Home / Romansa / Jodohku Seorang Janda Kaya Raya / 6. Kehadiran Anggi dan Mira

Share

6. Kehadiran Anggi dan Mira

Author: Irma_Asma
last update Huling Na-update: 2022-05-08 00:40:01

Lintar tersenyum mendengar pertanyaan dari Sekar. "Pertanyaannya membuat Kakak bingung harus jawab apa?" jawab Lintar meluruskan dua bola matanya ke wajah Sekar.

"Kok, bingung? Kan, tinggal jawab saja, Kak," desak Sekar.

Dengan demikian, Lintar pun langsung menjawab pertanyaan gadis cantik itu, "Antara Kakak dengan Eva tidak ada hubungan spesial. Kami hanya bersahabat saja sama seperti dengan hubungan kita," tandas Lintar menjelaskan.

Dengan demikian, Sekar pun merasa lega mendengar jawaban tersebut. Seakan-akan, ia memiliki peluang besar untuk mendekati pemuda tampan yang selama ini sangat ia kagumi.

"Memangnya ada hal apa, Kar? Kamu kok, bertanya masalah hubungan Kakak dengan Eva?"

Ditanya seperti itu oleh Lintar, mendadak Sekar menjadi salah tingkah, bibirnya terasa kelu, dadanya pun mulai berdebar-debar. Apalagi ketika melihat dua bola mata sang pemuda tampan yang terus menatapnya.

"Maaf ya, Kak. Sebenarnya—" Sekar tidak melanjutkan perkataannya, ia terdiam sejenak sambil menarik napas dalam-dalam.

Lintar menjadi semakin bingung melihat sikap gadis cantik itu. Dalam benaknya pun berkata, 'Ya, ampun! Ini gadis tidak jelas banget, sih?'

Meskipun demikian, Lintar tetap bersikap biasa-biasa saja. Ia tidak mau menampakkan sikap yang sebenarnya. Dengan penuh kelembutan, Lintar bertanya lagi, "Coba kamu katakan saja! Jangan sungkan!"

"Maaf ya, Kak. Aku ini suka dan sangat mencintai Kakak, dan aku juga pernah mengatakan hal ini pada Kakak," ungkap Sekar, suaranya terdengar bergetar. "Hari ini, aku ingin mengulangi lagi pertanyaanku yang dulu pernah aku ucapkan kepada Kakak, tapi belum Kakak jawab," sambung gadis itu, memberanikan diri.

"Kakak pikir kamu itu hanya becanda saja, Kar."

"Aku serius, Kak. Urusan hati tidak mungkin aku bercanda."

"Ya, Allah! Kok, bisa? Kakak ini, kan umurnya lebih tua dari kamu. Apa pantas kamu jadi pacar Kakak?"

"Cinta itu buta, Kak. Aku sendiri tidak paham dengan keadaan ini, dan aku tidak bisa menolak perasaan yang tiba-tiba hadir dalam jiwa dan pikiranku ini." Sekar mengangkat wajahnya dan memandangi wajah Lintar.

Lintar tersenyum lebar, meskipun dirinya tidak ada perasaan apa-apa terhadap Sekar. Namun, ia tetap berusaha untuk tidak mengecewakan gadis itu.

"Kakak butuh waktu untuk menjawab semua ini, dan kamu harus sabar sambil memikirkan kembali tentang keadaan cintamu itu. Jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari, karena sudah mencintai Kakak yang seperti ini!" Tanpa disadarinya, ucapan yang keluar dari mulutnya. Menumbuhkan setitik harapan dalam diri Sekar.

"Ya, sudah. Tidak apa-apa, Kak! Lagi pula, aku tidak mengharuskan Kakak menjawabnya sekarang," kata Sekar tampak semringah, senyum bahagia terlukis di ujung bibirnya.

Harapan besar pun terpancar dari sorot matanya yang indah itu, meskipun sudah dua kali menyatakan perasaannya kepada Lintar dan belum juga mendapatkan jawaban pasti. Namun, Sekar tak pernah menyerah dan patah arang. Ia tetap sabar menanti datangnya waktu yang tepat baginya mendengar jawaban yang menyenangkan dari Lintar

Setelah mengungkapkan isi hati yang kedua kalinya, Sekar langsung pamit dan berlalu dari hadapan Lintar.

