Home / Romansa / Jodohku Seorang Janda Kaya Raya / 7. Bertemu dengan Wanita Cantik

Share

7. Bertemu dengan Wanita Cantik

Author: Irma_Asma
last update Last Updated: 2022-05-08 09:09:57

Mira balas tersenyum, dalam hatinya berkata, 'Aku juga tahu, Kak Lintar tidak mungkin bisa servis ponselku. Ini hanya trik, agar aku bisa dekat dengan kamu, kakak tampan.'

"Hai! Kamu kenapa, Mir?" tanya Lintar sedikit mengagetkan Mira yang terus memandanginya.

"Ti–tidak apa-apa, Kak." Mira menyahut dengan gugupnya.

"Kirain—"

"Kirain kenapa, Kak?"

"Kirain kamu kesambet," jawab Lintar tertawa lepas.

"Kak Lintar jahat!" Mira tampak ketus. Namun, meskipun demikian, ia tetap bahagia bisa berada di dekat pria tampan yang sangat ia kagumi itu.

'Aku hanya ingin melihatmu bahagia meski pada akhirnya kau tidak bersamaku. Walau pada akhirnya aku tidak bersamamu maka yang paling aku inginkan adalah melihatmu bahagia. Ketahuilah aku akan merasa sedih ketika kau bersedih dan aku merasa tidak tega jika harus melihatmu menderita, meski aku bukan siapa-siapa bagimu namun aku berharap kau bahagia,' kata Mira dalam hati.

Mira memiliki perasaan cinta dan sayang terhadap Lintar. Namun, ia tidak seperti gadis-gadis lain di kampung itu yang berani mengungkapkan perasaannya langsung kepada Lintar.

"Ponsel kamu bawa saja ke tukang servis saja! Kakak tidak bisa, Mir," kata Lintar menyarankan.

"Iya, Kak." Mira bangkit tak hentinya memandangi wajah tampan yang ada di hadapannya itu. Setelah itu, Mira langsung pamit kepada Lintar, "Aku langsung pulang ya, Kak. Mau masak, kapan-kapan aku main lagi boleh, 'kan?"

"Iya, boleh," jawab Lintar tanpa mengangkat wajah.

Dengan demikian, Mira langsung mengucapkan, "Assalamualaikum." Ia melangkah dan berlalu dari hadapan Lintar.

"Waalaikum salam," jawab Lintar sambil memandangi langkah Mira yang sudah berlalu dari hadapannya. "Kenapa semua mendekati aku? Apa kelebihanku ini?" desisnya lagi bertanya-tanya sendiri.

"Tar!" panggil seorang wanita paruh baya berdiri di balik pagar yang menjadi pembatas antara rumahnya dengan rumah Lintar.

"Iya, Bu," jawab Lintar menoleh.

"Tadi ada Mira ke sini, yah?" tanya wanita paruh baya itu.

"Bu Rika kok, tahu?" Lintar terus meluruskan pandangannya ke wajah tetangga dekatnya itu.

Bu Rika tersenyum lebar, kemudian menjawab, "Ya, tahulah. Kita ini, 'kan tetangga."

Lintar hanya tersenyum sambil garuk kepala tanpa gatal.

"Kamu cocok loh sama Mira, daripada harus pacaran sama si Evi anak orang kaya sombong itu. Jujur saja, saya tidak suka sama keluarga mereka. Ngeselin!"

"Iya, Bu. Saya juga sebenarnya belum ada hubungan apa-apa dengan mereka. Tapi entah kenapa, mereka terus melakukan pendekatan sama saya(?)" Lintar geleng-geleng kepala penuh kebingungan.

"Lintar! Lintar! Kamu harus segera memilih calon pendamping yang tepat, agar Bu Rasti tidak selalu menuduh kamu dekat dengan anaknya!"

"Iya, Bu. Doakan saja supaya saya cepat memiliki seorang calon," kata Lintar menanggapi dengan baik perkataan dari tetangganya itu.

Keesokan harinya ....

Sekitar pukul sembilan pagi, Lintar berkunjung ke pusat perbelanjaan yang ada di pusat keramaian kota, tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Di tempat tersebut, ia sedikit mengalami insiden. Secara tidak sengaja kakinya tersandung ketika berjalan menaiki tangga manual yang ada di tempat tersebut. Lintar hampir saja menubruk seorang wanita cantik berambut pirang. Beruntung, wanita itu segera menahannya. Meskipun pada akhirnya ia harus jatuh duduk di atas tangga tersebut.

