Keduanya menyambangi spesialis obgyn untuk mendapatkan resep obat itu. Kevin protektif menanyakan efek samping obat yang membuat Kayla malu setengah mati, karena pertanyaan itu justru mengundang penjelasan dokter mengenai cara menggunakan proteksi yang aman.
“Lain kali, aku akan pastikan untuk menggunakan protection,” Janji Kevin, mereka telah selesai menebus resep obat yang harus diminum oleh Kayla sesegera mungkin. “Lain kalii..” gumam Kayla. Apakah ini bukan cinta satu malam? Kayla melirik laki-laki yang merangkulnya diam-diam. Mereka berdua terlihat seperti pasangan muda yang berbulan madu di Bali. “Aku belum pernah melakukannya dengan protection. Aku pastikan aku tidak membawa penyakit menular atau semacamnya,” tambah Kevin begitu melihat ekspresi Kayla yang berubah ngeri mendengar kalimatnya. Perempuan itu mengalihkan tatapannya, tidak ingin membahas mengenai hal itu lebih lanjut. Mereka menikmati hari itu dengan melakukan penjelajahan bawah laut. Kayla senang sekali menyaksikan keindahan laut Bali ditemani dengan seseorang yang berhasil membuatnya melupakan sakit patah hati yang baru saja dialaminya. “Kev!” Panggil seorang pria saat keduanya sedang duduk menikmati kelapa muda setelah kelelahan menyelam. “Rama, kebetulan banget ketemu di sini,” sahut Kevin membalas sapaan tersebut. “Iya, kiamat maju sepuluh hari kah? Bos kita bawa gandengan cuy!” Ujar Rama disahuti dengan keriuhan rombongan yang bersamanya. “Ck, sana deh, jangan gangguin kita,” usir Kevin yang ditertawai rombongan tersebut, namun tak urung membiarkan keduanya menghabiskan waktu bersama. Kayla membeku menyadari siapa yang menegur Kevin tadi. Bukankah laki-laki itu adalah figur yang pernah dilihatnya di majalah Forbes Thirty under Thirty. “Dia Rama Pambudi CEO Startup Vegetable Box kan?” tanya Kayla mengkonfirmasi memorinya. “Iya, temanku saat kuliah. Kalau aku cuma karyawan biasa,” Kevin mengusap tengkuknya salah tingkah. “Hey! Aku tidak mempermasalahkan itu. Lagian, aku lebih suka karyawan biasa yang pelayanannya luar biasa,” goda Kayla yang membuatnya tertawa bersama. Mereka tidak membicarakan hal itu lebih lanjut. Tanpa dikatakan, keduanya menyadari kebersamaan ini berakhir setelah liburan mereka usai. Membicarakan hal-hal yang pribadi hanya mempersulit keduanya saat akan berpisah. “Hey, apa kamu mau aku masakkan makan siang? Sepertinya di villa tersedia bahan makanan. Aku sempat mengeceknya tadi. Tapi kita tetap harus membeli baju untukku, jika kamu mengizinkan aku untuk kembali menginap malam ini.” ajak Kevin. Wajah Kayla bersemu merah mendengar kata menginap itu. Apakah mereka akan kembali menghabiskan malam dengan tubuh yang bersatu? Pertanyaan Kayla itu terjawab saat nyatanya matahari masih ranum bersinar ketika mereka melakukannya lagi. Sentuhan-sentuhan kecil saling menggoda ketika menyantap masakan Kevin berlanjut menjadi remasan dan elusan panas yang memantik gairah. “Kondomnya,” ingat Kayla saat Kevin tak sabaran dengan penyatuan mereka. “Aku akan mengeluarkannya di luar, aku janji,” sahut Kevin. Alat proteksi itu ada di dalam tas belanjaannya, dan gairah Kevin tidak lagi tertahan untuk menjauhi Kayla demi mencari benda tersebut. “Ahh! Pelan-pelan!” Desah Kayla saat merasakan Kevin melaju dengan cepat. Laki-laki itu memperlambat gerakannya mendengar permintaan itu. “Sakit?” tanyanya khawatir. Kayla menggeleng, memajukan wajahnya untuk meminta ciuman-ciuman penuh rasa pada Kevin yang tak mungkin ditolak oleh laki-laki tersebut. Mereka menyudahinya saat matahari menampilkan sinar kemerahan. Mandi bersama saat senja mulai terlihat di langit Bali. “Bukankah seperti yang kubilang? Aku tidak hanya menyembah dan mengagumimu saat malam?” goda Kevin di bawah pancuran air. Keduanya benar-benar hanya mandi karena Kayla terlalu lelah