"Harusnya aku ini tegas, dan menolak cintanya Sekar. Tapi, aku tidak tega dan merasa kasihan sama dia," desis Lintar. 

* * * 

Beberapa hari kemudian, Ketika Lintar sedang duduk santai di beranda rumah. Datang seorang gadis cantik imut, mempunyai warna kulit putih dengan rambut lurus hitam terurai. Gadis itu adalah Anggi, ia berhenti di balik pintu gerbang rumahnya.

"Hai, Kak! Sedang apa, Kak?" tanya Anggi sambil tersenyum manis menatap wajah Lintar.

"Eh, Anggi! Kakak sedang santai saja, Gi," jawab Lintar bersikap ramah.

"Kak Lintar! Boleh aku masuk?!" kata Anggi sambil tersenyum menampakkan lesung di pipinya.

'Ya, Allah! Di saat aku mau berusaha untuk menghindari gadis-gadis di desa ini. Tapi kenapa, mereka justru malah berdatangan,' kata Lintar dalam hati. 

Kemudian, Lintar mengangguk pelan, sikapnya tampak dingin dan tidak terlalu merespon kehadiran Anggi. Ia hanya sedikit membalas dengan senyum tawar.

Anggi pun langsung melangkah menghampiri Lintar. "Aku duduk ya, Kak. Boleh, 'kan?"

"Boleh, Gi." Lintar menjawab dengan sikap dingin, hal tersebut membuat Anggi merasa tersinggung. Karena sikap Lintar jauh beda dengan sikap biasanya.

"Kak Lintar. Kok, sombong, sih?" kata Anggi dengan wajah ketus.

"Siapa yang sombong, Gi?"

"Kak Lintar sikapnya aneh tidak seperti biasanya," pungkas Anggi langsung berlalu dari hadapan Lintar.

"Cantik-cantik tapi mudah marah!" desis Lintar sambil tersenyum-senyum sendiri.

Anggi awalnya ingin memberikan sesuatu buat Lintar. Namun, karena sikap Lintar yang terkesan cuek, sehingga Anggi pun mengurungkan niatnya dan memilih kembali pulang ke rumahnya. Anggi tampak kecewa sekali akan sikap yang ditunjukkan oleh Lintar pada saat itu.

"Wajahnya memang tampan tapi sayang Kak Lintar sekarang sombong," umpat Anggi sembari terus melangkah.

"Gi!" teriak Dani dari atas loteng kediamannya sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Anggi.

Dengan demikian, si gadis cantik itu menghentikan langkah sejenak. Kemudian, menengadahkan wajah ke arah Dani.

"Iya, Kak. Ada apa?" Anggi balas bertanya.

"Ada yang jatuh, Gi!" gurau Dani.

"Apa yang jatuh. Biar aku ambilkan?" 

"Hati Kakak," jawab Dani tertawa lepas.

Wajah Anggi seketika berubah menjadi ketus. "Hah. Bodo amat!" Anggi tampak kesal dan langsung melanjutkan perjalanan menuju ke rumah dengan langkah lebih dipercepat lagi.

"Pria-pria di sini tidak ada yang benar, semua menyebalkan," gerutu Anggi. 

"Jangan marah, Gi! Kak Dani hanya becanda," teriak Dani.

Namun, Anggi sudah tak mau lagi mendengar perkataan dari Dani. Ia tampak marah dan kecewa dengan sikap Dani yang sudah meledeknya.

Tidak lama setelah itu, Lintar kembali didatangi seorang gadis cantik berhijab. Gadis tersebut datang seorang diri dan langsung menghampiri Lintar yang sedang diam termangu di beranda rumah.

"Assalamualaikum," ucap gadis itu lembut.

Sontak membuat Lintar terperanjat dari lamunannya. "Waalaikum salam," jawab Lintar sedikit merasa kaget.

Gadis itu adalah Mira yang rumahnya tidak jauh dari kediaman Lintar. Mira merupakan putri sulungnya ketua RT di lingkungan tempat tinggal Lintar.

Mira melontarkan senyum ke arah Lintar. Kemudian berkata, "Maaf, Kak. Kakak bisa tolongin aku tidak?" tanya Mira tersenyum manis memandang wajah Lintar.

