Share

Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak
Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak
Penulis: Kennie Re

Kontrak Cerai

Penulis: Kennie Re
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-24 18:51:47

“Kita harus cerai,” ucap seorang lelaki dengan postur tubuh tegap pada perempuan yang duduk di seberang mejanya. Kalimat itu masih terdengar menggantung dan belum ia selesaikan sepenuhnya.

“Jika dalam dua tahun tidak juga ada cinta di antara kita dan tidak ada sesuatu yang menghalangi,” imbuhnya, sembari menyodorkan ke hadapan perempuan itu, beberapa lembar kertas di dalam sebuah map.

Perempuan muda berusia dua puluh tahun itu mengernyit. Ini hal yang tergolong baru baginya, menjalani pernikahan atas hasil perjodohan dan calon mempelai prianya justru meminta dirinya untuk menanda tangani sebuah kontrak.

Semacam perjanjian pranikah.

“Bisa Bapak sebutkan contoh dari kalimat ‘sesuatu yang menghalangi’ itu?” todong perempuan bernama Cassandra yang biasa dipanggil Cassie.

Ingatannya menerawang kembali pada dua hari lalu, di mana dirinya diminta untuk berdandan rapi oleh sang mama, yang rupanya merupakan awal dari keabsurdan hidupnya. Sejak saat ini, ia telah menjadi calon istri bagi Bisma Pramadipta, yang juga merupakan bos besar di kantor di mana Cassie magang.

Ia tak menyangka, dunia yang sesempit daun kelor ini akan ia rasakan juga. Bisma merupakan putra dari sepupu jauh yang sekaligus sahabat kedua orang tua Cassie. Dan menjodohkan dirinya dengan Bisma mereka anggap sebagai cara yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi yang sudah terjalin lama.

Padahal tidak juga.

Andai mereka tahu kalau bos galaknya ini justru memberi syarat-syarat tak masuk akal untuk menjadi istrinya, mungkin kedua orang tua Cassie akan membatalkan perjodohan ini.

“Ya ... semisal kamu hamil. Tapi itu kemungkinan yang sangat kecil, karena saya gak mungkin menyentuh kamu.”

Cassie tak perlu lagi bertanya apa alasan Bisma tidak akan menyentuhnya, karena jawabannya pasti karena tidak ada cinta.

Itu jelas.

“Saya boleh tambahkan pasalnya, Pak?” tanya Cassie. Bisma memberi isyarat bahwa ia dipersilakan untuk memberi masukan atau tambahan apa pun.

Namun, tetap harus melalui persetujuan dari Bisma.

“Saya mau kamar terpisah.” Cassie tak peduli lagi dengan pernikahan macam apa yang akan mereka bangun kali ini. Bukan dia yang memulai hubungan aneh seperti ini, kan?

“Boleh. Itu malah bagus. Jadi saya gak perlu repot-repot memberi batas untuk ranjang saya.”

Luar biasa sekali!

Memangnya lelaki ini tidak membutuhkan pemuasan secara biologis? Atau ... kalau dia ingin, ke mana dia akan pergi?

Oh, bisa jadi dia masih berhubungan dengan mantan istrinya. Itu sebabnya dia tidak butuh apa pun dari Cassie selain hanya status.

“Kamu bisa tambahkan langsung aja di sana. Kamu tulis sendiri, langsung kita tanda tangani sama-sama. Makin cepat selesai, makin bagus,” ujar Bisma, sembari mempersiapkan meterai dan mesin fotokopi yang ada di ruangannya.

Bisma kemudian menggandakan surat kontrak tersebut, menempelkan meterai, lalu menyodorkan kembali ke arah Cassie.

“Jangan lupa, sepulang kerja pergi dengan saya untuk membeli keperluan acara kita. Saya mau kamu siap tepat waktu, karena saya gak suka sama orang yang lelet!” tegasnya, yang membuat Cassie memberengut seketika.

Terlebih saat melihat lembaran kertas di hadapannya, Cassie tak tahu harus berbuat apa selain menerima sesuatu yang mungkin memang telah ditakdirkan untuknya.

Dengan yakin, ia mulai menggoreskan pena di atas kertas tersebut, dan menyambut kehidupan barunya yang tak akan lagi sama seperti sebelumnya.