jika merela melakukan hal yang lebih dari itu. Kayla kebingungan melihat gairah Kevin yang kembali bangkit. Laki-laki itu tersenyum padanya, “biarkan saja, sepertinya denganmu semuanya jadi lebih mudah tersulut. Tapi saat ini kamu perlu beristirahat.” Kevin mengecup bibir Kayla, mengambil jubah mandi untuk keduanya dan menutup tubuh telanjang mereka. Mengajak Kayla beristirahat di kamarnya. Kayla bersyukur menyewa villa ini untuk dirinya sendiri, jadi tidak ada yang mengganggu mereka. "Kapan kamu pulang?" tanya Kevin, kebersamaan mereka tidak mungkin berlangsung selamanya. "Lusa," jawab Kayla dengan perasaan enggan untuk berpisah namun merasa janji kembali bertemu terlalu beresiko. Mereka berpelukan menikmati waktu yang tak lagi banyak, liburan ini terlalu singkat. ***** "Kamu orang Bali?" entah seaneh apa kalimat tanya itu terdengar. Saat ini masih jam delapan malam, Kayla tidak bisa memejamkan matanya, sedari tadi jarinya yang lentik sibuk mengelus dada Kevin dibalik baju kaos yang dipakainya asal. Pertanyaan itu pun terlontar begitu saja, sedikit bingung karena ingin bertanya tanpa mengetahui tempat tinggal Kevin sesungguhnya, menjaga batas masih jadi prioritas keduanya. "Bisa dibilang setengah? Ibuku dari Bali," jawab Kevin sembari menghentikan tangan Kayla yang semakin aktif ke bawah. "Menurutmu apakah kamu akan merindukanku jika kita berpisah nanti?" tanya Kayla lagi. Kali ini Kevin mengerutkan dahinya. Ia tahu Kayla bukan tipe perempuan yang akan merengek meminta kejelasan hubungan, Kevin tak lebih dari sekedar teman liburan. Jadi laki-laki itu bingung menjawabnya bagaimana. "Ya, bisa jadi? Cuma kamu perempuan yang membawaku ke spesialis kandungan karena keluar di dalam." Lagi, tangan Kayla kembali mengelus dada Kevin setelah sebelumnya ditampik karena elusannya turun ke bagian bawah. "Aku tidak mau ada sesuatu yang buruk ke depannya. Aku sudah banyak sekali melihat perempuan bodoh yang merelakan banyak hal. Lebih sering lagi melihat anak-anak yang menjadi korban. Sedangkan "titit" kalian asyik menyebar benih dimana-mana." Kali ini serangan mendadak, bukan godaan, tapi remasan kasar pada kemaluan Kevin yang membuatnya mengaduh kemudian tertawa. "Ya, selain ke spesialis kandungan, bisa jadi aku akan merindukan kecerewetan dan keluasan berpikirmu itu. Maafkan aku Kay, mengambil sesuatu yang berharga dan selama ini kau jaga," tiba-tiba saja Kevin merasa nelangsa. Hei, kemana gairah yang berapi-api itu? Digantikan perasaan bersalah karena mengambil keperawanan seorang gadis polos yang tengah patah hati. "Tak perlu minta maaf. Ya, nyatanya meskipun aku menjaganya dengan baik, aku tidak terlindung dari rasa sakit patah hati. So, buat apa aku harus jadi perempuan baik-baik?" Kayla tersenyum miris. Sepertinya pertanyaannya tadi justru membuat obrolan mereka terasa sedikit serius. Mereka jauh lebih banyak mengeluarkan kata dan berbicara dengan normal dibandingkan mendesah dan memuji satu sama lain. "Perawan atau tidak sekalipun bukan hal yang bisa menjadi standar kamu perempuan yang baik atau tidak Kay," bantah Kevin. Tangannya mengelus pipi Kayla, merapikan rambut yang jatuh dan mengganggu pemandangannya untuk menikmati wajah ayu milik Kayla. "Sudah sepantasnya seorang laki-laki memiliki tata krama sebelum mengambil sesuatu yang berharga milik perempuan. Ini soal manner," tambahnya lagi dengan wajah yang tersenyum. Sedikit lucu mengingat hal itu baru dikatakan oleh Kevin setelah persetubuhan kesekian mereka. "Hahaha, tuan begitu pandai membuat orang tersanjung. Kamu memang pemain yang sesungguhnya," respon Kayla dengan raut jenaka, sedikit hiperbolis bertepuk tangan membuat Kevin gemas dan menggigit bibirnya. Jika tidak memikirkan kondisi tubuh Kayla yang kelelahan hari ini, dapat dipastikan Kevin akan langsung menyerang Kayla. "Kalau kamu bagaimana? apakah kamu akan merindukanku?" Kali ini berganti Kayla yang mengerutkan dahi. Dia memikirkan tindakan randomnya dalam mengajak laki-laki asing untuk bercinta. Mengundangnya ke villa tempat Kayla menginap. 