Lintar mengerutkan kening. Lantas, ia pun menjawab, "Minta tolong apa, Mir?" Lintar balas bertanya dengan sikap biasa-biasa saja. Saat itu, Lintar tidak seperti biasanya, ia terlihat dingin dan banyak diam.

"Sebentar, Kak!" Tanpa diminta Mira langsung melangkah menuju ke arah Lintar yang sedang duduk di teras rumahnya.

Kemudian, Mira langsung duduk di samping Lintar. Dengan penuh kelembutan, Mira berkata, "Ponselku eror, Kak."

"Terus mau diapakan, Mir?" sahut Lintar mengarahkan pandangannya ke wajah gadis cantik itu.

"Aku cuma mau minta tolong, Kakak bisa perbaiki ponselku tidak?" jawab Mira bersikap lembut di hadapan Lintar. Seakan-akan, ia tengah menebar pesona agar Lintar mulai simpati.

"Ya, Allah! Mira! Kakak ini bukan Koh Ancin tukang servis handphone. Ya, tidak bisalah!" jawab Lintar sambil tersenyum. 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   52. Hari Terakhir Lintar Bekerja

    Keesokan harinya .... Lintar sudah berada di kantor, hari itu merupakan hari terakhirnya bekerja. Karena Lintar sudah menerima tawaran Dewi untuk mengelola perusahaannya. "Banyak sekali kenangan indah di kantor ini, tidak mudah aku melupakan semuanya." Lintar bergumam sambil duduk dengan pandangan menerawang jauh menembus jendela ruangan kerjanya itu. Memang berat meninggalkan perusahaan tersebut, tapi itu adalah jalan terbaik yang harus Lintar ambil. Demi masa depannya yang sebentar lagi akan menjadi suami Dewi. Dewi memintanya untuk bergabung dengan perusahaan miliknya bukan karena Lintar akan menjadi suaminya. Namun, Dewi memutuskan hal itu karena paham bahwa Lintar memiliki kemampuan dalam mengelola perusahaan dengan baik. "Kamu tahu, 'kan, Pak Lintar mau keluar dari kantor ini?" tanya Lusi kepada rekannya. "Iya, tahu. Kemarin aku baca status Pak Lintar di medsos," jawab seorang wanita cantik berkacamata, "Kantor ini akan menjadi sepi kalau Pak Lintar keluar," sambungnya. "H

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   51. Dewi Mengalami Kecelakaan

    Lintar dan Dewi terus berbincang-bincang santai bersama Syarif dan istrinya. Ada banyak hal yang mereka bicarakan pada saat itu, bukan hanya terkait pernikahan mereka yang sebentar lagi akan digelar. Namun, mereka pun membahas hal lain yang berkaitan dengan bisnis dan juga kehidupan mereka selama ini.Sekitar pukul setengah enam sore, Lintar dan Dewi pamit pulang kepada Syarif dan istrinya. Saat itu, mereka buru-buru pulang karena mendapatkan kabar bahwa Mirna—asisten rumah tangga Dewi mengalami kecelakaan.Mirna mengalami kecelakaan saat pulang dari mini market. Ketika dirinya tengah menyebrang, tiba-tiba saja ia ditabrak lari oleh seorang pengendera motor. Hal tersebut, menyebabkan Mirna harus dirawat di rumah sakit."Kita langsung ke rumah sakit Siloam saja! Mirna dirawat di sana," kata Dewi panik."Iya, Wi," jawab Lintar sambil mengemudikan mobilnya, "Kamu jangan panik! Kamu harus tenang! Percayalah, Mirna pasti baik-baik saja," sambung Lintar sedikit berpaling ke arah Dewi yang d

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   50. Lintar dan Dewi Berkunjung ke Karawang

