. Senyum terkembang di wajah Gendis. Perempuan itu sedikit menundukkan tuk menyembunyikan kesedihannya. "Aku baik, Mas," sahut Gendis menipiskan bibirnya skeptis, "tapi nggak dengan hatiku," lanjutnya dalam hati. Gala mengangguk paham. Suasana saat ini cukup canggung. Gala yang merasa bersalah karena mengajak Gendis yang notabenenya adalah tunangan orang lain dan Gendis yang merasa jika Gala sedikit me

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Hal yang Selalu Diingat

    Ada perasaan yang tak bisa Gendis ungkapkan saat ini. Entah mengapa ia merasa gugup. Kedua kakinya seolah tak bisa diam begitu saja ketika ia sedang menunggu seseorang yang mengajaknya bertemu­­- Manggala Yuda. Gendis merasa seperti abg yang sedang dilanda kasmaran. Terlalu konyol untuk sikap seseorang yang pernah menjalin hubungan selama 5 tahun. Gendis tahu jika pertemuan ini tak sesimpel yang ada dalam bayangan kepalanya. Ini bukanlah sebuah pertemuan ‘kencan’ seperti pasangan pada umumnya. “Kamu udah lama datengnya, Dis?” Gendis mendongak ketika suara berat menyapa indra pendengarannya tuk mendapati Gala-seseorang cyang tengah ia tunggu dan membuatnya merasa gugup berdiri di depannya. Lelaki yang terlihat tampan dengan kemeja maroon yang lengannya digulung sampai siku itu menarik kedua sudut bibirnya ketika mata mereka saling bertemu. Tampan. Satu kata itulah yang seketika terlintas dalam benak Gendis. Ya, hal itu sepertinya sudah tak diragukan lagi. Gala m

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Jangan Lama-Lama Sedihnya, Kasian Hatimu.

    Setiap orang tua pasti mau anaknya bahagia. Sekalipun itu bertentangan dengan 'keinginan' sang Anak. Hal itu adalah perasaan yang Dea rasakan. Setelah pertemuan pertama dengan Shiren, ia merasa jika perempuan yang merupakan teman kerja Dana adalah perempuan yang cocok untuk Gala. Shiren adalah perempuan baik, santun, dan cantik. Rasanya tak ada satupun hal yang membuatnya untuk tak menyukai Shiren. "Kamu udah pulang, Mas?" tanya Dea begitu Gala memasuki ruang keluarga di mana saat ini perempuan itu tengah menikmati reality show yang disiarkan salah satu TV swasta. Gala berhenti dan menoleh ke arah sang Mama. Lelaki itu tersenyum seraya mengangguk kecil. "Mama belum tidur?" tanya Gala balik. Ia melirik ke arah jam yang terpajang cantik di dinding dan waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia cukup tahu kebiasaan mamanya yang selalu tidur jam 9. Untuk itu Gala pun tentu merasa heran saat melihat Dea masih berada di ruang keluarga ketika ia baru saja pula

  • Jodoh Dikejar, Kau Kudapat   Bukan Keinginan Gendis

    "Dis, Abang pinjem charger laptop—LAH, kamu nangis?"Januar baru saja masuk ke kamar Gendis tanpa mengetuk pintu terlebih dulu dan tertegun saat mendapati Adiknya sedang duduk sambil memeluk boneka Panda kesayangannya. Januar melihat air mata mengalir di pipi Gendis dan hal itu selalu membuatnya tak suka. Ia memang bukan kakak yang baik karena selalu jahil dengan adiknya. Namun, melihat bagaimana Gendis mengeluarkan air mata tentu bukanlah hal yang ia sukai. Sekalipun mereka sering bertengkar, Januar mau Gendis selalu tersenyum setiap saat. Gendis hanya melirik ke arah Januar yang berdiri di tengah kamarnya. Ia merutuki kebodohannya yang lupa mengunci pintu sehingga siapapun bisa masuk ke kamarnya dan melihat fakta ini. Selain itu, rasanya Gendis juga ingin menjawab pertanyaan Januar dengan suara lantang. "UDAH TAHU NANGIS, MASIH NANYA LAGI!" Mungkin seperti itulah Gendis akan menjawab pertanyaan sang Kakak. Akan tetapi saat ini, ia merasa malas unt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status