Share

Ch.2 Alister Bachtiar

Penulis: Lestari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-30 22:10:21

"Tuan, biar saya yang menyetir. Bisa kena omel Tuan besar kalau sampai tau, Tuan muda menyetir sendiri di sini." Ajudan pribadi seorang pemuda berusia 25 tahun itu sangat takut jika majikannya mengetahui, bahwa, anak semata wayangnya menyetir sendiri di negaranya. Mengingat pemuda itu baru saja datang dari luar negeri, dan belum mempunyai surat izin mengemudi. Ditambah lagi, status kewarganegaraannya masih warga negara asing.

"Kamu tenang saja, saya biasa menyetir di sana. Lagi pula, saya tidak mau terlambat karena menyetir kamu seperti snail." Gerutu sang Tuan muda masih asyik menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Ngomong opo to Tuan, saya nggak paham. Boleh Tuan Muda menyetir, tapi pelan-pelan. Nanti, kalau ada polisi, kita kena tilang." Jelas Sopir pribadi keluarganya.

"Tilang? Maksudnya, denda? Kenapa saya kena denda?"

"Ya Allah Tuan, saya tambah bingung iki. Piye ya? Kita ke pinggir dulu saja Tuan. Nanti, saya jelaskan."

"No!! Shut up! Saya nggak mau terlambat ke acara makan siang itu."

Alister Bachtiar seorang anak pengusaha property terbesar di kotanya, ia baru saja pindah ke Indonesia. Sejak usianya lima tahun ia bersama orang tuanya tinggal di luar negeri, tepatnya di London. Mereka memutuskan kembali ke tanah airnya setelah sang Putra menyelesaikan studynya di sana.

Alister sang Putra tunggal mendapatkan mandat dari Daddynya untuk mengembangkan perusahaannya yang ada di tanah air.

Mobil sedan berwarna hitam metalik glossy itu memecah jalanan tol yang cukup padat siang itu. "Saya nggak suka mobil ini, terlalu lambat. Besok, kamu bilang sama daddy nggak usah antar saya lagi ke mana-mana. Saya bukan anak kecil lagi. You understand!"

"I- iya Tuan, saya ander-ander." Jawab sang sopir asal-asalan.

"What!! Shit! Daddy apa tidak bisa mencari sopir yang berkompeten di sini." Gusar Alister.

"Tu- Tuan awas ada lampu merah. Kita harus-"

"Saya paham lah, kamu nggak perlu mengajari saya." Alister menancap gas, ia malahan menambah kecepatan kendaraannya.

"Matilah saya sekarang, Tuan." Ajudan yang berusia sekitar 45 tahun itu hanya mampu menggelengkan kepalanya. Ia masih setia memegang Hand grip dari pertama kali Tuan Mudanya memintanya pindah di bangku penumpang.

"Why?" Tanpa merasa berdosa, Alister masih tetap melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Lampu merah, seharusnya kita berhenti Tuan, bukan melaju menambah kecepatan." Sang sopir menerangkan dengan lesu.

"What!?"

***

"Tuan, anda yakin ini tempatnya? Tapi, sepertinya ini gudang kosong tidak berpenghuni." Sang sopir menggaruk kepalanya yang jelas-jelas tidak gatal setelah mereka sampai di tempat tujuan.

"Saya hanya mengikuti petunjuk di sini. Fuck! Saya akan coba calling Daniel."

[Hallo, stupid! Kamu di mana, saya sudah sampai di tempat yang kamu share tadi.]

[Lo di mana? Gue juga udah sampai dari tadi. Gue udah habis beberapa piring makanan, tapi lo nggak muncul-mucul juga. Hahaha ....] Jawaban enteng dari seberang terdengar sembari mengunyah makanan.

[Goddamn it! Kamu mengerjai saya?]

[Nope. Lo di mana sekarang, gue jemput lo.]

[Saya di ... I dont know, I'm confused. Wait, jangan tutup panggilan saya.]

Alister memotret beberapa bangunan serta jalanan yang ada di sekitarnya, lantas ia kirim foto tersebut pada orang yang berada di seberang panggilan. [Saya sudah kirim, kamu cepat ke sini sekarang.]

[Okey.]