    Dewi kembali memeluk tubuh Lintar. Bibirnya yang halus terpulas merahnya gincu, menempel lembut di atas dahi Lintar."Terima kasih banyak Lintarku sayang," ucap Dewi lirih.Lintar hanya tersenyum, sejatinya ia sudah tidak dapat menahan godaan tersebut. Ingin rasanya Lintar mencumbui Dewi saat itu juga, akan tetapi Lintar masih kuat menahan gejolak dalam jiwa dan perasaannya itu. Lintar bersikap lebih dewasa lagi, tidak seperti dulu yang gampang terpancing oleh hawa nafsunya sendiri. Kini, ia lebih memikirkan dampak yang akan terjadi ke depan, ia tidak mau gegabah menjamah kesucian seorang wanita hanya melampiaskan hasratnya saja.****Setelah beberapa jam berada di kediaman Dewi. Lintar pun langsung pamit pulang kepada kekasihnya itu."Sudah jam sepuluh lebih, aku pulang dulu, yah," kata Lintar lirih, "Besok siang aku jemput kamu ke sini," sambungnya sambil mencium kening Dewi.Lintar bangkit dan langsung menelepon Koh Iwan yang ada di mes bersama para pegawai Dewi.Tidak lama kemudi

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   49. Hadiah Istimewa Untuk Koh Iwan

    Sepanjang perjalanan, Lintar dan Koh Iwan terus bercanda ria, gelak tawa menghiasi kebersamaan mereka. Hingga tidak terasa mobil sedan yang dikemudikan Lintar sudah tiba di depan gerbang rumah mewah milik Dewi. Hanya dengan membunyikan klakson dua kali saja, pintu gerbang rumah tersebut langsung terbuka dengan sendirinya.Tampak seorang petugas keamanan rumah itu berdiri tegak di depan pos keamanan sambil memberi hormat kepada Lintar yang baru tiba.Lintar langsung membuka kaca mobilnya. "Selamat malam, Yo. Apa kabar?" kata Lintar sambil tersenyum lebar."Selamat malam juga, Pak," jawab Rio sedikit membungkukkan badannya."Randi ke mana, Yo?" tanya Lintar lagi."Ada di mes, Pak," jawab Rio penuh rasa hormat.Setelah itu, Lintar kembali menutup kaca mobilnya. Perlahan, ia kembali melajukan mobilnya mengarah ke halaman parkir rumah mewah itu."Aku di sini saja, Tar. Kamu masuk sendiri yah," kata Koh Iwan lirih."Lah, kenapa, Koh?""Mau nemuin Fendi di mesnya.""Nanti kalau Dewi nanyain

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   48. Lintar dan Koh Iwan Menuju ke Rumah Dewi

    Dani hanya mengangguk dan langsung membuka dus tersebut. "Tumben yah, Koh Iwan tidak ke sini?" tanya Dani sambil mengunyah kue yang dibelikan Lintar.Usai makan makan kue, Dani langsung pamit kepada Lintar, karena saat itu sudah mau magrib. "Aku pulang dulu, Tar. Sebentar lagi magrib," kata Dani lirih."Iya, Dan," jawab Lintar, "Jangan lupa, sampaikan pesan sama Koh Iwan. Aku tunggu habis magrib," sambungnya."Ok, nanti aku sampaikan," jawab Dani langsung berlalu dari hadapan Lintar.Lintar bangkit dan langsung melangkah ke kamar mandi, Lintar hendak membersihkan diri karena sebentar lagi akan melaksanakan Salat Magrib berjamaah bersama warga lainnya di masjid yang ada di belakang kediamannya.Selesai mandi, Lintar ganti pakaian dan bergegas melangkah menuju masjid. Kebetulan Dani pun saat itu sudah ada di depan masjid tersebut."Tumben Koh Iwan tidak ke masjid?" tanya Lintar kepada Dani yang sudah tiba lebih dulu."Tidak ada di rumah, kata tetangganya tadi sore dia berangkat ke rumah

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   47. Sikap Lusi yang Menjengkelkan

    Setibanya di kantor, Lintar disambut hangat oleh beberapa orang rekan kerjanya. Terutama oleh staf accounting berparas cantik dan berkulit putih mulus, yang selama ini sangat menyukai dirinya."Selamat datang dan selamat pagi, Mas Lintar," sapa Lusi tersenyum manis menyambut kedatangan Lintar."Selamat pagi juga Lusi cantik," jawab Lintar seperti memaksakan diri menyanjung wanita itu. Kemudian ia langsung melangkah menuju ke ruangan kerjanya yang ada di lantai dua kantor tersebut."Biasanya dia mampir untuk godain aku," gumam Lusi langsung melangkah mengikuti Lintar dari belakang.Sebelum Lintar membuka pintu ruang kerjanya, dengan cepat Lusi mendahului membuka pintu ruang tersebut."Ya, Allah! Sigap banget kamu," kata Lintar sambil tersenyum-senyum."Silakan masuk, Mas!" ucap Lusi bersikap seperti layaknya seorang asisten pribadi."Terima kasih, Lus," ucap Lintar langsung melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya itu.Setelah menutup rapat pintu ruangan tersebut, Lusi pun melangkah dan