***

Cassie tergopoh-gopoh sembari membenarkan tas juga sepatu hak tinggi yang ia kenakan. Berlari-lari dengan kondisi seperti ini tentu saja menyulitkan baginya.

Sebenarnya bukan salah sepatunya, tetapi mengapa ketika di kantor Cassie terlalu banyak melamun hingga agak sedikit molor saat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh si bos.

Cassie membuka pintu mobil dan menemukan bos—yang sebentar lagi akan menjadi suaminya—sudah bersiap untuk tancap gas. Namun, bukan itu yang membuat Cassie menggerutu dalam hati, melainkan wajah ganteng Bisma yang kini sudah ditekuk seperti baju kusut.

“Lama sekali, sih! Ngapain aja kamu dari tadi? Saya nunggu hampir setengah jam, kamu tahu?!”

“Iya, Pak, maaf. Ini saya lihat baru pukul lima lewat sepuluh menit, Pak. Berarti gak sampai tiga puluh menit Pak Bisma nunggunya, kan?”

Bisma tampak gelagapan mendengar sanggahan yang dilontarkan oleh Cassie. Namun, seperti maling yang tertangkap basah, ia hanya bungkam tanpa memberi balasan sama sekali.

“Oh, iya. Jangan panggil bapak kalau kita Cuma berdua,” ucapnya, terdengar kaku.

“Tapi kan saya memang bawahan Bapak.”

“Bisa, nggak, kamu gak nyanggah terus kalau dikasih tahu? Kalau saya bilang jangan panggil bapak, langsung nurut gitu gak bisa, ya? Nanti saya jadi kelihatan seperti laki-laki hidung belang kalau kamu panggil seperti itu.”

Cassie mengangguk-angguk sembari bibirnya membentuk huruf o.

“Terus kalau gak boleh panggil bapak, saya harus panggil apa? Abang?”

“Memangnya saya kakak kamu?”

“Lah, habisnya apa, donk? Kan Pak Bisma yang minta gak dipanggil bapak, jadi saya tanya, maunya dipanggil apa?” Ucap Cassie, masih dalam proses tawar menawar layaknya berbelanja di pasar.

Bisma tak segera menjawab, selain karena tengah fokus dengan jalanan yang cukup padat di hadapannya, juga memikirkan panggilan apa yang cocok untuknya.

Berhubung Bisma tidak juga memberi jawaban, Cassie juga tidak memaksa. Nanti kalau sudah menemukan panggilan yang pas, dia pasti akan bicara. Jadi, untuk sementara, Cassie akan tetap memanggilnya ‘Pak Bisma’.

Keduanya masuk ke pusat perbelanjaan dan mampir ke sebuah toko perhiasan yang menjual berbagai macam model cincin yang akan digunakan sebagai mas kawin pernikahan mereka nanti.

“Pak, memangnya kita nikahnya kapan, sih?” tanya Cassie, setengah berbisik.

Bisma yang sejak tadi dipanggil bapak, merasa risih juga. Ia kemudian mendekat pada Cassie dan membisiki sesuatu di telinganya.

“Saya kan sudah bilang, jangan panggil bapak kalau kita hanya berdua. Kamu lihat, semua orang menatap kita seperti itu,” bisiknya, dengan penekanan yang membuat Cassie terkekeh.

“Pak, Pak Bisma emang gak capek ya ketus-ketus terus? Dari tadi saya juga tanya, Bapak mau dipanggil apa, tapi bapak gak jawab pertanyaan saya, kan?” ujar Cassie, santai. “Sekarang jawab, Pak Bisma maunya dipanggil apa?”

Bisma yang terus ditodong pertanyaan oleh Cassie, sekaligus terimpit keadaan, akhirnya mau tidak mau memberi jawaban pada gadis cantik berambut panjang berombak yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu.

Sayangnya, ia tidak menginginkan pernikahan itu. Lalu mengapa ia repot-repot berputar-putar demi menyiapkan pernikahan mereka?

“Ya, udah kalau Pak Bisma lagi-lagi gak mau jawab. Jangan marah kalau saya tetap manggil dengan sebutan bapak di mana pun berada,” ancamnya yang membuat Bisma akhirnya mulai bersuara.

