Dirumah kediaman kedua orangtua Keyla. Mama berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Sesekali menggerakan tangannya gelisah.
"Mah ada apa?" Papa menatapnya dengan raut yang penuh tanda tanya.
"Gak ada apa-apa, Pah."
"Selagi kejujuran itu baik kenapa harus berbohong?" Mama langsung terpaku dan ikut menatap kearah pria berumur 30 tahunan itu.
"Pah, mamah masih mikirin mereka berdua."
"Mereka udah sama-sama berumur 20 tahun dan setidaknya mereka bisa bertindak lebih dewasakan."
"Tapii, Pah, Mamah masih gak percaya sama keyla dan itu pastinya sangat berat buat Andriek. Keyla itu benar-benar gak perduli sama dia." Suara mama agak meninggi.
"Papah, yakin sama Andriek!"
"Iya, cuma."
"Apa?"
"Gak apa-apa, Pah ini hanya kekhawatiran sedikit."
"Apakah mamah akan mengunjungi mereka lagi?"
"Gak, Pah."
"Ya udah kalau gitu gak usah terlalu di pikirin."
Mama mengangguk setuju. Jam sudah menunjukan pukul 10:00 wib, Matahari terasa begitu hangat. Ya tentu saja karena panasnya hampir mendekati beberapa derajat celcius.
Andriek berjalan di tepi, sambil mengayunkan tongkatnya merabai setiap jejak yang ia pijak. Dan tangan kirinya memegang sebuah gitar yang terlihat usang dan lusuh hampir-hampir saja cat itu memudar serta kehilangan warnanya.
Dia berhenti di depan cafe sejenak setelah itu melangkah masuk dengan petunjuk tongkat kesayangannya. Tiba-tiba pelayan cafe itu mendekatinya.
"Mau ngamen ya?" Tanyanya kecil.
"Jika Anda mengizinkan."
"Maaf tapi kami tidak menerima pengamen di sini!" ujarnya lagi.
"Baiklah,"
"Kau bisa pergi sekarang."
Andriekpun menggeser tongkatnya.
"Sinta apa yang terjadi?" Seorang pria berpakaian rapi ikut menghampiri keduanya.
"Tuan."
Lelaki dengan wajah manis itu tersenyum.
"Siapa namamu?"
"Anda bisa memanggilku Andriek."
"Oohh, Aku Riyan!" Sambil mengulurkan tangan akan tetapi Andriek tak merespon.
"Senang bertemu dengan Anda Tuan."
Riyan tersenyum geli, ya.. tentu karena dia melupakan sesuatu. Jelas-jelas pria di hadapannya itu tak melihat masih saja dia bermaksud menyalami pria itu.
Kemudian Riyan memandang kearah pelayan, yang di panggilnya dengan sebutan Sinta tadi, dan menyuruhnya untuk membuatkan dua gelas Jus Apel.
"Andriek silakan duduk."
Andriek hanya mengangguk serta meraba-raba. Akan tetapi Riyan lebih dulu mengambilkanya kursi, Riyan juga ikut duduk.
"Andriek dimana rumahmu?"
"Aku tinggal di sebuah Apartemen dan apartemen itu tak jauh dari sini."
Riyan mangguk-mangguk. Sesaat suasana sunyi, tak lama setelah itu pelayan datang membawakan dua gelas minuman jus, yang di pesan Riyan tadi. Riyan ya dia itu lelaki yang punya ciri khusus berambut pirang, bola mata berwarna biru, tubuh atletis dan dia adalah pemilik cafe ini, sebut saja cafe victoria, sepertinya dia berdarah indo atau bisa di bilang campuran bukan orang indonesia asli.
"Silakan di minum jus nya." Dia berkata sambil menggeserkan satu gelas jus Apel tepat di tangan Andriek. Andriek menerimanya dengan senyuman kecil, lalu menyedot pipanya.
"Oh ya kamu bisa bekerja di cafeku sekarang, resmi, aku kontrak kamu sebagai penghibur di cafeku ini," jelas Riyan lagi.
