Gala berjalan beriringan bersama para petinggi Manggala Group. Mereka baru saja menyelesaikan meeting terkait ekspor produk yang akan dilakukan 3 hari lagi.
Seperti biasa, semua akan berjalan lancar dengan keputusan yang diambil dengan banyak pertimbangan.
"Kalau begitu saya akan crosscheck lagi jumlah barang yang ada di gudang, Pak," Kata leki-laki bernama Hendra yang merupakan kepala gudang.
Gala mengangguk sebagai bentuk persetujuan. Mengelola perusahaan bukanlah hal yang mudah. Untuk itu, Gala selalu mewanti-wanti pada karyawannya agar lebih teliti lagi.
"Kalau sudah clear, Pak Hendra tolong follow up ke Angga. Atau kalau ada kendala bisa juga diskusi sama dia," kata Gala tegas.
Gala bukanlah tipe Bos yang otoriter. Sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap perusahaan yang tentunya juga menyangkut orang banyak, Gala memang sangat disiplin jika menyangkut soal pekerjaan.
Lelaki itu memang tegas tapi
Apa itu definisi sayang? Sayang? Kepala Gala mencoba menekuri pertanyaan yang Fatma ajukan. Sudah sangat jelas jika ini bukanlah sebuah 'pertanyaan' belaka. Akan ada sebab akibat mengapa perempuan yang masih cantik di usia senja itu bertanya demikian. Gala tak bisa menebak hal apa yang akan terjadi setelahnya. Ia mencoba mencari jawaban yang dirasa pas untuk Gala berikan pada Fatma. Sementara itu Fatma masih duduk dengan anggun di tempatnya. Dilihat dari sisi manapun perempuan itu memang terkesan 'mendominasi'. Mungkin jika seseorang yang duduk di depannya bukanlah Gala, Fatma sudah bisa menebak jika orang tersebut akan gemetar dibuatnya. "Menurut saya sayang itu sebuah perasaan yang tidak bisa diatur dengan 'tangan' kita sendiri, Tante." Gala mulai memberikan jawaban atas pertanyaan Fatma, "Rasa sayang itu bisa muncul pada siapapun tanpa bisa kita cegah. "Sama halnya dengan perasaan sayang saya terh
"Duh, paling males deh kerja sama orang galau."Gendis yang menjadikan lengannya sebagai bantal tuk ia tidur di meja kerjanya melirik ke arah Alina, karyawan yang paling ia percaya. Selain menjadi seorang karyawan, Alina juga merupakan sahabat Gendis.Bibir Gendis mengerucut sebal. Alina tak tahu saja jika Gendis merasa hidup tak lagi berarti. Tidur tak nyenyak makan pun tak selera.Rasanya Gendis seperti orang kehilangan akal sehatnya. Ia hanya ingin rebahan di kasur sambil membayangkan nasibnya yang mengenaskan."Ngomong mah gampang, Lin. Kamu mana ngerti rasanya orang galau? Pacaran aja nggak pernah," kata Gendis penuh penghakiman.Gendis membeberkan kebenaran mengenai Alina yang sampai di usianya yang menginjak seperempat abad perempuan itu sama sekali belum pernah berpacaran.Kalaupun Alina menaruh hati dengan lawan jenis, perempuan itu menganggam sebagai rasa lagunya semata atau yang lebih parahnya lagi Al
Gendis meremas kedua jemarinya yang saling bertaut. Perasaannya begitu gusar ketika Gala tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.Jujur saja, Gendis bingung dengan apa yang kini ia rasakan. Ia senang ketika Gala akhirnya menyanggupi untuk bertemu dengannya. Namun, ia juga takut kalau Gala tak percaya dengan apa yang ia katakan nanti.Rooftop Onilicius. Di tempat inilah Gendis menunggu Gala. Padahal perempuan itu sudah menawari Gala agar bisa bertemu di luar yang jaraknya tak begitu jauh dengan kantor Gala. Akan tetapi lelaki itu menolak secara halus dan berakhir dengan Gendis yang mengalah.Gendis berjalan ke arah tembok pembatas tuk menengok kedatangan Gala. Barangkali lelaki itu baru saja tiba. Ia tak berpikir jika Gala memberi kabar pertemuan ini baru sekitar 20 menit yang lalu.Sedangkan waktu tempuh kantor Gala dan toko kue miliknya kurang lebih sekitar 30 menit. Itupun kalau jalanan ibukota bisa diajak kerja sama.