Berakhirlah panggilan, Alister berdiri bersandar pada mobilnya, sedangkan sang ajudan hanya mondar-mandir tak tentu tujuan.

"Stopped! Kamu membuat saya pusing. Sekarang, pulang saja. Saya akan segera dijemput teman, jadi kamu bisa go away."

"Hah?! Gimana Tuan? Bicaralah dengan saya biasa saja Tuan, jangan campur-campur, saya tidak paham. Tapi kalau es campur saya paham, Tuan. Hehehe ...."

"Oh my God. Kamu boleh pergi pulang sekarang, saya nanti akan dijemput teman saya sebentar lagi. Kamu paham?" Alister mencoba menahan emosinya dengan sedikit menggigit bibir bawahnya.

"Oh iya Tuan baiklah, saya paham. Tapi, tolong nanti jangan adukan saya pada Tuan besar, kalau saya tidak menamani Tuan hari ini. Bisa-bisa, saya akan kena omel lagi."

Lelaki itu mengambil nafas panjang, "Ya, saya tidak akan bilang sama Daddy. Now, pulanglah."

"Baik, saya permisi kalau begitu Tuan."

"Hmm."

Setelah menunggu beberapa menit lamanya, Daniel akhirnya datang dengan mengendarai mobil sport berwarna abu-abu bermerk Nissan GT-R50. "Hahaha ... Ngapain lo di sini." Sang pengendara akhirnya turun, ia langsung menghampri Alister yang berdiri di bawah pohon.

"Stop fucking around, saya sudah kepanasan di sini. Buruan, pergi dari tempat menyebalkan ini." Tanpa dipersilahkan sang empunya kendaraan, Alister langsung masuk begitu saja ke dalam mobil.

Disusul Daniel yang masuk dari pintu kemudi dengan terkekeh. "Tidak berubah lo dari dulu."

Mobil yang masih menggunakan mesin Nismo 3.800 cc itu melaju dengan kecepatan sedang, kedua lelaki seumuran itu bercengkerama membahas mengenai kegiatan mereka masing-masing semenjak kembali ke tanah air. Tak berbeda jauh dengan Alister, Daniel juga baru menginjakkan kakinya di negara asalnya beberapa minggu yang lalu. Daniel lebih dulu sampai dua minggu sebelum Alister.

"So, sekarang lo mau lanjutin bisnis orang tua lo di sini?"

"Yess, saya harus kembangin perusahaan Daddy di sini. Saya bisa balik ke London lagi dengan syarat perusahaan Daddy mendapat profit setidaknya 80% dalam setahun. Fuck!"

"You'r crazy?! Hahaha ... Semangat Bro, lo pasti bisa. Hidup di sini lebih nyaman ketimbang di sana, you know?"

"Saya tidak ingin berlama-lama di sini. Mommy saya di sana sendirian. Tapi, terkadang Daddy terbang ke sana beberapa hari sekali." Terang Alister.

Alister mengambil ponsel dari saku jaketnya.

[Ya, saya lagi di luar makan siang. Satu jam lagi, saya akan tiba di kantor.] Sambungan berakhir.

"Gue akan tunjukin tempat nongkrong terbaik di kota ini. Lo, pasti akan suka." Ucap Daniel lantas menambah laju kendaraannya.

Bruumm....

***

"Ada apa itu ramai-ramai?" Daniel menghentikan laju mobilnya karena memang telah sampai di tempat tujuan.

"Saya tidak perduli, ayolah kita makan. Saya sudah lapar sekali, Niel." Sanggah Alister malas.

"Tunggu sebentar Al, kita ke sana dulu." Ajak Daniel menarik paksa Alister.

"Oh my God."

Alister beriringan bersama Daniel menuju keramaian yang ada di pelataran restoran. Mereka melihat seorang gadis yang terduduk di trotoar dan seorang bocah berdiri seraya menangis.

"Holy shit!" Alister menghampiri gadis tersebut, dengan segera ia membantu gadis itu untuk berdiri. "Are you okey?"

Gadis itu menatap gamang pada lelaki yang baru saja datang dan tiba-tiba membantunya untuk berdiri. "Sorry, tapi rok gue sobek bagian belakang. Gue nggak mungkin bisa berdiri." Gadis itu berusaha memelankan suaranya, lebih tepatnya, ia berbisik pada Alister.