"Ya, Allah! Maaf, Mbak." Lintar tampak malu ketika tangannya sedikit menyentuh tubuh wanita itu.

"Iya, tidak apa-apa, Mas," jawab wanita itu bersikap ramah, meskipun sudah jatuh karena kecerobohan Lintar.

'Ya, Allah! Wanita ini cantik sekali,' ucap Lintar dalam hati, ia tampak kagum dengan sikap baik yang ditunjukkan oleh wanita tersebut.

"Boleh aku bantu?" tanya Lintar lirih, sambil melontar senyum.

Wanita itu balas tersenyum, kemudian mengangguk. Tanda setuju dan menerima tawaran dari Lintar yang hendak membantunya.

Dengan demikian, Lintar segera mengulurkan tangan ke arah wanita itu.

"Ayo, Mbak aku bantu!" kata Lintar lirih.

Tanpa menjawab, wanita itu langsung meraih uluran tangan Lintar. Dalam hatinya pun berkata, "Tampan sekali pemuda ini."

Lintar menarik perlahan tangan wanita itu, tanpa sengaja tangan Lintar menyentuh punggung wanita tersebut.

"Maaf, Mbak."

"Tidak apa-apa, Mas."

Dua bola matanya tajam memandang wajah Lintar, ia terus mengamati Lintar dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ada getar-getar perasaan saling menyukai yang tiba-tiba tumbuh dalam jiwa dan pikiran kedua insan itu.

Lintar termangu-mangu sedemikian rupa, ia tak kuasa membalas tatapan bola mata indah wanita itu. Dadanya bergetar dan bergejolak, seakan-akan merasakan ada getaran hebat dalam dirinya, sehingga kakinya pun tampak gemetaran. Mereka mulai salah tingkah.

"Kamu kenapa, Mas? Aku, kan tidak apa-apa," tanya Wanita itu. Tutur sapanya lembut dan halus, membuat Lintar semakin terpesona.

"I-iya, Mbak," jawab Lintar gugup.

Dari keningnya keluar butiran peluh, pecah bercucuran membasahi wajah. Lintar semakin tegang ketika beradu pandangan lagi dengan wanita yang mempunyai bola mata indah itu.

"Mbak yakin tidak apa-apa?" tanya Lintar mengamati kaki wanita berkulit putih mulus itu.

"Tidak apa-apa, Mas. Aku hanya sedikit kaget saja," jawabnya lembut.

Setelah itu, wanita tersebut langsung pamit kepada Lintar. Ia langsung melangkah turun ke lantai bawah, Lintar hanya termangu memandangi langkah wanita itu yang sudah berlalu dari hadapannya.

"Ya, Allah! Kenapa aku tidak berkenalan saja," desis Lintar menepuk kening pelan.

Kemudian memutuskan untuk mengikuti wanita tersebut. Ia tampak penasaran dan ingin mengenal lebih jauh lagi wanita berwajah cantik itu.

"Aku harus mengikutinya, dan aku harus mengenalnya lebih dekat lagi," desis Lintar.

Lintar mengurungkan niatnya yang hendak naik ke lantai dua, justru ia kembali melangkah menuruni tangga tersebut untuk mengikuti langkah wanita itu. Lintar tampak penasaran dan ingin mengenal lebih jauh lagi wanita cantik yang baru saja bertabrakan dengannya. Tanpa disadarinya, ia sudah berjalan keluar, dan sudah tiba di halaman parkir yang ada di depan pusat perbelanjaan tersebut.

Namun, Lintar sudah kehilangan jejak sang bidadari yang tengah diburunya itu. "Ke mana perginya wanita cantik itu?" Lintar bertanya-tanya sendiri sambil terus mengamati sekitaran tempat tersebut.

Dalam jiwa dan pikirannya, sudah ditumbuhi perasaan suka terhadap wanita itu. Meskipun, ia belum mengenal siapa dia? Hal senada, ternyata dirasakan pula oleh wanita itu.

