/ Romansa / Jodoh di Tangan Mama / BAB 4 - Mama Pilihkan Dia, Apa Dia Masih Kurang untuk Kamu?

공유

BAB 4 - Mama Pilihkan Dia, Apa Dia Masih Kurang untuk Kamu?

작가: Sara Maureen
last update 최신 업데이트: 2024-06-02 14:23:09

“Jadi kamu makan malem sama Athalia?”

Pertanyaan itu menyambut Asa yang baru saja menjejakkan kakinya di ruang tengah rumahnya. Sang mama, Padma, menatapnya dengan antusias. Lebih antusias daripada saat Asa dulu mengatakan kalau ia diterima di PTN terbaik di Indonesia.

“Iya, Ma,” jawab Asa dengan senyum di wajahnya. “Apa aku akan disuruh makan lagi? Mama udah makan malem?”

Asa menghampiri sang mama dan mencium kedua pipinya seperti biasa. Di sisi kanan sang mama, ada Ilana dan Meisie, dua adik yang ikut menatapnya dengan tatapan yang identik dengan sang ibu.

Astaga, perempuan di keluarga Tanaka ini sepertinya sudah benar-benar gatal melihatnya yang selama ini selalu sendiri.

“Kita udah makan kok.” Kali ini yang menjawab adalah Ilana, anak tengah di keluarga tersebut.

“Mama hampir tumpengan waktu denger Abang makan sama cewek. Sayang aja Abang ngasih tahunya mepet sama jam makan malem. Kalau Abang ngasih tahunya dari siang, pasti Mama udah bikin tumpeng.”

Celotehan adik bungsunya membuat Asa tertawa. Lelaki itu duduk di single sofa dan siap untuk disidang keluarganya.

Asa tahu, begitu ia memberi tahu ke mana dia malam ini, pastilah ia tidak akan bisa langsung naik ke kamarnya.

Padma, Ilana, dan Meisie adalah orang yang paling antusias dalam rencana besar keluarga Tanaka di tahun itu yang bertajuk ‘Jodoh Asa di Tangan Mama’.

Sedangkan ayahnya tentu saja akan mengiakan apa pun yang ratu dan putrinya inginkan.

Lagipula bagi Badai Tanaka, ayahnya, cukup menghibur melihat Asa yang baru kali ini kewalahan dalam menuruti permintaan mamanya.

“Adek lebay ah,” ledek mamanya pada Meisie.

Meisie, si bungsu di keluarga tersebut langsung menggeleng. “Nggak, aku yakin Mama juga bakal tumpengan kalau Bang Asa ngasih tahu dari siang dia mau nginep sama ceweknya.”

Asa hanya bisa menggeleng pelan mendengar celotehan adik-adiknya.

Mamanya pun berdeham, berusaha mengembalikan fokus percakapan mereka ke topik semula. “Kok Abang akhirnya bisa makan sama Athalia?”

“Kebetulan aja, Ma,” jawab Asa singkat.

Mamanya langsung berdecak tak setuju. “Nggak ada yang namanya kebetulan, Bang.”

“Udahlah, Bang, jangan usaha ngadalin buaya,” celetuk Ilana yang langsung membuat perempuan paruh baya di sebelahnya mendelik.

“Jadi Mama buaya nih?”

“Maksudnyaaa Mama tuh udah ahli soal yang kayak gini.” Ilana memberi penjelasan dengan gemas, sedangkan Padma sendiri sedang berusaha menahan tawanya. “Bang Asa nggak bisa ngeles lagi gitu lho.”

Asa kembali terkekeh melihat perdebatan seru antara mamanya dan Ilana. Meisie yang duduk di sisi kiri mamanya pun ikut menonton.

“Tadi Abang kebetulan ketemu di mall depan kantor, terus ya… karena dia lagi sedih, jadi Abang hibur sedikit,” jawab Asa kelewat jujur. “Karena udah sore juga, akhirnya dia ngajak makan malam buat ngucapin terima kasih. Tapi ya udah, nggak lama kemudian pacarnya dateng dan aku pulang.”

“Hah? Mbak Cantik yang diceritain Mama udah punya pacar?” tanya Meisie pada mamanya.

“Lho, Mama juga baru tahu dia udah punya pacar.”

Asa meringis. Sepertinya ia baru saja memberi tahu hal yang seharusnya tidak diketahui keluarganya mengenai Athalia. Tetapi, daripada memberikan harapan kepada sang mama, lebih baik Asa berkata dengan jujur sejak sekarang.