"What?!" Alister sendiri bingung ketika mendengar bisikan dari gadis itu. Dengan cepat, lelaki bertubuh atletis yang mempunyai tinggi badan 172 senti itu melepaskan jaket yang ia kenakan. "Berdiri perlahan, saya akan tutup pakai jaket."

Begitu dekatnya jarak antara mereka berdua, membuat gadis tersebut bisa mencium aroma parfum maskulin lelaki di depannya itu. Gadis itu menapakkan lutut kanannya di tanah, dengan segera Alister menyelipkan jaket hitamnya dari sela-sela pinggang sang gadis, dan mengikatnya dengan kuat pada perut rata gadis itu.

Atensi gadis 24 tahun itu tidak berkedip menatap lelaki yang berjarak hanya satu jengkal tangannya. Lelaki yang sebelumnya belum pernah ia temui itu bewajah rupawan, manik hitam kebiruan, hidung mancung, bibir tipis serta alis tebal yang menambah kesan maskulin pada lelaki tersebut.

"Kamu, baik-baik saja?"

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.15 Canggung

    Blaarrr ....Bagaikan guntur menerpa Cecil di cuaca yang sangat cerah. Cecil termangu, ia tak bergeming sedikitpun mendengar jawaban dari papa Dimas. Perlahan, benda pintar itu turun dari indera pendengaran Cecil. Ia tak lagi menghiraukan suara papanya dari seberang, yang terdengar berteriak memanggil-manggil namanya.Gadis tersebut kembali ke tempatnya semula, ia duduk dan mulai mengerjakan pekerjaan yang sempat terbengkalai beberapa saat ketika ia kehilangan konsentrasi.Waktu terus berlari, Cecil menghabiskan waktunya di dalam ruangan. Ia sama sekali tidak keluar untuk makan dan istirahat. Gadis itu melirik jam yang melingkar di tangan kirinya. Benda tersebut memperlihatkan pukul 18.00, Cecil baru sadar kalau di kantornya hanya tersisa beberapa karyawan, termasuk dirinya."Non Cecil lembur? Kok baru pulang?" Tanya petugas keamanan kantor ketika gadis itu mulai melajukan kendaraannya perlahan keluar dari pelataran kantor. Petugas tersebut perlahan mengangkat palang keamanan supaya m

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.14 Karena Kita Jodoh

    "Hah!"Cecil melotot menatap Alister, baginya paparan yang barusan disampaikan lelaki tersebut sungguh di luar nalar. "Jangan asal ngejeplak deh lo.""Anda, Cecilia Sacharissa Sasongko bukan? Apa saya salah?" Tutur Alister melanjutkan. Ia masih menatap manik hitam Cecil dengan intens, serasa di sana hanya ada mereka berdua."Lo?! Dari mana tau nama lengkap gue?!" Kaget Cecil tak percaya. Lelaki yang notabene tidak pernah berkenalan bahkan bertemu pun tanpa kesengajaan itu bisa mengetahui nama panjang Cecil."Karena memang kita jodoh." Celetuk Alister kembali.Cecil hanya mampu menatap heran pada lelaki tersebut, ia tidak tau harus berkomentar apa-apa lagi."Kenapa kamu bisa berbicara seperti itu, Alister?" Miss Rosa ikut terheran-heran mendengar pernyataan keponakannya. "Kamu 'kan baru saja tiba di sini, dari mana kamu kenal Cecil?""Kemarin Aunty, Daddy dan Om Dimas membicarakannya dengan Alister." Jawab pria blasteran tersebut begitu tenang."Papa? Lo, kenal Papa gue? Wait-" Cecil b

