Share

Jodohku Hasil Konferensi
Jodohku Hasil Konferensi
Author: Lestari

Ch.1 Cecilia Sacharissa

[Cecilia! Papa berikan waktu kamu sebulan. Kamu itu, sudah sepantasnya mempunyai pasangan, apa kata kolega Papa nantinya, anak gadis dari keluarga Sasongko seperti tidak laku saja. Jika dalam waktu 30 hari tidak ada lelaki yang menghadap ke Papa, Papa pastikan, jodoh kamu akan Papa tentukan melalui konferensi keluarga besar kita.] Kalimat yang disampaikan sang Papa melalui sambungan telepon beberapa minggu lalu selalu membuat kepala gadis itu kliyengan.

"Maaf, anda tidak masuk dalam kualifikasi perusahaan kami. Silahkan, bisa meninggalkan ruangan saya." Dengan suara khas berwibawa dan menusuk, wanita yang memiliki nama lengkap Cecilia Sacharissa men-skakmat lawan bicara di depannya.

Dengan menundukkan wajah dalam-dalam, gadis yang baru saja melakukan interview kerja di perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur Itu, berjalan ke luar ruangan dengan penuh rasa kekecewaan.

"Bagaimana?" Tanya seorang gadis yang duduk di bangku kursi ruang tunggu, dengan model bandara stainless besi.

Gadis yang baru saja keluar dari ruang interview menggeleng perlahan. Gurat kesedihan terpancar di wajah gadis berambut panjang sebahu itu. "Belum keterima." Dengan lemah ia duduk di kursi yang tersedia.

Tek, tok.. Tek, tok..

Suara yang sanggup mengalihkan fokus sebagian orang itu, berasal dari jenis sepatu wanita bernama high heels. Derap langkah anggun tidak terburu-buru dan suasana kantor yang senyap membuat suara sepatu itu terdengar begitu kentara.

"Kamu? Yang tadi interview bukan?" Gadis yang memiliki suara sepatu itu, berhenti tepat di depan dua gadis yang masih duduk di kursi ruang tunggu.

"I- iya Kak, saya yang barusan tadi interview dengan Kakak di dalam."

"Dia?! Apa dia temanmu?" Cecil menunjuk gadis yang memakai rok pendek di atas lutut.

"Dia Kakak saya, Kak." Jawab gadis yang beberapa menit lalu masuk ke ruangan Cecil.

Cecil menelisik, menatap gadis itu dengan tatapan tajam, mengamati secara detail dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Dia, tidak tertarik untuk bekerja di sini?"

Gadis itu tampak terkejut, "Eh! Tapi, Kakak saya hanya lulusan menengah atas Kak. Tidak mungkin-"

"Kenapa tidak?! Dia ada niat kerja apa nggak!? Ikut saya masuk sebentar, itupun kalau mau." Cecil kembali masuk ke dalam ruangannya.

Kebetulan lowongan pekerjaan yang ada adalah sebagai Sales promotion Girl, kualifikasi yang wajib adalah Good looking, tinggi minimal 160 cm dan berat badan proporsional. Cecil melihat itu semua ada pada gadis yang menunggu di luar ruangannya tadi.

Tok... Tok... Tok

Ketukan pintu dari luar membuat Cecil tersenyum tipis, karena kemungkinan apa yang sekarang ada di pikirannya benar adanya. "Masuk."

"Maaf Kak, apa tadi yang dibilang Kakaknya, untuk bekerja di sini itu benar? Tapi, saya hanya lulusan menengah Kak, bukan Sarjana." Gadis yang Cecil taksir seusianya itu hanya menundukkan wajahnya.

Cecil menyunggingkan senyum. "Nggak apa-apa, kita hanya butuh SPG dan aku lihat kamu masuk dalam kriteria itu. Bagaimana?"

"Tapi saya tidak membawa surat-surat yang dibutuhkan untuk lamaran pekerjaan, Kak."

"Bisa menyusul, kalau kamu mau, besok datang ke sini lagi, bawa aplikasi dan syarat-syarat yang biasanya. Aku tunggu."

"Baik, terima kasih, Kak. Saya permisi." Pamit gadis tersebut menunduk dalam.

"Ya, silahkan."

Usai menyelesaikan pekerjaannya Cecil berniat untuk istirahat, "Gue mau makan di luar, lo mau bareng apa nggak?" Cecil menghampiri meja rekan kerjanya.

"Kerjaan gue masih banyak ini, lo duluan aja deh, Cil. Gampang, ntar gue makan di kantin saja." Jawab Sherly teman sekaligus tetangga komplek tempatnya tinggal.