Bruuuuusssssh
Jus Apel menyembur. Riyan terkejut.
"Maaf, Aku tak sengaja." Andriek meminta maaf dengan gugup.
"Ya," jawabnya kecil.
"Sekali lagi maafkan aku tuan." Andriek terus meminta maaf. Riyan juga mengulangi kata-katanya dan memakluminya.
Beberapa menit kemudian Riyan menyuruh Andriek untuk menghibur para tamu, dengan sebuah lagu melow dan senang hati Andriek menyetujuinya. Suara Andriek terdengar sangat merdu, jari tangannya perlahan memetik senar gitar tuanya dia menikmati serta terhanyut. Semua mata tertuju padanya, mereka sangat kagum dan menikmati lagu ciptaan salah satu band terkenal yang berjudul "HANYA RINDU" Andmesh.
Tiada terasa tiba-tiba air matanya mengalir lembut bayangan tentang Ibunya terekam kembali. Dia sangat merindukan dekapan kasih dan sayang ibunya tapi semua itu telah sirna keinginannya tak mungkin jadi kenyataan betapa sedih hatinya kini semua tinggallah bayangan semu. Lagu itu hanya berdurasi 5 menit saja para pelanggan Cafe bertepuk tangan.
Begitu juga dengan Riyan. Lelaki itu bertepuk tangan sembari mendekatinya.
"Luar biasa kamu punya bakat untuk jadi artis kawan." pujinya datar. Mendengar pujian itu Andriek hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Setelah bernyanyi dengan beberapa lagu, akhirnya Andriek selesai bekerja. Riyan memberinya uang.
"Terima kasih."
"Biasa sajalah panggil saja aku Riyan, lagian aku juga belum menikah."
Andriek tersenyum. "Kalau begitu Aku permisi dulu."
"Oke, jaga diri kamu baik-baik dan berhati-hatilah."
"Terima kasih." Andriek berlalu dari hadapan Riyan, dia membuka pintu dan berjalan menyusuri jalan dengan tongkatnya.
Cafe Riyan sudah tak nampak lagi. Namun...
"Hahaha....."Terdengar suara dua orang lelaki menertawainya. Waktu itu suasana sangat sepi, masih belum ada orang-orang yang lewat.
"Buta mau kemana sih? Buru-buru banget." Satu lelaki mendekatinya.
"Maaf Aku harus segera pergi," jawab Andriek datar.
"Eeh tunggu dulu lah," Lelaki itu memegang pergelangan tangan Andriek.
"Apa yang kalian mau?" Andriek mulai bernada tegas. Lelaki itu tersenyum sinis.
Bughhhh..... Bughhh.....
Tiba-tiba lelaki itu menghantamkan tinjuan ke wajah Andriek, sehingga membuat Andriek jatuh tersungkur.Hidung mancungnya mengeluarkan darah, Andriek mengaduh kesakitan.Mereka tak perduli semakin brutal.Kali ini memaksa serta membentak. "Man duit lo! Cepet dih lama banget sih." Andriek tampak gemetaran dan segera merogoh kantong celananya.Dia bermaksud memberikan semua uangnya.Lelaki yang berpenampilan preman itu tertawa. "Bagus." Sambil mengelus rambut Andriek. "Ini."Andriek memberikan beberapa lembar uang kepadanya.Lelaki itu menerimanya, akan tetapi itu belum cukup membuatnya senang.Lelaki itu menendangnya hingga Andriek terkulai lemah tak berdaya. Matanya berkunang-kunang. Dia teringat. Sayang kamu kenapa? Kamu terluka ayoo kemari ibu akan mengobatimu. Tapi.... Kata-kata itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ketika ibunya masih hidup. Dunia seakan membuatnya terus menderita, semangat juangnya pun hampir