“P–panggil saya ‘mas’,” lirihnya, seolah gengsi karena meminta panggilan semesra itu.

Cassie nyengir saja melihat raut muka Bisma yang masam dan mulai bersemu merah.

“Oke, deh, Mas Bisma ... sekarang kita pulang, yuk! Sudah selesai, kan?” ajak Cassie.

Bisma hanya mengangguk, dan ketika keduanya berbalik, seseorang sudah ada di hadapan mereka dan terhenyak kala melihat Cassie dan Bisma keluar dari toko perhiasan.

“Cassie? Sedang apa di sini?” tanya lelaki itu, spontan.

“K–kamu?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Jadi Madu

    “Hey, Bisma, Cassie. Kita ketemu lagi. Gimana kabar kalian?” sapa Rindi yang langsung memandang kedua sejoli di hadapannya dengan tatapan tak suka, seketika ekspresinya berubah dan Cassie tidak bisa pastikan apa yang sedang dipikirkan perempuan itu. “Kalian berdua ....”“Apa? Mbak Rindi mau ngomong apa?” tanya Cassie dengan raut wajah tenang. Ia sepertinya tahu apa yang sedang mengganggu pikiran Rindi, dan itu membuat Cassie makin semringah. Kemalasannya untuk mengeringkan rambut hari ini ternyata membawa hikmah. Terlebih Bisma juga lupa memakai gel rambutnya. “Mau makan bareng, Mbak? Aku sama Mas Bisma pengen sarapan nasi campur.”“Ehm ... boleh. Mau makan di mana?”Belum sempat Cassie menjawab pertanyaan Rindi, Bisma sudah menyenggol lengan Cassie. Gadis itu sontak mendekatkan kepalanya ke arah Bisma.“Kamu kenapa sih, Cas? Hobi banget ngajakin dia makan. Kenapa kita gak makan sendiri aja?” omel Bisma setengah berbisik.“Emang kenapa? Kamu terganggu, ya? Kalau gak ada hubungan atau

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Malam Indah

    Cassie tahu, dirinya tidak mungkin menolak keinginan Bisma. Mereka sudah menikah cukup lama, tetapi baru kali ini ia melihat kilat berbeda di mata sang suami. Cassie bisa melihat bahwa Bisma sangat menginginkannya malam ini. Bukankah ia juga menantikan momen ini? Terlebih ketika mendengar perkataan Rindi yang seolah memperoloknya karena belum melakukan hubungan ranjang dengan Bisma, seolah Bisma tidak menginginkannya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataannya.“Mas Bisma yakin?” tanya gadis itu, memastikan. “Kan Mas Bisma bilang gak mau nyentuh aku karena aku belum cukup umur.”“Saya tarik kata-kata saya. Saya mau kamu dan gak bisa nahan lagi,” jawab lelaki yang masih berada di atas tubuh Cassie.“Apa ini karena perkataan Rindi?” tembaknya.“Saya gak peduli dia mau ngomong apa. Saya Cuma mau mengambil dan menikmati apa yang jadi milik saya. Bukannya kamu juga gak sabar kita ngelakukan ini?”Perkataan Bisma membuat Cassie menelan saliva yang tercekat di batang tenggorokan yan

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Cemburu Berakhir ....

    Cassie dan Bisma berjalan memasuki aula dengan bergandengan. Cassie semula menggamit lengan Bisma, tetapi dengan cepat lelaki itu menarik tangan Cassie dan menggenggam tangannya. Meski bukan hal yang aneh bagi Cassie, tetap saja gadis itu memerhatikan sang suami dengan tatapan penuh tanya.“Kenapa liatin saya kayak gitu?” tanya Bisma. “Jangan ngerasa aneh kalau saya genggam kayak gini. Ini supaya kamu gak kabur.”“Aku gak pernah kabur dari kamu!” jawab Cassie ketus.Bisma mengangguk. Ia tahu, sang istri masih marah atas kejadian pertemuan mereka dengan Rindi, bahkan tak percaya kalau dirinya tidak memiliki hubungan dengan perempuan itu selain status sebagai mantan suami-istri. Namun, memang suli8t untuk menjelaskan semua itu pada Cassie kalau ngambeknya mulai kumat.“Duduk di sini dulu, saya ambilkan minum,” ujar Bisma yang kemudian hendak pergi setelah menarik kursi untuk Cassie. Namun, baru memutar tubuh, ia sudah mengalami hal yang bisa menjadi masalah baru kalau Cassie kumat sikap