“Ma, kan Abang udah bilang di telepon tadi siang, Abang nggak ada chemistry sama Athalia. Lagipula pertemuan kami beneran nggak disengaja kok.” Asa sengaja tak menyebutkan detail penyebab pertemuannya dengan Athalia.

Akhir-akhir ini mamanya mulai khawatir mengenai hilal jodohnya yang tak kunjung datang. Omongannya pun sudah menjurus ke arah ‘Kalau nanti Mama pergi terus Abang sendirian gimana?’ dan sebagainya.

“Abang yakin?” Mamanya masih belum bisa menerima fakta yang ia jabarkan. “Jujur, Mama nggak tahu Athalia udah punya pacar—tapi ya harusnya Mama sadar juga sih, perempuan sebaik dia mana mungkin masih sendiri.

“Tapi Mama udah pilihin dia dari banyaknya anak perempuan yang disodorin ke Mama, apa dia masih kurang untuk kamu?”

Pertanyaan mamanya membuat Asa terhenyak. Apa Athalia masih kurang untuknya?

Sejujurnya kalau ia menilai dengan berdasarkan dua pertemuan mereka, Asa berani mengatakan kalau tak ada yang kurang dengan Athalia.

She is smart, terlihat dari bagaimana dia membawa diri dan bicara. Supel, hangat, pandai membangun suasana, meskipun kerap kali terlihat melamun dan seperti orang yang dirundungi kesedihan tanpa henti.

Athalia adalah kombinasi yang sempurna tapi tetap terlihat manusiawi.

“Masalahnya bukan di dia, Ma. Cuma Abang aja yang belum mau dan belum berpikir untuk menjalin hubungan.” Asa pun bangkit dari duduknya. “Abang tahu Mama nggak akan nyerah jadiin jodoh buat Abang, tapi Abang masih tetap sama pendirian Abang. Yang terpenting Abang punya Papa, Mama, Ilana, sama Meisie.”

Mamanya tak mengatakan apa pun dan Asa tahu kalau perempuan yang masih cantik di usianya yang tak muda lagi itu memikirkan perasaannya, meskipun masih tidak ingin anak sulungnya jadi bujang lapuk.

Asa menghampiri mamanya kembali untuk mencium pipinya dan mengucapkan selamat malam. Tak ketinggalan kedua adiknya yang masih menggemaskan meskipun usianya sudah kepala dua untuk ia acak rambutnya sekilas.

Lelaki itu naik ke lantai dua di mana kamarnya berada dan mengempaskan dirinya ke ranjang.

Asa berbaring menatap langit-langit kamarnya, lalu mengeluarkan ponselnya untuk mencari kontak Athalia yang ia simpan karena perintah mamanya beberapa waktu lalu, sebelum pertemuan pertamanya dengan Athalia.

Angkasa Nirada Tanaka: Athalia, ini Asa. Terima kasih untuk makan malamnya. Oh ya, kuharap pacarmu nggak salah sangka dengan kehadiranku tadi di sana. Selamat malam.

Setelah mengirim pesan tersebut, Asa iseng membuka foto profil yang digunakan Athalia. Perempuan itu dipotret dari samping dengan pemandangan pantai yang pasirnya terlihat putih dan cantik, juga langit biru yang menenangkan.

Perempuan seperti Athalia pastilah sudah punya pasangan, Asa tak terlalu heran dengan hal itu. Yang ia bingungkan adalah kenapa ibu Athalia masih berupaya menjodohkannya dengan Asa padahal Athalia sudah punya pacar?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Kita adalah Sepasang Kekasih

    “Mama tahu florist yang bagus dan bisa cepet jadi nggak? Florist langgananku tutup.”“Tahu, Mama ada beberapa florist langganan.” Padma meraih ponselnya dan dugaan Asa, mamanya itu sedang mengirim beberapa kontak florist untuknya.Denting singkat di ponselnya membuktikan dugaan Asa. Asa meraih ponselnya dan tersenyum lebar melihat sederet kontak yang dikirimkan Padma.“Thank you, Ma!” Asa tersenyum lebar dan ia bisa merasakan tatapan ingin tahu dari kedua orangtuanya.Siang ini Asa makan siang bertiga dengan orangtuanya. Padma datang ke kantor dan mengajaknya untuk ikut makan siang bersama. Asa pun mengiakan tanpa pikir panjang. Ia selalu suka berada di sekitar keluarganya sekalipun saat ia sudah menikah seperti sekarang.