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   46. Koh Iwan Pindah Keyakinan

    Ketika Lintar dan Dani sedang santai berbincang, tiba-tiba datang seorang pria paruh baya. Dia adalah Koh Iwan sahabat baik Lintar dan Dani. Koh Iwan tidak langsung menghampiri Lintar dan Dani, ia hanya berdiri di balik pagar sambil tersenyum-senyum menatap ke arah dua pemuda yang selama ini menjadi sahabat baiknya. Lintar dan Dani belum mengetahui kedatangan Koh Iwan, sehingga mereka terus berbincang-bincang tanpa sadar ada yang memperhatikan mereka di balik pagar. "Assalamu'alaikum," ucap Koh Iwan. Lintar dan Dani sedikit terperanjat lalu berpaling ke arah Koh Iwan secara bersamaan. "Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. "Koh Iwan, kapan datangnya? Tiba-tiba saja muncul seperti jailangkung?" tanya Dani sambil tersenyum-senyum. "Bukan jailangkung, tapi Harry Potter," jawab Koh Iwan ketus. Dia melangkah dengan gagahnya menuju ke arah teras menghampiri Lintar dan Dani yang sedang duduk santai. "Gagah banget, mau ke mana, Koh?" tanya Lintar meluruskan pandangannya ke wajah pri

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   45. Kebersamaan Lintar dengan Dani

    Di tempat terpisah .... Lintar masih berbaring di atas tempat tidurnya, ia tampak resah dengan sikap Firda, Vira, dan gadis-gadis lainnya. Mereka secara terang-terangan sudah menyatakan perasaan mereka kepadanya. Padahal, mereka sudah mengetahui jika Lintar akan menikah dalam waktu tidak lama lagi. Tentu, sikap mereka sangat mengganggu. Lintar khawatir, jika mereka akan menjadi duri bagi hubungan asmaranya dengan Dewi. Terlebih lagi jika Dewi mengetahui semuanya, sudah barang tentu dia akan kecewa dan menganggap Lintar masih sama seperti dulu. "Selama ini, aku memang selalu bersikap terbuka dan juga sering memberi harapan bagi mereka. Tapi, itu hanya bagian dari gurauan saja," desis Lintar, "Kenapa mereka serius menanggapi sikapku ini?" sambungnya. Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. "Seperti itu Dewi," kata Lintar bangkit dan langsung meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Namun, dugaannya salah. Yang meneleponnya itu bukan Dewi, tapi Firda yang selama ini selalu

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   44. Alena Jatuh Cinta

    Setelah Dani berlalu, Lintar kembali melanjutkan perbincangannya dengan Firda. Ada banyak hal yang mereka bicarakan pada saat itu, terkait masalah pekerjaan dan juga hal yang lainnya.Berada di dekat Lintar, tentu membuat nyaman jiwa dan perasaan Firda. Hingga bertambahnya rasa suka dalam dirinya terhadap Lintar yang selama ini ia kagumi.Setelah hampir satu jam berada di kediaman Lintar, Firda pun pamit kepada Lintar. Ia hanya meminta nomor ponsel Lintar saja, dan tidak berbicara terkait rencananya yang hendak menyatukan Lintar dengan Alena. Firda merasa bimbang, karena dirinya pun sangat menyukai Lintar.****Malam itu, Alena hanya duduk-duduk santai saja di sopa yang ada di ruang tengah kediamannya. Dia tampak resah dan gelisah, pikirannya terus tertuju kepada Lintar.Saat itu, Alena menunggu kedatangan Firda, ia tampak berharap informasi baik dari kunjungan Firda ke rumah Lintar."Mudah-mudahan, Firda bisa mendapatkan informasi banyak tentang Lintar," desis Alena penuh harap.Alen

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status