'Pemuda itu tampak sekali. Tapi sayang, dia tidak memperkenalkan diri,' batinnya berkata-kata sambil melangkah menuju halaman parkir.

"Bodohnya aku! Coba tadi itu aku berkenalan, minta nomor handphone, dan alamat rumahnya," gerutu Lintar penuh penyesalan.

Ketika dirinya hendak kembali masuk ke dalam ruko. Tiba-tiba saja, terdengar suara seorang wanita meminta tolong. Suara tersebut terdengar tepat di ujung timur parkiran tersebut yang tempatnya tampak sepi.

"Tolong! Tolong ...!"

Tanpa berpikir panjang, Lintar langsung berlari menuju ke arah sumber suara itu. Tiba di ujung halaman parkir, Lintar memergoki dua pria bertubuh kekar sedang memegangi tubuh seorang wanita. Dan wanita tersebut, ternyata wanita cantik yang tadi ia ikuti, dan sempat bertabrakan dengannya.

"Lepaskan aku!" teriak wanita itu berontak, dan terus memukuli tubuh kekar dua pria yang berusaha mengganggunya.

"Sialan!" geram Lintar bergegas melangkah menghampirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   52. Hari Terakhir Lintar Bekerja

    Keesokan harinya .... Lintar sudah berada di kantor, hari itu merupakan hari terakhirnya bekerja. Karena Lintar sudah menerima tawaran Dewi untuk mengelola perusahaannya. "Banyak sekali kenangan indah di kantor ini, tidak mudah aku melupakan semuanya." Lintar bergumam sambil duduk dengan pandangan menerawang jauh menembus jendela ruangan kerjanya itu. Memang berat meninggalkan perusahaan tersebut, tapi itu adalah jalan terbaik yang harus Lintar ambil. Demi masa depannya yang sebentar lagi akan menjadi suami Dewi. Dewi memintanya untuk bergabung dengan perusahaan miliknya bukan karena Lintar akan menjadi suaminya. Namun, Dewi memutuskan hal itu karena paham bahwa Lintar memiliki kemampuan dalam mengelola perusahaan dengan baik. "Kamu tahu, 'kan, Pak Lintar mau keluar dari kantor ini?" tanya Lusi kepada rekannya. "Iya, tahu. Kemarin aku baca status Pak Lintar di medsos," jawab seorang wanita cantik berkacamata, "Kantor ini akan menjadi sepi kalau Pak Lintar keluar," sambungnya. "H

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   51. Dewi Mengalami Kecelakaan

    Lintar dan Dewi terus berbincang-bincang santai bersama Syarif dan istrinya. Ada banyak hal yang mereka bicarakan pada saat itu, bukan hanya terkait pernikahan mereka yang sebentar lagi akan digelar. Namun, mereka pun membahas hal lain yang berkaitan dengan bisnis dan juga kehidupan mereka selama ini.Sekitar pukul setengah enam sore, Lintar dan Dewi pamit pulang kepada Syarif dan istrinya. Saat itu, mereka buru-buru pulang karena mendapatkan kabar bahwa Mirna—asisten rumah tangga Dewi mengalami kecelakaan.Mirna mengalami kecelakaan saat pulang dari mini market. Ketika dirinya tengah menyebrang, tiba-tiba saja ia ditabrak lari oleh seorang pengendera motor. Hal tersebut, menyebabkan Mirna harus dirawat di rumah sakit."Kita langsung ke rumah sakit Siloam saja! Mirna dirawat di sana," kata Dewi panik."Iya, Wi," jawab Lintar sambil mengemudikan mobilnya, "Kamu jangan panik! Kamu harus tenang! Percayalah, Mirna pasti baik-baik saja," sambung Lintar sedikit berpaling ke arah Dewi yang d

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   50. Lintar dan Dewi Berkunjung ke Karawang

