Share

Jodoh Pilihan Ibu Tiri
Jodoh Pilihan Ibu Tiri
Penulis: Author Ara

1. Di Usir

Seorang pria memasang ekspresi datar ketika ia mendengarkan ayahnya yang sedang menceramahinya tentang masalah perjodohan.

"Ayah sudah tua, jadi kalau ada penerus perusahaan kita nanti--" belum selesai Hartono mengatakan itu, Raka memotong pembicaraannya cepat.

"Ayah bicara apa? Ayah mau mati? Iya?" Tanya Raka dingin, matanya menatap Hartono tajam. Ia masih ingin Hartono menemaninya dalam beproses memajukan perusahaan.

"B-bukan seperti itu maksud ayah. Kalau ada seorang cucu, nanti perusahaanmu beralih ke dia. Dan ayah sudah kenal perempuan yang cantik, tubuhnya bagus, dia wanita karier. Kamu harus menikahi dia," jawab Hartono sedikit gugup, Raka jika marah mengeluarkan aura yang menyeramkan. Semenjak Cheryl meninggal, Raka tidak pernah tersenyum dan selalu mudah marah.

"Betul, apa yang di katakan oleh Tuan Hartono. Pilihannya baik, tidak mungkin buruk. Menikahlah," suara asisten yang selalu membersamai Hartono itu angat bicara.

Raka berdiri. "Demi keuntungan bisnis kan? Siapa dia? Pasti dia bukan sembarang wanita yang pekerjaannya di posisi rata-rata zaman sekarang," hati Raka mulai tidak nyaman, lagipula ia tidak mengenal siapa wanita itu.

"Raka, tenang. Ingat ya, ayah sudah baik sama kamu. Seharusnya kamu berterima kasih sama ayah. Dia itu pemilik perusahaan makanan seafood. Penghasilannya juga besar dan kekayaannya terjamin. Jadi, tidak perlu menolak atau ada saja alasanmu," tegas Hartono serius. Ia tau perkembangan proses Raka dalam mengolah perusahaan semakin menurun. Dalam hitungan waktu sedikit lagi, perusahaan Raka akan gulung tikar, bangkrut.

Raka terkekeh, seenaknya saja Hartono mengatur hidupnya. "Maaf ayah, aku tidak mau."

"Apa kamu bilang?" Hartono mendengarkan baik-baik, ia mengangkat sebelah alisnya.

"Aku, tidak mau," Raka menjawabnya dengan malas.

"Oh, kamu melawan ayah? Atau kamu mau perusahaanmu bangkrut?"

Hartono menggeleng heran. "Modal awal ayah ke kamu itu bukan uang yang sedikit."

"Dan, aku tetap tidak mau di jodohkan. Aku ingin fokus berproses dari nol. Proses itu tidak ada yang instan, ayah!" Raka emosi, ia ingin belajar mandiri dengan membangun perusahaan yang di modali oleh Hartono. Ia tidak mengeluarkan sepeser uang pun.

Hartono melayangkan tamparan ke pipi Raka. "Kamu, semakin lama sekarang berani ya melawan ayah?" Hartono menggertakkan gigi kesal.

Rasa panas dan nyeri membuat sudut bibir Raka berdarah. "Ayah menampar aku?" Mata Raka menatap Hartono sedih, sekarang ayahnya berubah me jadi pribadi yang main tangan dan kasar.

Hartono terdiam, ia merasa bersalah menampar Raka. Tapi, putra semata wayangnya itu juga perlu di sadarkan.

"Ayo, tampar Raka lagi. Sini, tampar yang lebih keras," Raka meraih tangan Hartono dan menempelkan di pipinya.

"Aku capek dengan sikap ayah," Raka berlalu pergi. Ia tidak bisa hidup dalam aturan ayahnya secara terus menerus. Ia ingin bebas dan mandiri.

"Raka! Kamu mau menurut apa tidak sama ayah?" Suara lantang Hartono yang menggema di seisi rumah itu tidak di pedulikan oleh Raka.

Hartono mengikuti langkah Raka, ia menarik tangan Raka dengan kasar. "Kalau kamu masih menolak dan tidak mau menuruti kemauan ayah, lebih baik kamu pergi dari rumah ini."

Raka menolehkan kepalanya menatap Hartono. Apakah di hadapannya ini benar-benar ayah kandungnya?

"Ayah mengusir aku? Benarkah ayah mengusir putra kesayangannya sendiri?" Raka menatap intens Hartono. Dan untuk pertama kalinya, Hartono saat marah sudah tidak bisa di kontrol. Hartono tidak sesabar dulu.