Cecilia Sacharissa adalah seorang gadis yang memiliki karir cemerlang di salah satu perusahaan besar di ibu kota. Baginya, karir adalah salah satu bagian terpenting dari hidupnya. Usianya terbilang sangat muda, di usia 24 tahun ia sudah menempati kedudukan sebagai Human resource development di perusahaan tempatnya bekerja. Ia dinyatakan lulus di usia 23 tahun, dengan menyandang label Cumlaude di Universitas ternama di ibu kota. Mengambil jurusan Psikologi, Cecil hanya butuh tiga tahun untuk menyelesaikan studynya.

Cecil terbilang cantik, kulitnya yang putih bersih, tinggi semampai 162 senti dan berat badan ideal itu, mampu membuat para lelaki yang lewat selalu melirik padanya. Hanya saja, ketidak beruntungan Cecil adalah, ia belum pernah menjalin asmara dengan lawan jenis semenjak duduk di bangku sekolah. Keseharian gadis itu ia habiskan hanya untuk belajar, sekolah, ke perpustakaan, mengerjakan tugas dan tidur.

Cecil hidup sebatang kara di ibu kota, ia memilih meninggalkan kota asalnya, demi meraih cita-citanya, yaitu menjadi seorang wanita karir yang sukses. Kedua orang tuanya bukanlah orang sembarangan. Cecil termasuk anak dari pasangan pengusaha terkenal di kotanya. Bisnis perhiasan yang digeluti kedua orang tuanya sudah berjaya sejak gadis itu belum lahir ke dunia. Namun, bukan Cecil namanya jika harus menumpang sukses dari usaha keluarganya.

Berkali-kali para lelaki mencoba mendekatinya, tapi Cecil dengan entengnya menilai dan mengatakan dengan gamblang perihal ketidaksukaannya pada lelaki tersebut. Contoh kecilnya saja, yang baru beberapa hari kemarin menyatakan perasaan padanya, dengan entengnya ia mengatakan 'Lo itu bau, pernah mandi nggak sih?!'

Ternyata, gelar lulusan Psikolog terbaik buat Cecil tidak berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari. Ia hanya menerapkan ilmu yang ia dapatkan di ruang lingkup karirnya saja.

"Ya udah, gue cabut duluan ya." Cecil melambai pada Sherly.

***

"Silahkan menunya, Nona." Seorang Waiters perempuan menghampiri Cecil yang tengah duduk sendirian di meja bernomor empat dekat dengan jendela.

"Hm ... Gue pesen, Skirt steak, juga pasta. Minumnya Healthy Lemonade." Jawab Cecil mengembalikan buku menu pada sang Waiters.

"Baik, ditunggu, Nona."

Cecil memainkan gawainya, tidak ada teman yang bisa ia ajak bercakap-cakap saat itu. Ia sesekali membuang muka ke luar jendela kaca tepat di depannya. Matanya melotot menangkap sesuatu, reflek saja ia langsung berlari keluar dari restoran menuju pelataran.

"Awas!! Gusrak!! Bugh! Argh!! Aw ...." Cecil meringis kesakitan mendapati dirinya terjatuh di trotoar dengan menangkap seorang bocah tujuh tahun di atas tubuhnya. "Kamu tidak apa-apa?" Dengan masih menahan sakit, Cecil mencoba bertanya mengenai keadaan bocah itu.

"Ti- tidak Tante, a- aku. Hiks ... Hiks." Bocah kecil itu akhirnya menangis, dengan masih berada dalam pangkuan Cecil.

Cecil dibuat bingung oleh rengekan anak tersebut, ia sama sekali tidak berpengalaman dalam hal mengambil hati anak-anak. "Sudah-sudah, tidak apa-apa. Lain kali hati-hati ya. Jalanan itu turun, lebih baik besok-besok jalan kaki saja, tidak perlu memakai otopet. Apa kamu pulang sendiri?"

"Iya Tante, Hiks." Anak itu berdiri dari pangkuan Cecil.

Beberapa orang yang melihat kejadian itu berbondong-bondong mendekat, ingin melihat kejadian apa yang sebenarnya terjadi.

Cecil masih terduduk di trotoar, ia masih merasa sedikit pusing. Lututnya lumayan lecet dan berwarna merah, karena ia memakai rok pendek di atas lutut. Alhasil, saat ia mencoba menghentikan otopet yang melaju kencang dan menangkap sang anak, kaki Cecil terserempet benda itu, akibatnya beberapa luka lecet ia dapatkan di kaki mulusnya.

Cecil mencoba berdiri, meskipun ia merasakan ngilu yang sangat luar biasa tepat di lutut kirinya. High heels yang ia kenakan-pun nyaris patah sebelah. Dengan susah payah ia mencoba berdiri, tapi tidak di sangka ....

Kreeekkk!!

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status