    Dewi kembali memeluk tubuh Lintar. Bibirnya yang halus terpulas merahnya gincu, menempel lembut di atas dahi Lintar."Terima kasih banyak Lintarku sayang," ucap Dewi lirih.Lintar hanya tersenyum, sejatinya ia sudah tidak dapat menahan godaan tersebut. Ingin rasanya Lintar mencumbui Dewi saat itu juga, akan tetapi Lintar masih kuat menahan gejolak dalam jiwa dan perasaannya itu. Lintar bersikap lebih dewasa lagi, tidak seperti dulu yang gampang terpancing oleh hawa nafsunya sendiri. Kini, ia lebih memikirkan dampak yang akan terjadi ke depan, ia tidak mau gegabah menjamah kesucian seorang wanita hanya melampiaskan hasratnya saja.****Setelah beberapa jam berada di kediaman Dewi. Lintar pun langsung pamit pulang kepada kekasihnya itu."Sudah jam sepuluh lebih, aku pulang dulu, yah," kata Lintar lirih, "Besok siang aku jemput kamu ke sini," sambungnya sambil mencium kening Dewi.Lintar bangkit dan langsung menelepon Koh Iwan yang ada di mes bersama para pegawai Dewi.Tidak lama kemudi

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   49. Hadiah Istimewa Untuk Koh Iwan

    Sepanjang perjalanan, Lintar dan Koh Iwan terus bercanda ria, gelak tawa menghiasi kebersamaan mereka. Hingga tidak terasa mobil sedan yang dikemudikan Lintar sudah tiba di depan gerbang rumah mewah milik Dewi. Hanya dengan membunyikan klakson dua kali saja, pintu gerbang rumah tersebut langsung terbuka dengan sendirinya.Tampak seorang petugas keamanan rumah itu berdiri tegak di depan pos keamanan sambil memberi hormat kepada Lintar yang baru tiba.Lintar langsung membuka kaca mobilnya. "Selamat malam, Yo. Apa kabar?" kata Lintar sambil tersenyum lebar."Selamat malam juga, Pak," jawab Rio sedikit membungkukkan badannya."Randi ke mana, Yo?" tanya Lintar lagi."Ada di mes, Pak," jawab Rio penuh rasa hormat.Setelah itu, Lintar kembali menutup kaca mobilnya. Perlahan, ia kembali melajukan mobilnya mengarah ke halaman parkir rumah mewah itu."Aku di sini saja, Tar. Kamu masuk sendiri yah," kata Koh Iwan lirih."Lah, kenapa, Koh?""Mau nemuin Fendi di mesnya.""Nanti kalau Dewi nanyain

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   48. Lintar dan Koh Iwan Menuju ke Rumah Dewi

    Dani hanya mengangguk dan langsung membuka dus tersebut. "Tumben yah, Koh Iwan tidak ke sini?" tanya Dani sambil mengunyah kue yang dibelikan Lintar.Usai makan makan kue, Dani langsung pamit kepada Lintar, karena saat itu sudah mau magrib. "Aku pulang dulu, Tar. Sebentar lagi magrib," kata Dani lirih."Iya, Dan," jawab Lintar, "Jangan lupa, sampaikan pesan sama Koh Iwan. Aku tunggu habis magrib," sambungnya."Ok, nanti aku sampaikan," jawab Dani langsung berlalu dari hadapan Lintar.Lintar bangkit dan langsung melangkah ke kamar mandi, Lintar hendak membersihkan diri karena sebentar lagi akan melaksanakan Salat Magrib berjamaah bersama warga lainnya di masjid yang ada di belakang kediamannya.Selesai mandi, Lintar ganti pakaian dan bergegas melangkah menuju masjid. Kebetulan Dani pun saat itu sudah ada di depan masjid tersebut."Tumben Koh Iwan tidak ke masjid?" tanya Lintar kepada Dani yang sudah tiba lebih dulu."Tidak ada di rumah, kata tetangganya tadi sore dia berangkat ke rumah

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   47. Sikap Lusi yang Menjengkelkan

    Setibanya di kantor, Lintar disambut hangat oleh beberapa orang rekan kerjanya. Terutama oleh staf accounting berparas cantik dan berkulit putih mulus, yang selama ini sangat menyukai dirinya."Selamat datang dan selamat pagi, Mas Lintar," sapa Lusi tersenyum manis menyambut kedatangan Lintar."Selamat pagi juga Lusi cantik," jawab Lintar seperti memaksakan diri menyanjung wanita itu. Kemudian ia langsung melangkah menuju ke ruangan kerjanya yang ada di lantai dua kantor tersebut."Biasanya dia mampir untuk godain aku," gumam Lusi langsung melangkah mengikuti Lintar dari belakang.Sebelum Lintar membuka pintu ruang kerjanya, dengan cepat Lusi mendahului membuka pintu ruang tersebut."Ya, Allah! Sigap banget kamu," kata Lintar sambil tersenyum-senyum."Silakan masuk, Mas!" ucap Lusi bersikap seperti layaknya seorang asisten pribadi."Terima kasih, Lus," ucap Lintar langsung melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya itu.Setelah menutup rapat pintu ruangan tersebut, Lusi pun melangkah dan