"Jelas itu cowok buta dan ternyata si cewek kayaknya tulus aja deh nerima apa adanya, yakan?" "Iyaa tuh... keliatan mesra lagi." Ratna terkikik di buatnya. "Iih.... Kalian bertiga ngomongin apa sih? Lagian... Ogah gue emang yang lebih sempurna gak ada apa! Gak level, jijik!" Keyla baru menjawab, ketiga sobatnya hanya tertawa mereka udah tau banget Keyla itu cewek seperti apa. Keyla melanjutkan langkahnya, ekspresi wajahnya sedikit kesal. Keyla menatap dengan sinis ketika langkahnya hampir dekat dengan Andriek, Keyla pura-pura tak mengenalnya. Tentu saja, hal itu akan sangat merendahkan pamornya sebagai Keyla cewek primadona di kelasnya. Tak mungkin Keyla mengakui Andriek sebagai suaminya. Seorang pria buta yang telah menikahinya beberapa hari yang lalu. Keyla mempercepat langkahnya tak sampai 10 menit Keyla dan sobatnya sudah sampai di cafee victoria, milik Riyan. Karena ternyata kampus Keyla tak begitu jauh dari posisi cafee itu berada. Seperti biasa
Gadis imut ini bernama Riana Fairuz. Lampu belajar berdiri sangat antusias menemani gadis berpipi merah, dia adalah Riana Adik tersayang Andriek...Sudah hampir 1 jam, dia duduk di bangku sambil mencatat buku hariannya. Matanya terlihat sembab. Dia sedang menangis waktu itu, Dia telah kehilangan ibu dan kini kakaknya pergi karena pernikahannya dengan keyla si cewek sombong. "Riana." Panggil Ayahnya tiba-tiba, dia segera menyeka air matanya. "Apakah kamu sudah tidur? Ayah buka ya pintunya?" Susah payah dia menyahut. "I... iiya Yah buka aja, Riana belum tidur kok." Jawabnya parau. Tak lama kemudian Ayahnya masuk, dia pandangi puteri semata wayangnya. "Riana, Kamu kenapa?" Tanyanya pelan. "Kamu kok nangis." Lelaki tegap dengan wajah tirus terus menatapnya. Riana tersenyum kecil, menyembunyikan kesedihan yang sangat ia rasakan. "Ayah... Riana baik-baik aja kok, siapa bilang Riana nangis tuh kan Riana senyum." Dia terus mencoba tersenyum.
"Ndriek. Lo." Ujarnya khawatir karena melihat wajah pucat Andriek yang sama sekali tak bergerak. Dia sentuh kening dan leher Andriek panas mungkin bisa di bilang panas itu mencapai 40°C jika di ukur dengan Termometer. "Ndriek... lo bisa denger guekan?" Dia menggoyang-goyangkan tubuh Andriek. Entah mengapa tiba-tiba perasaan khawatir itu semakin lama semakin besar. Dia sangat takut dan bingung apa yang harus dia lakukan, dia gugup. Di pandanginya lagi wajah tampan Andriek wajah itu pucat, bibir yang sebelumnya merah juga pucat. Sepertinya Andriek merasakan sakit yang begitu sakit. Ada sesal di hati Keyla, kenapa waktu itu dia sangat tak perduli spontan Keyla langsung mendekati tubuh Andriek yang terbaring kaku dan mendekapnya. Dekapan itu terasa menghangatkan tubuh Andriek yang dingin akibat dari suhu badannya yang terlalu panas tinggi. Tiba-tiba lelaki di sampingnya itu bergerak, tanpa Keyla sadari tangan Andriek balas mendekapnya. Mendekap dengan erat tentu saja itu
"Jika itu alasan kamu kesini, sekarang udah gak ada masalahkan? Kamu bisa keluar dari kamarku, silahkan." Keyla langsung menatapnya tak percaya. "Apa-apa ini! Lo ngusir gue? Huh sampai mati juga gue gak akan sudi tinggal di kamar lo!" Jawabnya kesal, keyla berdiri dari duduknya serta pergi dari hadapan Andriek. Lelaki itu hanya tersenyum. "Ouh apa yang udah aku lakuin? Ini bodooh." Desahnya kesal sambil memegangi bibirnya pelan. Dia sangat menyalahkan dirinya karena ciuman tadi. Setelah keluar dari kamar Andriek Keyla duduk di sofa ruang tamu. Dia menghela nafas pendek. 'Apa maksud Andriek bilang kayak gitu? Dia itu bener-bener cowok yang gak tau diri banget. Key ada apa ini?' Batinnya lagi. Perasaannya sangat menyesal dan kesal sekali bagaimana mungkin dia bisa berciuman dengan seorang lelaki yang sangat dia benci. Kenapa dia bisa begitu pasrah dalam pelukan lelaki itu. Ting... Tung.... Tiba-tiba bel berbunyi. Keyla terkejut dari lamunannya d