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Selamanya, Dia adalah Tuan Putri Kesayangan Asa

    “Sekarang aku ngerti perasaannya Mbak Aline.”“Mbak Aline?”Asa mengangguk, ia menaruh ponselnya ke saku jas dengan asal, lalu menghampiri Athalia yang masih duduk di depan meja rias. Istrinya hari ini sangat terlihat cantik, padahal mereka hanya akan menghadiri pernikahan dari anak rekan bisnisnya.Kalau sudah begini, Asa harus mengubur dalam-dalam ketidakrelaannya untuk mengajak Athalia ke pesta tersebut. Asa tidak boleh egois dengan berpikir bahwa orang lain tidak boleh melihat istrinya yang secantik ini.“Dulu kan Mbak Aline kayaknya nggak begitu suka sama aku, waktu kita baru deket dan pacaran,” ungkap Asa yang kini sudah berdiri di belakang Athalia.Dengan perlahan dan lembut, Asa mengambil alih kalung yang sedang Athalia berusaha

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Harga untuk Sebuah Kebahagiaan

    “Ika Handaru tertangkap dalam OTT KPK pada Jumat malam, di kediaman salah satu pejabat terkait kasus suap untuk tender proyek pemerintahan di kawasan….”“Wow.”Asa berdecak pelan saat benar-benar mendengar apa yang dikatakan oleh pembawa acara di siaran berita pagi. Terlihat sosok Ika Handaru berjalan dengan tangan diborgol di depan dan ada dua orang berseragam yang mengapitnya.Setelah Marcell dipenjara dan vonis hakim diserukan lantang, Ika memang masih mencoba mengintimidasi Asa dan Athalia. Tapi semua itu selesai saat Asa kembali melaporkan perbuatannya ke polisi.Tidak cukup dengan itu, Asa juga mengancam supaya Ika ti

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Akhirnya Mereka Berdamai dengan Masa Lalu

    “Kamu nggak mau istirahat sebentar, Bang?”Asa menggeleng tanpa menatap mamanya, yang baru saja bertanya. Lelaki itu tetap bertahan duduk di samping ranjang Banyu—sang kakek yang tengah tertidur setelah beberapa jam lalu mengeluh dadanya terasa nyeri.“Kamu belum makan dan tidur lho, Bang.”“Iya sih, Ma, tapi aku mau nemenin Eyang dulu di sini….”“Sampai kapan?”Sampai kapan?Asa tidak benar-benar tahu jawabannya, jadi ia hanya menggeleng sekenanya. Apakah sampai tengah malam nanti bisa dibilang cukup? Atau lebih baik sampai besok pagi?

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Waktu yang Telah Lama Ia Nantikan

    “Kayaknya setiap kita ketemu, Naya makin cantik deh, Tha,” puji Aline. Ia menyenggol pelan bahu Athalia yang duduk di sebelahnya dengan iseng.Athalia tersenyum malu. Padahal yang dipuji adalah anaknya, tapi rasanya ia tetap tidak bisa meyembunyikan senyum malu sekaligus bangganya.“Makasih, Tante Aline.” Athalia menirukan suara anak kecil, seolah yang baru saja membalas pujian dari Aline adalah anaknya, Naya.Aline yang duduk di samping Athalia pun tertawa karenanya. “Tapi beneran lho, Naya makin cantik deh. Hati-hati nih, pas gede yang deketin pasti banyak banget.”Athalia meringis. “Bapaknya bakal jadi super duper protektif kayaknya.”

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 100 - Akhir dari Kisah Mereka

    Rasa tidak percaya diri mulai menguasai Athalia, tapi ia memutuskan untuk tetap memulas wajahnya dengan makeup. Semenjak beberapa bulan ini, Athalia jadi agak malas merawat kulit wajahnya.Berjibaku menjadi ibu baru membuat Athalia masih jungkir balik untuk mengatur waktunya dan tentu saja, memakai serangkaian skincare menjadi hal terakhir yang melintas di benaknya.Makanya saat kemarin Asa mengajaknya keluar untuk dinner berdua saja dalam rangka hari jadi pernikahan mereka yang kedua, Athalia sempat ragu.Sepertinya Asa menyadari apa yang menjadi keraguan Athalia. Asa meyakinkannya kalau Athalia baik-baik saja, ia masih cantik—dan bahkan lebih cantik dari sebelumnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan hanya untuk pergi keluar malam ini.“Inget, Tha, jangan minderan.&rdq

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status