1:1000 kejadian ini berakhir baik, tidak mendapatkan penyakit menular, tidak patah hati, atau tidak menjadi korban kejahatan dan kekerasan seksual. "Aku mungkin akan memikirkan mu saat pekerjaanku menumpuk, dan aku butuh waktu untuk istirahat. Aku akan memikirkan mu saat melihat sosial media soal kekerasan dalam rumah tangga dan pemerkosaan acak. Aku akan memikirkan mu tiap kali mandi atau tiap kali periode menstruasiku akan datang dan aku sedang bergairah." Jelas Kayla. Well, di luar batasan mereka, Kayla adalah perempuan yang jujur dan tidak pernah berusaha menutupi apa yang dia rasakan, mungkin terbukti pada saat dia membuat viral perselingkuhan mantannya demi menambah bumbu patah hati? "Aku beruntung menemukan seseorang yang baik di ranjang dan tidak berniat jahat. Terimakasih Kevin." "Aku yang berterimakasih." Wajah keduanya mendekat, Kevin mencuri satu kecupan singkat yang tidak berdasarkan nafsu, melainkan dorongan kecil dari dirinya yang menuntut Kevin melakukan itu pada Kayla. Keduanya berpelukan dengan pikiran yang berbeda. "Sepertinya pembicaraan serius ini harus kita sudahi. Aku kira tidak ada salahnya jalan-jalan menyusuri pantai malam ini?" ajak Kevin. Kayla mengangguk. Keduanya cepat-cepat bersiap menuju pantai, menghilangkan suasana canggung yang tiba-tiba saja tercipta.Ayahnya adalah pewaris tahta yang gagal naik tahta, diserobot secepat kilat oleh sepupu yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dirinya sendiri adalah seorang anak yang tidak tahu kemana hidupnya harus berjalan, keluarganya terlalu sibuk, tak peduli sesering apapun Natasha mencari perhatian. Tapi Ayahnya menaruh harapan pada Natasha untuk mendapatkan perhatian Kevin sekaligus menjalin hubungan dengan sepupunya itu, agar harta keluarga mereka tidak berkurang dan jatuh ke perempuan asing. Natasha berulang kali menggoda Kevin, sampai-sampai kakaknya muak dan memberi gelar biksu suci pada Kevin. Namun sampai saat ini Kevin tetap bersikap dingin padanya, dan hanya menganggap Natasha adik. Hingga Natasha mengetahui dari Ayahnya jika Kevin telah bersama seseorang, ia pun jadi kebakaran jenggot serta memanfaatkan kasus viral perempuan itu untuk membuat sebuah berita lain yang menjatuhkan nama baik perempuan itu. Jelas, yang Natasha lakukan berbahaya, mengundang kemarahan Kevin. Sampai s
Diantara semua anggota keluarga Santoso, tidak ada yang bisa Kevin percaya kecuali Rama, dan tidak ada pula orang yang Kevin percayai melebihi kepercayaan Kevin pada Rama. Saat dirinya di usir dari rumah keluarga besar Santoso, laki-laki yang usianya sebaya dengan Kevin menyapanya ramah, mengajak Kevin bermain bersamanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Memberikan uang tabungannya agar Kevin bisa bertahan di ibu kota. Meskipun belakangan Kevin mengetahui jika Rama memiliki niat memberontak dan memanfaatkan Kevin untuk melakukan itu, Kevin menyadari adanya ketulusan dalam bantuan tersebut. Kevin tahu jika Rama begitu menyayangi adiknya tak peduli dengan kelakuan gadis itu, Rama pasti membersihkan nama adiknya secepat Natasha melakukan kebodohan lainnya lagi. Tentu rencananya untuk membuat Natasha jera dengan kelakuannya harus dalam sepengetahuan Rama. Walaupun bisa jadi laki-laki itu tidak mengizinkan. Oleh karena itu sekarang Kevin menunggu Rama di sebuah pub elit yang berada di pin