"Dan kamu rela aku sama orang lain?"Pertanyaan itu bagai sembilu yang menghujam jantung Gala. Sakit tapi tak berdarah. Dadanya terasa sesak ketika membayangkan Gendis bersanding dengan laki-laki lain.Jika ditanya apakah Gala rela? Maka ia akan dengan senang hati mendengungkan jika dirinya tak rela.Namun, sampai Ibukota Indonesia sudah benar-benar pindah ke Balikpapan pun, Gala tetaplah bukan lelaki pilihan Fatma. Lantas apa yang harus Gala lakukan?Mau tak mau. Suka tak suka. Gala hanya akan menjadi penonton di pernikahan Gendis kelak."Mas, jawab!" cecar Gendis tak sabaran. Ia tentu saja menanti jawaban Gala dengan harap cemas.Bagaimana jika Gala mengatakan jika rela melihat dirinya bersama laki-laki lain? Sanggupkah Gendis mendengar kata tersebut."Aku...." Gala menjeda kalimatnya, tak tahu harus menjawab apa, "Kamu pasti bahagia sama dia, Dis."Gendis mendengkus mendengar jawaban Gala
"Mas Gala."Suara Gendis yang lantang di tengah keheningan yang menyelimuti ruangan bernuansa peach itu membuat Alina tersentak kaget. Ia menatap Gendis dengan horor. Ia penasaran namun Alina merasa waswas pada perempuan yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.Wajah cantik Gendis terlihat begitu satu. Bibirnya pun nampak pucat pasi. Belum lagi butiran peluh sebiji jagung yang sangat kentara mengaliri wajahnya."Kamu kenapa, Dis? Kamu mimpi buruk?" tanya Alina perlahan. Ia berjalan ke arah Gendis yang terengah seperti baru saja selesai lari maraton.Alina dengan begitu telaten menyodorkan segelas air minum pada Gendis ketika perempuan itu tak kunjung menjawab pertanyaannya."Minum dulu nih, Dis!""Thanks, Lin," kata Gendis lirih saat menerima gelas yang diberikan Alina lalu menyesap isinya perlahan.Berat Gelas tak seberapa, akan tetapi Gendis merasa gelas yang isinya hanya separuh itu sudah seper
Dea menatap wajah Gala yang terlihat sayu. Hatinya merasa sakit melihat anaknya tergolek di ranjang rumah sakit. Jika saja ia bisa menggantikan posisi Gala, Dea pasti akan melakukan hal tersebut.Ia bahkan rela menukar nyawanya demi anak-anaknya. Tak akan Dea biarkan anaknya merasakan penderitaan. Meski hal tersebut rasanya begitu mustahil.Segala sesuatu yang terjadi di hidup ini sudah diatur sedemikian rupa. Ia tak bisa mengelak jika suatu hal buruk terjadi di hidupnya.Pun ketika ia yang sedang merawat tanamannya mendapat kabar jika Gala mengalami kecelakaan. Kabar tersebut membuat syaraf motoriknya seolah berhenti."Gala, bangun dong, Nak!" Dea membawa tangan Gala tuk kemudian ia tempelkan di pipinya.Hawa dingin dari tangan Gala mulai menyadari kulitnya yang halus. Gala memang belum sadar semenjak kecelakaan.Mobil Gala peyok karena menabrak pembatas jalan. Ia mengalami luka ringan di dahi sehingga harus di
Dana menatap Gala dengan tatapan yang sulit diartikan. Perempuan itu masih tak tahu apa yang telah dialami oleh sang Kakak.Meskipun mereka tinggal satu rumah keduanya jarang sekali bertemu. Gala berangkat di saat Dana masih menyelami alam mimpinya. Pun ketika Gala pulang dari kantor ketika sang Adik sudah terlelap dalam mimpinya.Itulah mengapa Dana tak tahu apa yang telah terjadi pada Gala. Ia minim informasi."Kenapa emangnya?""Tinggal nurut aja apa susahnya sih, Na?"Dana mendengkus. Ia tak terima dengan permintaan Gala. Jika meminta sesuatu bukankah harus ada sekedar alasan tuk melakukannya?Seperti halnya ketika Gala meminta Dana untuk tak memberitahu keadaannya saat ini. Dana merasa harus ada alasan dibalik permintaan sang Kakak yang menurutnya... tak masuk akal.Semua harus ada alasan yang tepat Itulah prinsip Dana. Ia tak mau melakukan sesuatu dengan grusa-grusu."Udah d
Menunggu adalah suatu hal yang paling menyebalkan. Apalagi jika tak ada sesuatu kegiatan yang bisa menjadi kita lupa akan waktu.Jika menunggu sambil mengerjakan sesuatu, waktu akan terasa singkat. Kita tak akan sadar bahwa kegiatan yang membosankan itu terlewati dengan begitu cepat.Untuk itu Dana yang merasa bosan ketika menunggu Gala yang entah memang tertidur atau hanya memejamkan mata. Yang jelas, Dana merasa perlu mencari kegiatan agar ia tak terpaku pada hal monoton dan tak ia sukai.Dana berpamitan pada Gala untuk pergi ke minimarket yang ada di seberang rumah sakit. Ia akan membeli beberapa makanan ringan juga minuman kesukaan. Mungkin dengan memakan camilan ia bisa menghabiskan waktunya saat menunggu sang Kakak.Dengan tangan yang penuh dengan segala macam makanan ringan, Dana berjalan menuju kulkas yang ada di ujung ruangan. Saat itulah ponselnya meronta meminta di sentuh. Dana mencari benda pipih yang ada di clutchnya t