Hartono mengangguk. "Ya! Ayah usir kamu dari rumah ini. Kamu bukannya bersyukur ayah jodohkan, justru kamu tolak mentah-mentah. Kamu tidak mau untung dan maunya berusaha dari awal. Usaha kamu itu tidak ada hasilnya, tidak berguna sama sekali," ucap Hartono merendahkan kemampuan Raka, ia benar-benar memojokkan Raka.

"Oke!" Raka berteriak kesal. Ternyata Hartono sudah tidak menyayanginya lagi. Hartono sudah berubah. Hartono, bukan ayahnya lagi.

"Raka bakalan pergi darisini, Raka bisa hidup sendiri tanpa ayah," Raka menunjuk dirinya sendiri, ia pasti bisa menghadapi kerasnya dunia luar tanpa Hartono.

Hartono tersenyum remeh. "Dan, pendanaan semuanya ayah cabut. Kamu, jangan membawa apapun dari rumah ini," ucap Hartono memberikan setiap penekanan di ucapannya.

"Yusa! Seret Raka keluar dari rumah ini," panggil Hartono kepada asistennya.

Yusa berlari terburu-buru menghampiri Hartono. "Baik, Tuan," ia langsung menarik Raka dengan paksa, membawanya keluar dari rumah.

"Lepas!" Raka berontak.

"Sana! Pergilah!" Yusa mendorong Raka ketika sampai di depan pagar rumah. Raka tersungkur karena dorongan Yusa yang begitu kuat.

Raka mengusap siku tangannya yang tergesek dengan kerikil. "Awhh," ia meringis menahan sakit. Saat di lihat, sikunya berdarah.

Yusa kemudian menutup pintu pagar rumah, suara gembok yang di kunci menunjukkan siapapun tidak bisa masuk.

Raka kembali berdiri. Tapi sebuah uluran tangan yang lentik dengan kuku yang terawat seperti usai dari salon, Raka bisa menebaknya itu adalah wanita.

"Bagaimana kalau kita kawin lari?" Suara yang di buat-buat manja, bibir merah seksinya tersenyum kepada Raka.

'Dia pasti wanita yang akan di jodohkan denganku. Astaga, idenya sudah gila,' batin Raka tak habis pikir.

Raka memilih melangkah dan mengabaikan wanita itu.

"Hei! Kamu mau kemana? Ayo kawin lari sama aku," tangan wanita itu merangkul bahu Raka penuh mesra.

Raka menyingkirkannya merasa risih. 'Tidak apa-apa aku di usir tidak membawa apapun. Tapi, aku masih mempunyai kartu bank. Dengan itu, aku bisa menghidupi kebutuhanku untuk beberapa hari ke depan. Dan wanita ini, membuatku tidak nyaman,' batinnya. Ia melirik dari ujung matanya, penampilan wanita itu cukup mencolok dengan make-up tebalnya.

"Jawab aku! Kamu mau kan kawin lari? Dan aku jamin deh, hidup kamu jauh lebih baik kalau menikah sama aku," ucapnya berbangga diri.

Raka sudah muak mendengarnya, kawin lari, tanpa restu orang tua. Ah, tapi ia tidak mempunyai orang tua sekarang. Hartono tidak akan mempedulikannya lagi.

"Ayo! Kamu mau ya? Kamu ganteng, aku tidak mau kamu di ambil wanita lain," ia merengek berusaha membujuk Raka.

Raka mempercepat langkahnya.

Mereka berada di kawasan jalan raya. Pada saat lampu merah tersisa 7 detik dan akan berubah menjadi hijau. Raka berlari menyeberangi zebracross. Dan wanita yang mengejarnya tadi tertinggal jauh.

Raka sesekali menoleh ke belakang memastikan jaraknya dengan wanita itu jauh. "Huh, semoga saja kita tidak bertemu lagi."

Namun ketenangan Raka hanya sesaat, suara genit yang penuh manja itu mulai terdengar di telinga Raka.

"Raka! Tunggu!"

Raka bingung, ia menatap sekitarnya mencari tempat persembunyian yang aman. Dan matanya menemukan sebuah mobil pick up yang terdapat penutup terpal, sepertinya pick up itu sedang mengangkut barang.

Tanpa berpikir panjang, Raka segera naik dan menutupi dirinya dengan terpal itu. Ia tiarap, jantungnya berdegup kencang.

"Raka! Kamu tidak akan lepas dari aku. Kamu jangan coba-coba pergi ya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status