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.13 Dia Calon Alister

    "Kamu ada di sini?"Cecil mendengar suara tersebut menghela nafas panjang, dalam pikirannya masih pagi buta kenapa ia harus bertemu dengan wanita nyeleneh macam Viola. Barra dan Cecil menatap wanita tersebut berjalan cepat menghampiri mereka."Bar, kamu sarapan di sini? Kenapa nggak bilang-bilang, kita kan bisa sarapan bareng." Ucap Viola langsung menempatkan dirinya duduk tepat di samping Barra.Cecil hanya menggelengkan kepala, membatin kenapa ia bisa sekantor dengan orang seperti Viola."Kenapa aku harus bilang dulu sama kamu, Vi? Kebetulan lagi pengen sarapan di sini. Kamu juga, tumben makan di tempat seperti ini." Jawab Barra sambil mengaduk teh hangat yang baru saja tersaji di depannya."I-iya lagi pengen aja." Viola menatap tajam ke arah Cecil yang sedang menikmati makanan yang juga baru saja diantarkan untuknya. "Cil, lo ngapain di sini?""Nggak lihat, gue sekarang lagi apa? Hah?!" Tanpa menatap Viola, Cecil masih asyik menikmati sarapan bubur ayam favoritnya. Belum sempat Cec

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.12 Minggu Depan

    Malam itu Cecilia tidur dengan nyenyak, berkat pijatan kaki yang ia terima, gadis tersebut sudah tidak merasakan sakit lagi pada kakinya. Hanya saja, masih butuh perban tipis agar lukanya tidak infeksi.Cecil selalu menyalakan jam alarm tepat pada pukul enam pagi, tapi kali ini ia menyetel benda tersebut 60 menit lebih awal, karena ia berjanji pada papanya untuk mengantarkan ke Bandara.Cecil bangun tepat pukul lima, ia kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya. Cecil sengaja sekalian mandi dan berdandan karena setelah mengantarkan papanya, ia akan langsung berangkat ke kantor. Ia tidak ingin jika terlambat masuk ke tempat kerja, meskipun miss Rosa sudah memberikan izin untuk istirahat di rumah. Tapi, bukan Cecilia namanya jika ia hanya berdiam diri di rumah, ia tidak akan betah dan akan cepat merasa bosan. Cecil lebih baik berangkat kerja bertemu dengan rekan-rekannya di kantor.Cecil mengemudikan mobil kesayangan hasil jerih payahnya sendiri dengan perlahan, s

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.11 Dompet

    "Alister, kamu tidak ingin pulang ke rumah malam ini?" Jonathan yang sudah duduk di bangku penumpang mobil menurunkan kaca supaya bisa berbicara pada Alister."Tidak untuk malam ini Daddy, sorry. Mungkin besok-besok saya pulang, lagi pula jarak kantor dengan Apartemen jauh lebih dekat dari pada rumah." Jawab Alister seraya membungkuk."Oke, Daddy balik duluan."Alister mengangguk dan melambaikan tangannya sekilas. Pria yang ia panggil Daddy itu akhirnya menghilang dari hadapannya."Tuan muda, kita langsung kembali ke Apartemen, atau ke mana lagi?" Tanya Asisten pribadi yang baru saja turun dari mobil."Hmm ... Besok saya ada meeting pagi-pagi sekali, saya belum menyiapkan semuanya, antar saya pulang sekarang." Perintah Alister yang kemudian masuk ke dalam mobil setelah pintu dibukakan oleh Asisten pribadinya."Baik Tuan muda."Setelah sampai di Apartemen, Budi sang Ajudan langsung berpamitan untuk pulang. "Besok saya berangkat sendiri, kamu boleh libur menemani saya untuk besok.""Tap

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.10 Saya Terima

    "Cecilia."Gadis itu menghentikan langkah, mendengar namanya disebut. "Mau Papa sekarang apa? Sudah di tempat Cecil bukan sekarang?""Ini, makanlah dulu, kamu pasti belum makan." Orang yang dipanggil Papa oleh gadis tersebut memberikan sebuah bingkisan di dalam kantong plastik berwarna hitam.Cecil menerima bungkusan itu perlahan, "Hm, Cecil ke belakang dulu. Papa mau minum apa? Biar Cecil buatkan." Memendam kejengkelannya sendiri karena bentakan yang terlontar tadi, Cecil berusaha menutupnya rapat-rapat dari sang Papa."Nggak perlu, tadi Papa selesai makan malam dengan teman lama Papa.""Ya sudah, Cecil tinggal mandi dulu. Oh iya Pa, tadi Mama telepon Cecil, sepertinya Papa lagi tidak ingin mengangkat panggilan Mama, ia nampak begitu khawatir. Jangan lupa, kabari Mama, Pa."Baru beberapa menit lalu gadis itu keluar dari kamar mandi, kini, ia harus kembali masuk ke tempat tersebut.Sang Papa keluar dari dalam rumah, beliau mengambil ponsel dari dalam saku celananya. [Ada apa?] Sapaan