Tentang Riko Pranata. Cinta itu terkadang mengalahkan segalanya. Menyisahkan sebuah cerita..... Tentang apa itu masa lalu.... Tentang apa itu kesetian... Seperti arti kebersamaan dan apa itu ketulusan... Terkadangpun sebuah senyuman selalu meninggalkan kerinduan yang begitu dalam.... Tak bisa jauh karena kesepian akan selalu hadir dan membuat semuanya menjadi warna yang memudar. Tak ada kata yang lebih di dunia ini selain kata cinta... Riko Pranata adalah seorang cowok keturunan Turki indonesia. Yang sejak usianya empat tahun, sudah menetap di indonesia. Dia terlahir dari pasangan dua insan yang saling mencintai, dia juga anak lelaki satu-satunya atau bisa di artikan dengan kata yang lebih dalam yaitu "semata wayang." Hidupnya terbilang sangat beruntung karena Papahnya seorang pengusaha sukses dan dia adalah pewaris satu-satunya juga. Akan tetapi usia Papahnya tidak lagi muda. Sudah empat tahun dia menjali
Riko terdiam sejenak. "Apa nungguin si Keyla jadi istri kamu?Bukannya pacar kamu itu udah jadi istrinya orang sekarang." Mamah berkata sambil mendudukan pantatnya di sofa. "Gak tau deh mah."Riko baru menjawab. "Yang sudah menjadi milik orang ya tidak usah di harap lagi lah Rik."Kali ini Papahnya yang berbicara. "Tapi... Riko cinta banget sama Keyla sekalipun Riko harus jadi bujang tua, Riko akan tungguin jandanya Keyla." "Aduh... Riko... Riko... berpikir itu yang luas sedikit kenapa? Perempuan lainkan masih banyak Riko." Riko menggeleng. "Setia sih boleh aja tapi tidak segitunya juga kali Rik." Papahnya tersenyum. "kamu itu lucu, atau gimana kalau papah nikahkan kamu sekarang?" "Maksud papah?" "Iya Papah itu punya temen dan beliau pernah nawarin anaknya buat jodohan sama kamu." Riko tersenyum lagi. "Papah Rikokan udah bilang, Riko masih pengen sendiri kalaupun ada jodoh gak akan ketuker kok." Kedua orang
Keyla membuntuti mereka. Sesampainya di taman belakang kampus. Mereka berdua langsung duduk di sebuah bangku yang tersedia di taman itu, suasananya masih terasa sepi. Karena memang ini terlalu pagi. Embun-embun pun sepertinya masih terlihat menempel di dedaunan. "Rik." Ujar Queen memulai percakapan. "Apa?" "Janji lo gak akan marah." "Apaan sih bikin penasaran aja."Cowok tampan itu tersenyum "Janji dulu elo gak akan marah. Dengan apa yang akan gue sampaiin ini." "Iya iya gue janji cepetan." "Oke." Queen menarik nafas panjang terlebih dulu."Gue... hamil Rik." "Ma.... Maksud lo?" Riko langsung kaget dan gugup. "Iya gue hamil, dan itu positif. Lo harus tanggung jawab Rik." Di balik pohon sana, Keyla segera menutup mulutnya ketika pun dia sangat shock atas penuturan yang di sampaikan Queen pada Riko. Jadi dia berpikir bahwa Riko telah mengkhianati cintanya selama ini. Riko berselingkuh dengan sahabatn