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Salah Paham

    Bisma melepaskan kecupannya yang mulai memanas. Ia tahu dan sadar bahwa dirinya menginginkan gadis itu sekarang., tetapi sisi lain dirinya yang masih berpegang teguh pada prinsip, akhirnya memilih untuk menyudahinya hari ini. Menyakitkan, pasti. Namun, ia masih punya stok kesabaran dan ketahanan setidaknya untuk hari ini, karena mereka punya jadwal yang padat.Cassie sendiri sesungguhnya kecewa karena Bisma masih bertahan dengan prinsip konyolnya dan memilih untuk menghentikan aktivitas mereka. Namun, ia tak ingin larut pada rasa kecewa, karena mereka ada di tempat ini bukan dalam rangka untuk berbulan madu, melainkan perjalanan bisnis. Ia masih punya lain waktu untuk berjuang lagi meruntuhkan dinding prinsip Bisma yang sejauh ini susah untuk dirobohkan.“Kamu sudah siap, kan? Kita berangkat sekarang, yuk.” Bisma mengulurkan tangan agar Cassie meraihnya dan bergandengan, tetapi gadis itu justru cemberut dan enggan beranjak dari ranjang. “Kenapa lagi?”“Mas Bisma bohong. Katanya sayang

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Tidak Akan Tahan

    Bisma tidak memikirkan perkataan Rindi. Baginya hanyalah angin lalu. Ia memang pernah mencintai perempuan itu, meski kadarnya hanya sedikit. Kala itu, ia sudah memupuskan harapan terhadap Cassie karena berbagai pertimbangan. Dan pada akhirnya bertemulah ia dengan model papan atas itu di sebuah pesta yang diadakan oleh perusahaan. Rindi diundang karena menanamkan saham di perusahaan kolega bisnis Bisma. Dari sanalah keduanya berkenalan hingga menjalin hubungan. Dan seperti yang Rindi katakan, tidak semudah itu ia menerima lamaran Bisma. Itu memang benar. “Kamu ngapain beres-beres pakaian, Mas?” tanya Cassie yang tiba-tiba masuk ke kamar sang suami. “Kamu mau pergi ke mana?” “Bukan Cuma saya, tapi kamu juga. Bereskan pakaian kamu, karena minggu depan kita berangkat ke Lombok,” ucap Bisma sembari membereskan beberapa barang. “Honeymoon lagi?” tanya Cassie sembari merebahkan bokongnya di kasur. “Kamu tuh, pikirannya kenapa ke situ terus, sih? Bukan honeymoon, melainkan untuk pesta y

  • Jodoh Kontrak untuk si Bos Galak   Menikahi Kembali

    “Mas, Mas Bisma harus bilang donk sama mama kalau aku tuh Cuma sakit biasa!” omel Cassie yang kini berada di kamar Bisma. Karena sang ibu mertua tak juga pulang, maka ia memutuskan untuk memindahkan barang-barangnya ke kamar sang suami. “Kasian kan kalau mama salah paham gitu.”“Iya saya tahu. Tapi gimana cara jelasin ke mama? Tetap aja nanti mama kecewa kalau tahu ternyata kamu gak hamil,” jawab Bisma. “Intinya kita serba salah. Maju kena, mundur kena.”“Ya udah maju aja kalo gitu!” rengek Cassie tanpa merasa berdosa.“Apa maksudnya?” tanya Bisma dengan alis berkerut, tanda bahwa ia tidak memahami maksud perkataan sang istri. Wajar saja, secara zaman, keduanya berbeda terlalu jauh. Jadi bisa saja perkataan Cassie itu mwmiliki arti lain. Bisma tak ingin salah menafsirkan yang membuat dia malu sendiri nantinya.“Ya gimana caranya Mas Bisma buat aku hamil, lah!”Bisma terbelalak mendengar ucapan Cassie yang tidak pakai rem. Sejak awal menikah, Cassie memang selalu menggodanya dengan hal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status