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.9 Perjodohan

    "Tuan Muda.""Hm ...." Alister masih setia menatap layar ponselnya ketika Asisten pribadinya memanggil."Tuan kenal dengan neng geulis tadi? Siapa namanya, saya lupa Tuan.""Neng geulis? Who?" Kening Alister berkerut, mencoba memahami pertanyaan ajudannya.Sambil menahan tawa karena masih mengingat kejadian yang ia lihat tadi, ia berusaha mengingatkan Tuan mudanya. "Yang tadi Tuan ajak anu itu.""Anu? What?! Maksud kamu? Wait, Daddy telfon, jangan bicara macam-macam." Alister menempelkan jari telunjuk tepat di depan bibirnya.[Hallo Dad, saya masih di jalan. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi sampai.][Oke, kebetulan Daddy bertemu teman lama. Tolong belikan buah tangan apa saja yang pantas.] Jawab panggilan dari seberang.[Baiklah, Alister akan mencarikan sesuatu dulu.][Good.] Panggilan berakhir."Kita mampir ke Kuningan City sebentar." Perintah Alister setelah panggilan diakhiri."Baik Tuan."Mobil melaju membelah malam yang semakin dingin, entah mengapa malam itu udara sedikit ding

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.8 Dia seperti Pangeran

    "Buruan kita pulang sekarang!" Cecil menarik paksa tangan Sherly dari duduknya di sofa."E e eh! Ada apa sih Cil. Ntar deh gue pakai sepatu dulu ini." Sherly menatap heran pada Cecil, gadis itu seakan tak jenak. "Lo kenapa sih? Kesambet dari toilet? Apa liat penampakan dari sana?!""Lebih dari penampakan, buruan kita pulang sekarang.""Ya iya. Eh gue cabut dulu ya Na, tau nih Cecil. Kapan hari gue mampir ke sini lagi." Sherly melambai pada Leona."Okey."Setelah diurut, kaki Cecil sudah lebih dari enakan, gadis itu pun sudah bisa berjalan dengan cepat. Ia menyusuri lorong-lorong apartemen dengan tergesa-gesa sembari menarik paksa tangan Sherly."Tolong ya jelasin, ini ada apa kenapa lo tiba-tiba kek begini." Sesampainya di dalam lift, barulah Cecil melepaskan tangan temannya tersebut."Gue, gue tadi ke toilet numpang di tempatnya orang." Jawab Cecil begitu pelan, karena di dalam lift ada dua orang asing yang tidak ia kenal. Ia malu, jika obrolannya didengarkan orang lain."Hah! Kok bi

  • Jodohku Hasil Konferensi   Ch.7 Insiden kecil

    "Bagaimana Nona? Apa sudah enakan?" Tanya perempuan memakai hijab berwarna hitam yang sedang memegang kaki Cecil. Ditaksir, wanita tersebut usianya menginjak di angka 45 tahunan."Iya, sudah. Udah lumayan enakan ini kaki saya, Bi." Cecil mencoba menggerakkan kaki kirinya berulang kali, dia merasa bahwa sakitnya sudah berkurang banyak, tidak seperti tadi, sebelum tersentuh oleh tangan wanita paruh baya tersebut."Alhamdulillah, syukurlah." Jawab wanita yang dipanggil Bibi oleh para pelanggannya."Hm ... Iya, puji syukur." Cecil ikut merasa senang."Ini diminum dulu Sher, temen lo juga tuh. Gue mau mandi bentar ya. Badan gue udah enakan rasanya. Tunggu bentar, lo jangan pulang dulu." Sepupu Sherly yang bernama Leona itu membawa nampan yang berisikan tiga kaleng minuman siap saji dan sepiring kue lapis legit. Ia lalu meletakkan nampan tersebut pada sebuah meja di ruang tamu."Oke, thanks ya." Leona berlalu, Sherly langsung mengambil satu kaleng minuman yang disajikan lantas meneguknya. "H

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status