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   46. Koh Iwan Pindah Keyakinan

    Ketika Lintar dan Dani sedang santai berbincang, tiba-tiba datang seorang pria paruh baya. Dia adalah Koh Iwan sahabat baik Lintar dan Dani. Koh Iwan tidak langsung menghampiri Lintar dan Dani, ia hanya berdiri di balik pagar sambil tersenyum-senyum menatap ke arah dua pemuda yang selama ini menjadi sahabat baiknya. Lintar dan Dani belum mengetahui kedatangan Koh Iwan, sehingga mereka terus berbincang-bincang tanpa sadar ada yang memperhatikan mereka di balik pagar. "Assalamu'alaikum," ucap Koh Iwan. Lintar dan Dani sedikit terperanjat lalu berpaling ke arah Koh Iwan secara bersamaan. "Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. "Koh Iwan, kapan datangnya? Tiba-tiba saja muncul seperti jailangkung?" tanya Dani sambil tersenyum-senyum. "Bukan jailangkung, tapi Harry Potter," jawab Koh Iwan ketus. Dia melangkah dengan gagahnya menuju ke arah teras menghampiri Lintar dan Dani yang sedang duduk santai. "Gagah banget, mau ke mana, Koh?" tanya Lintar meluruskan pandangannya ke wajah pri

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   45. Kebersamaan Lintar dengan Dani

    Di tempat terpisah .... Lintar masih berbaring di atas tempat tidurnya, ia tampak resah dengan sikap Firda, Vira, dan gadis-gadis lainnya. Mereka secara terang-terangan sudah menyatakan perasaan mereka kepadanya. Padahal, mereka sudah mengetahui jika Lintar akan menikah dalam waktu tidak lama lagi. Tentu, sikap mereka sangat mengganggu. Lintar khawatir, jika mereka akan menjadi duri bagi hubungan asmaranya dengan Dewi. Terlebih lagi jika Dewi mengetahui semuanya, sudah barang tentu dia akan kecewa dan menganggap Lintar masih sama seperti dulu. "Selama ini, aku memang selalu bersikap terbuka dan juga sering memberi harapan bagi mereka. Tapi, itu hanya bagian dari gurauan saja," desis Lintar, "Kenapa mereka serius menanggapi sikapku ini?" sambungnya. Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. "Seperti itu Dewi," kata Lintar bangkit dan langsung meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Namun, dugaannya salah. Yang meneleponnya itu bukan Dewi, tapi Firda yang selama ini selalu

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   44. Alena Jatuh Cinta

    Setelah Dani berlalu, Lintar kembali melanjutkan perbincangannya dengan Firda. Ada banyak hal yang mereka bicarakan pada saat itu, terkait masalah pekerjaan dan juga hal yang lainnya.Berada di dekat Lintar, tentu membuat nyaman jiwa dan perasaan Firda. Hingga bertambahnya rasa suka dalam dirinya terhadap Lintar yang selama ini ia kagumi.Setelah hampir satu jam berada di kediaman Lintar, Firda pun pamit kepada Lintar. Ia hanya meminta nomor ponsel Lintar saja, dan tidak berbicara terkait rencananya yang hendak menyatukan Lintar dengan Alena. Firda merasa bimbang, karena dirinya pun sangat menyukai Lintar.****Malam itu, Alena hanya duduk-duduk santai saja di sopa yang ada di ruang tengah kediamannya. Dia tampak resah dan gelisah, pikirannya terus tertuju kepada Lintar.Saat itu, Alena menunggu kedatangan Firda, ia tampak berharap informasi baik dari kunjungan Firda ke rumah Lintar."Mudah-mudahan, Firda bisa mendapatkan informasi banyak tentang Lintar," desis Alena penuh harap.Alen

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status