Dinda menatap galak pada pasangan yang sedang kasmaran di hadapannya. Lagi pula, kenapa pula mereka suka sekali melakukannya di sofa? batin Dinda. Kevin Santoso, komisaris utama Kubik Group. Terpilihnya Kevin sebagai komisaris utama sempat membuat geger jejeran direksi yang menjabat di perusahaan tersebut. Alih-alih generasi kedua yang meneruskan panggung estafet, justru anak yang tidak diketahui adanya, yang tiba-tiba muncul mengambil tampuk kepemimpinan. Dinda tentunya tidak asing lagi dengan Kevin, sebagai orang yang mengikuti kemanapun Rama pergi dan menyediakan segala kebutuhannya, ia sering kali harus berhadapan dengan Kevin, entah sebagai atasannya atau sebagai sepupu dari Rama. Ia juga mengetahui rekam jejak Kevin sebagai perjaka tulen karena Rama acap kali merundung Kevin dengan gelar itu, kadang malah mengkhawatirkan orientasi seksual sepupunya. Well, bagian itu sepertinya tidak perlu dipikirkan lagi, toh Kayla dan anaknya sudah menjadi bukti betapa perkasanya Kevin, belu
"Tadi kamu bilang apa?" Kevin merasa jawaban Kayla hanya mimpi atau justru dia salah dengar karena terlalu terobsesi menginginkan Kayla. Perempuan hamil itu memutar bola matanya malas, memilih keluar lebih dulu dari mobil, sudah amat malu pada supir pribadi Kevin. Sedangkan Kevin masih termenung sejenak di dalam mobil. "Pak, Ibu Kayla nya sudah keluar duluan," ingat supir Kevin. "Hah?" Sepertinya kecerdasan Kevin tidak berlaku sekarang, wajahnya memerah karena malu, Kevin mengusap mukanya sebelum kemudian mengejar Kayla yang sedang menunggu lift untuk naik ke lantai apartemennya. "Kamu mau menikahkan?" tanya Kevin lagi membuat Kayla berdecak kesal. Bukankah tadi Kevin berbicara panjang lebar agar Kayla menikah dengannya? "Iya Kevin, ayo cepat aku ingin segera mengistirahatkan badanku, punggungku sakit," ajak Kayla menarik Kevin memasuki lift, karena pria itu hanya termenung dan sepertinya tidak memiliki niat untuk masuk jika Kayla tidak menariknya. Kevin memandang ba
Jantung Kayla berdegup kencang. Ini bukan sebuah lamaran pernikahan, Kayla bingung kenapa wajahnya memerah, mungkin malu karena supir yang melirik dan menguping pembicaraan mereka hari ini. Atau malu pada orang-orang di lampu merah tempat mobil mereka berhenti sejenak, padahal orang-orang itu bahkan tidak dapat mendengarkan apa yang Kevin katakan. "Kev, akuu," gamang, Kayla tidak tahu ingin mengucapkan apa. Ia bingung. "Kay. Malam itu, aku bertindak gila, begitu pula di malam selanjutnya. Aku tidak tahu benar-benar keluar di luar atau tidak, hanya saja sisi hatiku yang lain berharap benihku tumbuh di rahimmu. Pagi itu saat pergi meninggalkanmu aku bahkan sudah membayangkan betapa cantiknya anakku jika kamu yang menjadi Ibunya Kay." ujar Kevin dengan tatapan yang dalam, Kayla mengalihkan pandangannya, tidak ingin terjebak dalam mata yang menyembunyikan banyak rasa. "Aku akui, secara tidak langsung aku menyembunyikan statusku dan membuatmu diterima di Kubik Group karena nepotisme, tap
Dokter rumah sakit itu melihat serius ke arah monitor. Padahal baru dua hari lalu mereka melihat bayi mereka dalam keadaan senang, tapi sekarang suasananya terasa tegang. Terlebih pembicaraan mereka di mobil terputus karena telah sampai di rumah sakit. Kayla meremas tangan Kevin, takut mendengar penjelasan dari dokter, tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya. "Kondisi bayinya baik kok Bunda. Pingsannya tadi karena tensi Bunda rendah, dan tidak banyai cairan tubuh. Hamil itu harus banyak makan sama minum loh Bun biar adek bayinya kuat di perutnya. Nggak boleh stress juga," jelas dokter. Kevin dan Kayla menghela nafas lega. "Dia nggak mau makan kalau nggak ada saya dok kalau malam. Cuma kalau pagi beneran ngga bisa masuk apa-apa. Tadi juga harus dipaksa dulu sarapannya," cerita Kevin. Dokter spesialis kandungan itu mengangguk paham. "Harus makan ya Bunda. Obat pereda mualnya jangan lupa diminum ya, penambah darahnya juga. Kasian loh adik bayinya kelapara. Ayahn